Fimela.com, Jakarta Salah satu kondisi yang kerap membuat para orangtua bingung di saat anak tantrum dan emosinya tak terbendung. Tak jarang para orangtua tanpa sadar menangani kondisi ini dengan cara yang kurang tepat dan tidak dapat meredakan emosi anak.
Melihat hal ini kerap terjadi, Tentang Anak hadir untuk mengedukasi orangtua Indonesia dari sisi psikologi anak, dengan membahas topik mitos dan fakta emosi pada anak. Dilansir melalui rilis yang diterima oleh Fimela.com, Tentang Anak menjabarkan beberapa informasi dari Samanta Elsener, M.Psi., Psikolog (Psikolog anak dan keluarga) dan dimoderatori oleh Grace E. Sameve, M.A., M.Psi., Psikolog (Principal Child Psychologist Tentang Anak) yang mengulas tuntas perihal seputar emosi anak.
dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A, dokter spesialis anak yang juga founder dari Tentang Anak mengatakan, “Tentang Anak yang kini telah menjadi mitra resmi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan BKKBN berkomitmen untuk terus menjaga kepercayaan orang tua Indonesia untuk terus mendampingi perjalanan parenting mereka di setiap fase kehidupan anak. Tidak terkecuali dari aspek psikologi anak yang sama pentingnya dengan aspek kesehatan fisik anak. Kali ini, kami membawa topik ‘Kenali Mitos dan Fakta Terkait Emosi pada Anak’ karena masih banyak orang tua Indonesia yang ingin belajar bagaimana menghadapi anak yang sering tantrum, mudah marah, dan belum mengenal betul berbagai emosi yang dapat ditemukan pada keseharian anak. Selain melangsungkan webinar untuk memperkaya wawasan orang tua terkait psikologi anak, Tentang Anak juga memiliki berbagai rangkaian buku anak yang dapat membantu orang tua mendampingi tumbuh kembang anak secara optimal. Yang terbaru, Tentang Anak akan meluncurkan buku seri ‘Emosi’ dengan judul: Marah, Senang, Sedih, Takut, yang dapat dibeli segera. Dengan buku ini, kami berharap dapat membantu orang tua untuk mengenalkan emosi yang dapat terjadi sehingga anak lebih siap dalam meregulasi emosinya.”
Yuk kita kenali alasan mengapa anak sering tantrum dan marah. Umumnya, hal ini terpicu oleh emosi negatif yang sedang anak rasakan, seperti marah, kecewa, dan frustasi. Selain itu, adapun alasan lainnya seperti anak kelelahan fisik dan overstimulasi.
Penting untuk diketahui, adamitos emosi pada anak tantrum yang beredar di masyarakat. Yaitu: perilaku marah anak merupakan keturunan atau genetik dari orangtuanya, hal ini tidaklah tepat. Begitu juga anggapan bahwa pada saat anak tantrum sbaiknya dicuekin. Kedua hal ini tidak sepatutnya dilakukan dan dipercaya.
Faktanya, emosi pada anak saat tantrum terjadi karena anak belum tahu bagaimana meregulasi atau mengelola emosinya. Umumnya, tantrum anak hanya terjadi selama 15 menit. Sehingga para orangtua dan pendamping memberikan waktu untuk anak mencurahkan emosinya dan bersabar.
Coba Lakukan Ini
Bangun kepercayaan dengan anak. Kenalkan berbagai jenis emosi pada anak baik itu emosi positif maupun negatif sedini mungkin. Cek apakah anak mengalami SPD (gangguan sensori) atau tidak dengan berkonsultasi ke dokter spesialis anak. Jangan lupa, orangtua atau pendamping wajib hadir bersama anak dan narasikan perasaannya.
Ada beberap tips komunikasi efektif dengan anak saat tantrum:
- Memberikan validasi terhadap yang sedang dirasakan oleh anak.
- Temani anak selama ia mengalami tantrum.
- Berikan air mineral saat sudah berhenti menangis untuk menghindari dehidrasi
- .Peluk anak atau sentuh dengan halus untuk menenangkan anak.
- Hindari membentak anak anak ketika tantrum.