Diary Fimela: 4 Alumni ITB Ciptakan Teknologi Memilih Skincare Tepat Hanya Lewat Selfie

Novi Nadya diperbarui 03 Jul 2022, 20:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Invasi produk skincare dalam negeri yang jadi tuan rumah di negeri sendiri  sudah seharusnya dibarengi dukungan teknologi yang memudahkan penggunanya. Perkembangan pesat pasar teknologi di industri kecantikan diprediksi berfokus pada penggunaan Artificial Intelligence (AI).

Menurut studi yang dilakukan InsightAce Analytic, nilai pasar AI di kategori kecantikan dan Kosmetik mencapai 39 ribu triliun (27,7 miliar Dolar AS) pada tahun 2021. Dan akan melonjak 5x lipat pada tahun 2030, dengan rata-rata pertumbuhan 19,7% per tahunnya.

AI sendiri berfokus untuk memberikan rekomendasi yang lebih personal dalam menentukan produk kecantikan yang tepat untuk setiap orang. Seperti yang ditawarkan startup beauty tech berbasis AI yang didirikan oleh empat alumni ITB.

Keempatnya adalah Al Varrel Putra Kusuma, Co-Founder dan CEO Allure, Muhammad Aditya Hilmy sebagai CTO, Salman Al Farisi sebagai CDO, dan Yasmin Nur Aqila sebagai Head of Science. Mereka menawarkan teknologi berbasis AI yang mampu menganalisis karakter dan kebutuhan kulit konsumen hanya lewat selfie untuk mendapatkan rekomendasi produk skincare paling tepat.

“Selama ini, kami melihat masih banyak konsumen yang bingung ketika memilih skincare yang cocok untuk jenis kulit mereka, terutama kaum pria. Mayoritas konsumen kerap membeli produk hanya berdasarkan saran teman atau influencer, padahal karakter dan kebutuhan kulit setiap orang berbeda. Oleh karena itu, Allure hadir memberikan solusi berbasis AI untuk membantu setiap orang memahami kebutuhan kulitnya dan mendapatkan produk kecantikan/perawatan diri yang sesuai,” kata Al Varrel Putra Kusuma, Co-Founder dan CEO Allure.

Ilustrasi Tekonologi Kecantikan Credit: pexels.com/Ralph
2 dari 3 halaman

Cara Kerja Anti-Ribet Hanya Lewat Selfie

ilustrasi tertawa bahagia/Monster Ztudio/Shutterstock

Cara kerja AI milik Allure dalam mengidentifikasi kebutuhan pengguna cukup cerdas dan mudah. Pada aplikasi, pengguna tinggal melakukan selfie dan mengisi survey yang telah disediakan, lalu secara otomatis sistem Allure akan merekomendasikan produk-produk skincare yang paling cocok dengan profil kulit pengguna.

Allure menawarkan solusi canggihnya untuk penggunaan B2B, dimana partner-partner seperti brand kecantikan, ritel, dan e-commerce bisa mengintegrasikan teknologi AI tersebut untuk menciptakan pengalaman belanja yang lebih menarik serta personal bagi pengunjung aplikasi mereka. Sementara untuk B2C, startup yang didirikan empat alumni ITB ini menargetkan brand-brand yang sedang berkembang untuk bisa melakukan promosi dalam aplikasi Allure AI yang telah memiliki lebih dari 70 ribu pengguna. Dengan begitu, calon pembeli bisa mendapatkan rekomendasi produk dan regime skincare yang paling cocok untuk brand partner melalui aplikasi.

Sejauh ini, Allure telah menganalisa lebih dari 3.500 produk dan 70 ribu selfie di aplikasi, dengan rata-rata input selfie sebanyak 10 ribu setiap bulannya. Perkembangan pengguna aplikasi pun mengalami tren positif, yaitu bertumbuh 60% month to month.

3 dari 3 halaman

Dapat Mentor Langsung dari Program Startup Studio Indonesia (SSI)

Teknologi kecantikan masa depan dari L'Oreal di Viva Technology Paris 2019 (Foto: Dok. L'Oreal)

Mengingat usia Allure yang masih sangat muda, Varrel bersama tiga rekan co-founder yang lain (Muhammad Aditya Hilmy sebagai CTO, Salman Al Farisi sebagai CDO, dan Yasmin Nur Aqila sebagai Head of Science) terus memperbanyak ilmu dan pengalaman dalam membesarkan startup, salah satunya dengan mengikuti Startup Studio Indonesia (SSI) Batch 4. SSI sendiri merupakan program inisiatif Kominfo RI yang bertujuan untuk membantu startup tahap awal agar bisa berkembang dan mencapai product-market fit (PMF) secara berkelanjutan.

“Kami tertarik mendaftar SSI setelah melihat jajaran mentor yang sudah sangat berpengalaman menyukseskan startup mereka masing-masing. Dan ternyata, kami mendapatkan banyak sekali saran dan masukan terkait pengembangan produk dan bisnis. Ilmu-ilmu ini sangat berharga, terutama untuk kami yang baru menyelesaikan kuliah dan langsung membangun startup. Adanya meeting dan mentoring rutin bisa menjawab semua permasalahan kami dengan cepat, sehingga bisnis dan produk kami bisa terus berkembang berkat ilmu yang didapatkan dari program ini,” ungkap Varrel.

Varrel pun meyakini, potensi pengadopsian beauty tech di Indonesia masih sangatlah besar, terutama karena Indonesia masih tertinggal jauh dari negara-negara lain seperti Tiongkok, AS, dan Korea Selatan. Di negara-negara ini, pencarian skincare, makeup, atau aksesoris sehari-hari sudah dibantu oleh teknologi AI & Augmented Reality (AR).

“Melihat fenomena ini, kami percaya hanya menunggu waktu sampai masyarakat Indonesia mengadopsi tren yang sama. Oleh karena itu, kami berupaya mendorong adopsi ini dengan mengembangkan Allure AI. Kedepannya, kami berencana menggandeng lebih banyak partner B2B untuk integrasi teknologi pada toko/website mereka, dan kami akan mengembangkan teknologi ini agar dapat memberikan rekomendasi produk kecantikan lain seperti makeup dan perawatan rambut,” tutupnya. 

#WomenForWomen