Diary Fimela: Inkubator Bisnis Ini Jadi Pembuka Peluang Berkarya bagi Penyandang Disabilitas

Vinsensia Dianawanti diperbarui 27 Jun 2022, 12:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Hingga kini akses pekerjaan dan ruang berkarya bagi penyandang disabilitas masih terbilang kecil. Terutama di masa pandemi COVID-19 yang menjadi masa sulit bagi semua orang.

Minimnya akses pekerjaan bagi penyandang disabilitas ini, terjadi baik di perkotaan maupun perdesaan. Data BPS di tahun yang sama juga menemukan bahwa berdasarkan wilayahnya, persentase pekerja disabilitas di perkotaan turun dari 0,24% menjadi 0,15%.

Di pedesaan, persentase pekerja disabilitas turun dari 0,34% menjadi 0,20%. Hal ini bukan hanya bagi kaum difabel yang memiliki keterbatasan pendidikan, lulusan dari SLB pun kerap masih kesulitan mendapatkan pekerjaan. Hal ini diungkapkan Siti Marlina, wanita berumur 34 tahun yang berasal dari Kota Bontang, Kalimantan Timur, pendiri Inkubator Bisnis (Inbis) Permata Bunda.

“Bagi para penyandang disabilitas, ada ketakutan terbesar setelah lulus SLB. Selain karena tidak memungkinkannya melanjutkan jenjang pendidikan, akses terhadap pekerjaan yang mampu dilakukan secara profesional oleh mereka pun masih terbatas. Tidak melulu karena mereka tidak mampu, tetapi lebih kepada kesempatan yang ada masih minim terhadap mereka. Ironinya, hal ini kerap terjadi di kota-kota besar Indonesia, terlebih lagi di kota kecil di Kalimantan seperti Bontang ini," kata Siti Marlina, pendiri Inbis Permata Bunda.

 

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Dekat dengan penyandang disabilitas sejak kecil

Cerita inkubator bisnis yang buka peluang berkarya bagi penyandang disabilitas (dok.istimewa)

Memiliki orangtua bekerja sebagai pengajar SLB membuat Siti hidup dekat dengan kelompok penyandang disabilitas. Ia pun menyadari bahwa penyandang disabilitas pada hakikatnya mampu berdaya dan berkarya setara dengan orang pada umumnya.

Berbekal pengalaman di bidang pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Siti bersama suami menginisiasi program Inkubator Bisnis (Inbis) Permata Bunda yang berlokasi di Kota Bontang, Kalimantan Timur. Dalam prosesnya, mereka juga mengajak Sekolah Luar Biasa (SLB) di kota Bontang untuk turut berpartisipasi.

“Khusus siswa SLB yang tidak dapat melanjutkan pendidikan akademis, kami melihat ada potensi untuk membimbing dan melatih mereka dengan fokus pada life-skill, yang tentunya disesuaikan dengan kemampuan mereka masing-masing. Hingga saat ini, kami memberdayakan 54 orang penyandang disabilitas dari tuna netra, tuna daksa, tuna grahita, teman tuli, hingga penyandang autis dari berbagai daerah.” tambah Siti.

Inbis Pertama Bunda bukan hanya sebagai wadah pengaplikasian keterampilan para siswa SLB dan alumni SLB kota Bontang, tetapi juga tempat mencari nafkah bagi mereka yang telah berhasil dilatih, menjadi pemagang dan karyawan dalam beberapa lini usaha yang dijalankan bersama. Saat ini, Inbis Permata Bunda memiliki tiga lini usaha, diantaranya adalah sablon, kuliner, dan sayuran.

 

3 dari 4 halaman

Menghadapi pandemi COVID-19

Di awal pandemi, usaha sablon milik inkubator bisnisnya sempat terganggu. Namun teman-teman dari penyandang disabilitas ini yang menjadi penguat bagi timnya untuk berinovasi. Hingga akhirnya pada Ramadan 2020, Inbis Permata Bunda meluncurkan bisnis kuliner bernama Abkulinary yang berfokus pada produksi kue kering dan premium.

Karyawan pertama Inbis Permata Bunda adalah Rizky Erfanda, laki-laki berusia 26 tahun yang merupakan penyandang tuli dan merupakan tulang punggung keluarga. Rizky fokus mengurus bisnis sablon dalam naungan Inbis Permata Bunda yang berhasil membawanya mengantongi uang hingga 5 - 6 juta rupiah per bulannya. Beragam keterampilan Rizky kuasai, di antaranya adalah menyablon baju, memasang wallpaper, hingga membuat kue kering.

 

4 dari 4 halaman

Inkubator bisnis yang mandiri

Berlokasi di Kampung Aren Berdaya Ramah Disabilitas yang menjunjung kehidupan bermasyarakat yang inklusif dengan hidup berdampingan bersama para penyandang disabilitas, Inbis Permata Bunda merupakan salah satu Sustainable Entrepreneurship Program for Disability dari PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) yang telah dibina sejak 2016 hingga tahun 2021. Saat ini Inbis Permata Bunda memasuki fase exit strategy karena dinilai mampu untuk mandiri.

Siti menutup dengan sebuah kalimat yang menyentuh bahwa berkebutuhan khusus bukanlah kehendak mereka.

"Jangan sampai kita menyedihkan mereka. Dengan adanya Inbis Permata Bunda ini, kami ingin teman-teman berkebutuhan khusus untuk terus bahagia, sehat, dan setara. Kami bersatu dalam karya, berkarya untuk beda. Disini kita sama-sama berkarya, hanya cara berkaryanya saja yang berbeda.” tutup Siti.