Fimela.com, Jakarta Baik sendiri maupun bersama orang lain, kita bisa merasakan kesepian. Baik di tempat ramai atau tempat tenang, rasa kesepian bisa menghampiri kapan saja. Makin kita dewasa, makin kita menyadari bahwa rasa kesepian adalah bagian dari kehidupan.
Kesepian tak harus selalu dibenci atau dihindari. Bahkan ada saat-saat tertentu kita perlu memeluk dan berdamai dengan kesepian untuk bisa merasa lebih nyaman dan bahagia. Kali ini, Fimela hadirkan lima buku pilihan yang bisa jadi referensi bacaan dalam memaknai kesepian. Langsung saja simak di sini, ya.
1. The Lonely Stories
Buku ini berisi 22 tulisan yang berisi pengalaman dan sejumlah sudut pandang soal memaknai kesepian. Sejumlah penulis terkenal menuangkan cerita dan pengalaman hidupnya terkait kesepian. Kesepian tak harus selalu diratapi atau disesali. Justru ada banyak ruang dalam kesepian yang bisa dimanfaatkan untuk membantu kita lebih bijak, dewasa, dan kuat untuk bertahan dalam hidup. Membaca buku ini kita akan merasakan kehangatan sebab kita akan menyadari bahwa kita tidak sendirian dalam merayakan kesepian. "If you are feeling lonely or if you have ever felt unseen, if you are emboldened by solitude or secretly longing for it: welcome."
2. Apa yang Kita Pikirkan ketika Kita Sendirian
Buku Apa yang Kita Pikirkan ketika Kita Sendirian bisa menjadi salah satu buku yang sangat cocok dibaca bagi kita yang ingin menyikapi kesendirian dengan cara yang lebih bijak. Berisi kumpulan tulisan yang meliputi kontemplasi, refleksi diri, dan perenungan, buku ini menghadirkan berbagai sudut pandang baru tentang memaknai kesepian dan kesendirian. Kumpulan tulisan di buku ini lebih banyak berisi opini, dan tidak ada rujukan atau tambahan referensi untuk menunjang beberapa poin yang sebenarnya sangat penting.
3. Going Offline
"Kita berkumpul lewat gawai-gawai kita seakan hanya merekalah yang dapat memberi kenyamanan yang kita butuhkan, yang mampu menerima pikiran terdalam kita, yang dapat melepaskan kita dari kebosanan dan menghibur kita dengan cara-cara yang tidak akan dilakukan oleh sesama manusia." (Going Offline, hlm. 20)
Buku Going Offline karya Desi Anwar ini bisa pengingat kita untuk kembali menjalani hidup dengan lebih seimbang. Berisi sekumpulan artikel pendek dengan bahasa yang ringan, buku ini dapat menjadi teman terbaikmu saat kamu sedang butuh detoksifikasi media sosial. Terbagi menjadi dua bagian besar, Mengapresiasi Hidup dan Kehidupan serta Seni Kehidupan, buku ini membantu kita untuk kembali menemukan jati diri dan kenyamanan di tengah dunia yang penuh distraksi ini.
4. Tak Mungkin Membuat Semua Orang Senang
Buku Tak Mungkin Membuat Semua Orang Senang ditulis oleh Jeong Moon Jeong, perempuan Korea Selatan yang berprofesi sebagai reporter. Dengan pekerjaannya itu, ia mengenal banyak orang. Mengenal banyak orang membuatnya memiliki banyak pengalaman berhubungan dengan orang dari berbagai latar belakang dengan berbagai macam karakter.
Melalui buku ini, Moon Jeong membagikan sudut pandang, pendapat, hingga sejumlah paparan studi kasus soal bersikap menghadapi orang yang kelewat batas, cara mengekspresikan diri, bersikap pasrah, menghadapi komentar negatif, hingga upaya membahagiakan diri sendiri. Kumpulan tulisannya memuat banyak inspirasi soal hubungan antarmanusia.
5. Siapa yang Datang ke Pemakamanku saat Aku Mati Nanti?
Buku Siapa yang Datang ke Pemakamanku saat Aku Mati Nanti? berisi tulisan-tulisan pendek tentang pengalaman hidup, kontemplasi, dan refleksi diri. Kim Sang-hyun menuliskan isi pikirannya dan caranya memaknai kehidupan. Dibagi dalam empat bab utama (Kesalahan, Hati yang Hilang, Sejarah, dan Semoga Itu Kebahagiaan), buku ini mengurai banyak hal terkait kehidupan. Meski judulnya memuat kata kematian, tapi tulisan-tulisan dalam buku ini lebih banyak memuat hal-hal bijaksana terkait kehidupan.
Happy reading, Sahabat Fimela!
#WomenforWomen