Fimela.com, Jakarta Setelah berjuang memberikan Air Susu Ibu (ASI), ibu pun kembali dihadapakan dengan tantangan memberikan si kecil MPASI yang penuh akan nutrisi untuk tumbuh kembangnya.
Namun, bukan hanya memilih MPASI yang bergizi terkadang tantangan pun berlanjut ketika anak melakukan Gerakan Tutup Mulut atau GTM.
Melansir Parents.com, fase GTM ini merupakan kasi mogok makan saat bayi diberi MPASI tidak jarang dibarengi dengan rewel. Situasi ini memang cukup membuat panik karena si kecil tidak mau makan dan menutup rapat-rapat mulutnya.
Lalu mengapa GTM bisa terjadi pada si kecil?
What's On Fimela
powered by
Bosan
Penyebab pertama adalah bosan. Menu MPASI yang sama setiap hari akan membuat bayi merasa bosan. Untuk itu penting memberikan menu MPASI yang berbeda-beda setiap harinya dengan bahan-bahan atau resep yang membuat si kecil menambah nafsu makan.
Tekstur dan porsi makanan
Saat memulai MPASI, tekstur makanan haruslah halus. Bayi usia 6 sampai 8 bulan memerlukan tekstur makanan yang sangat halus dan encer. Usia 9 sampai 10 teksturnya masih halus namun agak kental seperti halnya bubur atau tim. Usia 11 sampai 12 bulan berupa makanan yang bertekstur cukup kasar namun mudah dikunyah dan usia satu tahun ke atas tekstur makanan bisa seperti orang dewasa dengan tingkat keempukan yang tepat.
Memberi makanan yang terlalu kasar dan tidak sesuai dengan usia bayi akan menyulitkan bayi makan hingga membuatnya melakukan GTM.
Orangtua juga perlu memahami bahwa porsi makan anak-anak tidak sebanyak orang dewasa. Maka dari itu, sajikan porsi makan yang sesuai dengan usia mereka.
Trauma
Anak juga bisa mengalami trauma pada makanan jika sering memberikan makan anak dengan cara yang kasar. Maka pastikan agar aktivitas makan anak menjadi aktivitas yang menyenangkan untuk mencegah trauma makanan dan GTM.
Sakit
Sakit menjadi penyebab GTM yang sering terjadi. Misalnua saja sakit pada pada bagian mulut, mengalami tumbuh gigi, esofagitis eosinofilik yang dapat menyebabkan tenggorokan menjadi bengkak, sembelit dapat membuat anak berhenti makan. Sensitivitas makanan seperti pada penyakit celiac, kondisi yang terjadi saat sistem imun bereaksi terhadap makanan yang mengandung gluten (protein di dalam gandum).
Apa yang harus orangtua lakukan?
Setelah mengetahui penyebab anak GTM, orangtua pun bisa melalukan beberapa hal agar si kecil tetap lahap menyantap makananya. Berikut hal yang bisa dilakukan.
1. Ketelatenan dan jangan memaksa
Saat memberikan MPASI, orangtua harus banyak sabar dan ketelatenan saat buah hati melakukan gerakan tutup mulut atau GTM.
Jangan pernah memaksa anak makan apalagi hingga menggunakan cara kasar yang akan membuat anak trauma untuk makan. Baiknya sekreatif mungkin untuk menciptakan suasana yang menyenangkan.
2. Variasi makanan
Berikan makanan yang bervariasi setiap harinya. Carilah menu MPASI yang berbeda bisa melihat internet agar anak tidak bosan. Jadikan waktu makan sekaligus sebagai waktu bermain anak. Bila anak sudah cukup besar dan bisa ditanya, tanyalah si kecil ingin makan apa.Sejak awal biasakan anak mengonsumsi berbagai variasi menu.
Ada yang menyarankan mencoba menu yang sama selama 3 hari untuk mengetahui indikasi alergi.Berikan aneka makanan yang mencukupi kebutuhan nutrisi anak mulai dari sayuran, buah-buahan, ikan, daging, nasi dan umbi-umbian. Pastikan untuk memberi makanan dengan tekstur dan porsi yang sesuai dengan usia buah hati. Tekstur yang terlalu lembek atau kasar juga bisa memengaruhi nafsu makan anak.
3. Jauhkan gawai
Menjauhkan gawai dan barang elektronik dari jangkauan si kecil. Namun, juga perlu menjadi panutan yang baik bagi anak. Selain melarang anak bermain gawai saat makan, juga perlu mencontohkannya kepada mereka.
4. Jangan memberi makan terlalu dekat dengan jam tidur
Saat anak sudah mengantuk atau merasa letih, mereka umumnya tidak mau makan.Maka dari itu, cobalah untuk tidak menyuguhkan makanan terlalu dekat dengan jam istirahat sebagai solusi anak GTMKetahui cara makan yang disukai anak. Apakah dia suka makan dengan digendong, diajak jalan-jalan, sambil nyanyi dan bercerita, atau cara lainnya.
#women for women