Total Kasus Hepatitis Akut Misterius Mencapai Angka 70, Ini Penjelasan Kemenkes

Fimela Reporter diperbarui 27 Jun 2022, 14:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Angka kasus hepatitis akut misterius di Indonesia hingga 23 Juni 2022 mencapai angka 70. Kabar ini disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril dalam konferensi pers update tentang jumlah kasus hepatitis misterius yang berlangsung secara virtual pada Jumat, (24/6). Syahril menerangkan dari 70 kasus tersisa 30 kasus yang masih di investigasi Kemenkes.

"Dari 70 kasus (hepatitis misterius) ini sudah kita singkirkan 40, sehingga saat ini kita sedang menginvestigasi sebanyak 30 kasus," kata Syahril dikutip dari Liputan6.com.

Syahril juga menyampaikan, jumlah kasus hepatitis ini tersebar di 21 provinsi. Provinsi dengan kasus terbanyak merupakan DKI Jakarta . Namun, belum disampaikan data terbaru mengenai jumlah kasus hepatitis akut misterius di Jakarta.

Berdasarkan penjelasan Syahril, dari total kasus hepatitis misterius diklasifikasi menjadi tiga kategori, yaitu proable, pending, discarded. Secara detail kasus masih berstatus proable sebanyak 16 kasus, kasus berstatus pending ada 14 kasus, dan kasus berstatus discarded sebanyak 40 kasus.

"40 kasus discarded karena penyebabnya sudah diketahui, jadi dia dikeluarkan (dari dugaan hepatitis misterius)," jelasnya.

2 dari 3 halaman

Panduan definisi kasus hepatitis akut oleh WHO

Ilustrasi anak terbaring sakit.(Sumber foto: Pexels.com.)

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) telah memberikan panduan terkait definisi kasus hepatitis akut misterius pada anak, di antaranya discarted, dimana virus hepatitis A, B, C, D dan E terdeteksi atau muncul etiologi lain yang terdeteksi. Definisi kasus lainnya adalah pending classification, karena sedang menunggu hasil laboratorium untuk hepatitis A-E. SGOT/SGPT (radang hati) di atas 500 IU/L, pasien berusia di bawah 16 tahun.

Kemudian definisi Epi-Linked, yaitu ketika virus non-hepatitis A-E, segala usia, atau kontak erat dengan proable sejak 1 Oktober 2021. Jika ditilik dari definisi-definisi tersebut, hepatitis misterius paling mendekati definisi adalah proable yang dibuktikan dengan hasil laboratorium non-hepatitis A-E, SGOT/SGPT di atas 500 IU/L, usia dibawah 16 tahun dan kasus terjadi sejak 1 Oktober 2021.

Untuk kasus konfirmasi hingga saat ini sedang diteliti oleh para pakar kesehatan. Namun, mayoritas temuan kasus di sejumlah negara mengarah pada hipotesa Adenovirus yang menjadi penyebab batuk dan pilek.

3 dari 3 halaman

Perbedaan Hepatitis A-E dengan Hepatitis Akut Misterius

Ilustrasi dokter melakukan analisis virus hepatitis (Sumber foto: Pexels.com).

Kasus hepatitis akut yang saat ini merebak di beberapa negara termasuk Indonesia disebut hepatitis akut misterius. Penamaan ‘misterius’ ini bukan tanpa alasan, sebutan tersebut disematkan lantaran hepatitis ini memiliki perbedaan dengan hepatitis yang telah ada sebelumnya, yaitu A,B,C, D, dan E.

Seorang dokter spesialis anak ahli pencernaan dan hati dari Rumah Sakit EMC, Sumardi Fransiskus menjelaskan perbedaan antara hepatitis akut dengan hepatitis yang telah ada. Sumardi mengatakan bahwa orang yang terkena hepatitis A-E ketika dites makan akan positif dengan virus-virus penyebabnya. Namun, pada hepatitis akut, hasil tes pasien akan menunjukkan reaksi negatif dari seluruh jenis hepatitis yang ada.

Membedakan hepatitis yang ada dengan hepatitis yang sekarang (hepatitis akut), itu setelah kita tes hepatitis A, B, C hasilnya negatif,” kata Sumardi pada Rabu (11/5).

Tidak hanya itu Sumardi juga mengungkapkan bahwa hepatitis akut memiliki kecepatan yang signifikan.

“Ciri lainnya, kecepatannya cepat sekali seperti kasus yang di RSCM pada usia 2, 8, dan 11 tahun itu hitungannya dari 27 April hingga Mei itu sudah meninggal.”

Untuk itu, masyarakat perlu waspada jika anak mulai terlihat memiliki gejala hepatitis akut. Beberapa gejala hepatitis akut yang terlihat dari pasien sebelumnya adalah sakit perut, diare, dan muntah, diikuti penyakit kuning yang ditandai dengan kulit atau bagian putih mata yang menguning.

 

*Penulis: Tasya Fadila.

#women for Women