Fimela.com, Jakarta Perjalanan menyusuri pantai Bali di antara pengendara motor, melewati warung-warung yang mengepulkan asap, kebun-kebun kelapa, dan ombak yang berdebur, sungguh sangat menghibur. Sesampainya di Pekutatan, terbentang jalan pedesaan nan tenang yang dijejeri kuil-kuil dan pohon-pohon kemboja menuju ke sebuah tanah terbuka. Seketika terpampang sebuah dinding neon raksasa bersinar cerah, dengan huruf-huruf berukuran besar mengiklankan asyiknya liburan, membuat orang-orang mungkin mengira ia tengah berada di Las Vegas, bukan Bali. Sebuah pintu rahasia kecil terpasang di sana, tersembunyi, sehingga gampang terlewatkan.
Pintu ini membuka akses ke hamparan hutan yang hijau merimbun. Sebuah jalur kecil meliuk di antara tanaman-tanaman tropis, menuju sebuah lanskap rumah pohon. Kita sampai di LOST LINDENBERG, sebuah Kolektif Tamu baru, jauh dari pariwisata massal Bali yang menyilaukan: Berselancar mengarungi ombak saat matahari terbit dengan latar belakang pasir lava yang belum tersentuh, bersantai di ruang umum terbuka, yoga di bawah pergola, api unggun di pantai, kelapa yang dipanen sendiri di kolam sewarna pirus, pijat aromaterapi di spahutan, serta makan malam dan berbincang-bincang di restoran berbasis bahan pangan nabati di malam hari.
Semua ini bisa dilakukan di LOST LINDENBERG mulai tanggal 15 Juli 2022. Ini merupakan proyek kelima LINDENBERG, perusahaan perhotelan yang baru berdiri dari Frankfurt dan merupakan yang pertama di Indonesia. Seperti pada konsep-konsep sebelumnya, LOST LINDENBERG berfokus pada pengalaman bersama para tamu, yang diundang untuk meluangkan waktu bersama di tempat-tempat komunal. Retret ditawarkan di delapan kamar menara yang dirancang dengan apik di tengah puncak pohon di hutan kelapa Bali Barat, terletak di pantai pasir lava hitam berkilauan yang belum tersentuh.
Aura, rasa melankolis manis-hangat tempat ini, pasir lava hitam dan ombak yang fantastis merupakan inspirasi untuk konsep kami. Bukan sekadar hotel berperabot rotan untuk berbulan madu. Melainkan keberanian untuk menetap di tengah lautan liar, untuk berselancar menghadapinya, sembari memenuhi hasrat akan ke-urban-an. LOST lahir dari sebuah perjalanan tak-sengaja dan telah menjadi tempat yang dirindu, rumah baru bagi kami dan semua orang yang ingin ikut serta.“ (Denise Omurca, Direktur Pengelola LINDENBERG).
What's On Fimela
powered by
Lokasi yang tidak terekspose
LOST LINDENBERG merupakan bagian dari komunitas Pekutatan, sebuah desa hindu kecil pada pesisir Bali barat yang sebagian besar belum dijamah pariwisata. Sebuah suaka tersembunyi yang dikelilingi kuil-kuil, dikuasai alam dan roh suci. Hanya berjarak selemparan batu dari LOST terdapat spot selancar Medewi yang terkenal.
Memiliki unit kamar terbatas
Kedelapan kamar terbagi dalam dua tipe: Dua Suite-Panorama-Laut dengan pemandangan langsung dan sangat dekat dengan laut, juga Suite-Panorama-Hutan dengan pemandangan ke hutan dan kuil-kuil. Suite seluas 45 m2 ini dilengkapi karya seni kontemporer, linen ramah lingkungan, Keramik-Gaya yang dibuat khusus, AC, kamar mandi yang luas, dan pemandangan yang indah. Dari setiap kamar tamu dapat memandang ombak.
Berselancar di spot tersembunyi
Elemen esensial saat mengunjungi LOST adalah berselancar. LOST BEACH milik kami merupakan spot berselancar yang belum diketahui umum. Sesi berselancar dengan instruktur lokal sudah Termasuk dalam tarif kamar. Papan buatan sendiri berkolaborasi dengan Pyzel Surfboards tersedia untuk disewa. Spot Selancar Medewi menarik peselancar dari segala level dengan ombak terpanjang di Bali.
RESTORAN & BAR
Meja kayu masif sepanjang tujuh meter merupakan jantung LOST LINDENBERG. Di sini para tamu bertemu untuk berbincang dan menyantap hidangan yang berlimpah. Konsep kuliner merayakan alam dengan cita rasa musiman dan lokal. Sebuah pendekatan berbasis bahan pangan nabati terhadap masakan rumahan Bali dengan pengaruh Barat. Semua bahan berasal dari budi daya sendiri atau dari permakultur organik terdekat. Granola buatan sendiri, buah-buahan tropis dan roti bakar kelapa untuk sarapan, hidanganhidangan nasi mewah dengan berbagai sambal pedas untuk makan malam. Di bar di tepi kolam renang disuguhkan minuman dingin klasik, kombucha lokal, atau koktail musiman.
SPA
Di hutan LOST terdapat beberapa pondok (pondok kayu historis). Dibangun dengan gaya pondok kayu tradisional yang dulunya digunakan untuk penyimpanan hasil panen, sekarang menjadi sumber relaksasi. Pijatan khas Bali menenangkan otot-otot yang tegang setelah berselancar. Perawatan tersebut terinspirasi dari ritual dan aromaterapi lokal serta menyelimuti spa dengan wewangian kamomil, lavender, serai, dan jeruk bergamot.
ARSITEKTUR
Untuk arsitekturnya, Alexis Dornier dan Studio Jencquel-lah yang bertanggung jawab. „Ide utamanya adalah menciptakan pengalaman luar biasa layaknya mimpi di tengah sebuah hutan mistis. Tinggi di atas tanah terdapat kamar di menara yang berdiri di antara puncak pepohonan, dengan pemandangan tak terhalang ke arah lautan. Menara-menara saling terhubung oleh „Highline“, sebuah jalan yang ditinggikan yang menghadap ke laut. Kami ingin memberikan perasaan beristirahat di atas kapal yang mengapung, tinggi dan aman, dengan hutan liar di depan pintu Anda. Dikelompokkan berdekatan, menara membentuk sebuah desa di pepohonan, sebuah perkumpulan masyarakat kecil yang mengawang-awang. LOST didesain dengan sangat memperhatikan detail, dengan bagianbagian tradisional yang dikontraskan secara berlebihan. Bahan bangunan utama adalah kayu hasil budi daya berkelanjutan dengan berbagai pola dan arah. Lantainya dilapisi „Bali Green Stone“, dengan kuningan sebagai bahan ketiga yang memberi aksen bagi keseluruhan komposisi. Dengan LOST, kami ingin bergerak di dunia mimpi - di antara Fiksi dan Realita.“ (Alexis Dornier)
INTERIOR
Konsep interior beserta semua elemen pelengkap arsitektur dibuat oleh Studio Jencquel. „Interiornya hangat dan nyaman, seakan-akan ingin memeluk kita. Kain linen, batu lava, kayu keras tropis, jati yang dibakar, batu sungai - semua ini dapat ditemukan pada koordinat ini. Warna dan bahan berasal dari daerah sekitar. Tirai kayu pada kamar mandi mengaburkan batas antara luar ruangan dan dalam ruangan, membiarkan angin laut masuk sambil memberikan perlindungan dari matahari yang panas. Melalui jendela panorama kita dapat mengintip kapal-kapal yang melintas di cakrawala. Perabot, lampu, piring keramik, dan hampir semua aksesori pada proyek ini didesain sendiri oleh Studio Jencquel. Tema mendasar, yaitu melankolis manis dan kegelapan, kental terasa: Luka neon pada melankolis manisku.“(Max Jencquel, Studio Jencquel).
SENI
Kurasi dan penggunaan karya-karya artistik mewakili bagian esensial dari semua konsep LINDENBERG. Seni di LOST LINDENBERG bermain dengan eklektik antara tradisi Indonesia, alam, dan gaya hidup perkotaan. Untuk tujuan itu, tim LINDENBERG mengumpulkan barang-barang antik Indonesia di tempat, seperti vas, keranjang, juga patung dari semua zaman. Karya-karya ini kontras dengan foto-foto kontemporer oleh, antara lain, seniman Indonesia Prabowo dan fotografer Inggris Annie Collinge. Di area pintu masuk, hutan tropis diseling oleh instalasi lampu neon dari seniman Frankfurt terkenal dan pemenang Golden Lion, Tobias Rehberger. Kumpulan pesan warna-warni yang membingungkan mewakili dunia bising yang mungkin ingin dihindari oleh sebagian besar pengunjung, yang tentu saja tidak menyangka akan menemukannya di sini di hutan di pantai barat Bali. Instalasi saya dimaksudkan sebagai transisi bertahap, semacam ritual perpisahan terakhir dari hiruk-pikuk yang secara harfiak dapat ditinggalkan ketika mereka menemukan pintu masuk tersembunyi dan memasuki pintu rahasia di dinding ke suaka relaksasi LOST LINDENBERG.“ (Tobias Rehberger, seniman)
KEBERLANJUTAN & TANGGUNG JAWAB SOSIAL LOST LINDENBERG
Sebagian besar beroperasi dengan cara yang ramah lingkungan dan miskin limbah. Panel surya memasok energi ke properti, sayur dan buah-buahan hasil permakultur sendiri digunakan di restoran, semua produk, seperti sabun dan tisu toilet, diproduksi secara regional dan adil, sampah dikumpulkan saat „pembersihan pantai“ mingguan dan restoran - seperti semua proyek LINDENBERG - sepenuhnya berbasis nabati, yaitu tanpa produk hewani. Untuk berkontribusi ke komunitas lokal, didirikanlah LOST BUNCH dari LINDENBERG. Ini merupakan program edukasi bersama para peselancar lokal untuk mendukung, mendorong, dan membuka sudut pandang baru bagi anak-anak dan pemuda-pemuda di Medewi. Banyak kaum muda ini sangat tertarik untuk berselancar, tetapi tidak memiliki akses ke lembaga pendidikan. Program ini menggabungkan kursus berselancar dengan mata pelajaran seperti bahasa Inggris, Keberlanjutan, dan Keramahtamahan, dengan harapan untuk membuka masa depan dengan lebih banyak peluang bagi mereka. Informasi lebih lanjut: @lostbunch
#Women for Women