Menghadapi Orang Terdekat yang Menjadi Penghujat, Hati Ini Harus Lebih Tabah

Endah Wijayanti diperbarui 26 Jun 2022, 15:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Di bulan Juni ini, Fimela mengajakmu untuk berbagi cerita tentang keluarga. Untuk kamu yang seorang ibu, anak, mertua, menantu, kakak, atau adik. Ceritakan apa yang selama ini ingin kamu sampaikan kepada keluarga. Meskipun cerita tak akan mengubah apa pun, tapi dengan bercerita kamu telah membagi bebanmu seperti tulisan kiriman Sahabat Fimela dalam Lomba My Family Story: Berbagi Cerita tentang Sisi Lain Keluarga berikut ini.

***

Oleh: FL

Berada dalam masa itu sangat menyedihkan bagiku. Karena realitas tak sama dengan harapan. Aku berharap orang-orang terdekatku adalah mereka yang mendukung dan menguatkan atas pilihan hidupku. Mereka yang akan bersamaku menghadapi konsekuensi dari suatu keputusan yang ku ambil. Tetapi mereka justru berbalik arah ikut menghujatku.

Beberapa tahun lalu, aku memutuskan untuk resign dari kerja yang aku jalani karena ingin menekuni dunia usaha. Tentu aku tak memutuskan pilihan ini  sendiri dan mendadak apalagi tanpa diskusi dengan keluarga terutama orang tua.

Beberapa bulan sebelum mengambil keputusan resign kerja, aku telah melakukan banyak pertimbangan. Meminta petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan bermusyawarah dengan kedua orang tua. Aku menyampaikan alasan yang melatarbelakangi, rencana-rencana yang akan dilakukan dan mendiskusikan kemungkinan-kemungkinan tak diinginkan terjadi.

Mengingat background lingkungan keluarga besar dan tetangga masih punya pikiran mainstream. Ketika ada anak yang menempuh pendidikan sekolah hingga perguruan tinggi pasti mereka berpikir anak-anak itu harus jadi pegawai atau orang kantoran. Tapi pilihanku berseberangan dengan pemikiran mereka, saat ini aku lulusan perguruan tinggi dan memilih merintis usaha daripada berkarier di perusahaan orang atau pemerintahan.

Terkait pilihan ini, dari awal aku sudah menduga aku bakal mendapat hujatan dan nyinyiran dari lingkungan sekitar berhubungan dengan keputusanku.

 

 

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Berusaha Sabar dan Tegar

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Ketika hasil dari musyawarah sudah deal, aku langsung gerak mengeksekusi rencana. Kemudian menjalankan apa yang sudah direncanakan.

Hari, minggu, dan bulan berlalu. Dugaan awalku, benar jadi kenyataan. Tetangga mulai melihat dan mengetahui aktivitasku. Begitu pula orang-orang baru dari pembeli dan rekan penjual mulai mengetahui asal usul pribadiku.

Bersamaan dengan waktu ini sebagian mereka mulai menggunjing dan menghujat pilihan hidupku.

“Kamu buat apa sekolah tinggi, kalau ujungnya jualan di kios pasar seperti sekarang?”

“Berarti ijazah kamu tidak terpakai karena saat ini tidak bekerja (di kantoran)?”

“Mengapa kamu jualan tidak kerja saja, bukannya S1 ya?”

“Lulusan Sarjana kok jualan?”

Dan lain-lain.

Namanya juga perjalanan hidup, naik dan turun dalam tiap penggalan hidup itu biasa. Begitu juga dengan kesuksesan, (sepanjang pelajaran yang aku dapatkan) mereka yang sukses di bidang masing-masing tidak didapatkan dengan instan melainkan ada prosesnya.

Aku pun merintis usaha tidak langsung booming dengan omset milyaran per tahun. Aku menikmati dan terus belajar mensyukuri keadaan apa pun itu. Baik itu ketika berada di bawah mau pun sedang merangkak naik. Begitu pula ketika gagal mencoba inovasi hal baru. Aku juga menikmati dan terus belajar.

Tapi ketika berada di posisi tak mengenakkan, orang-orang terdekatku justru berbalik arah ikut menghujat keputusan yang dulu aku ambil (merintis usaha). Tidak tahu dengan sadar atau tidak mereka melontarkan kata-kata pedas.

“Orang yang lulusan Sarjana saja tidak jadi pegawai? Bagaimana saudaranya mencontoh ingin kuliah?”

“Sarjana gagal, ijazahnya tidak pakai!”

“Lulusan sarjana kok malah jualan.”

Aku mendengar kalimat itu dari mulut mereka sangat sok dan menyayat hati. Bukankah aku sudah sampaikan akan kemungkinan tak diinginkan keadaan ini dulu? Mengapa sekarang menghujatnya?

Aku berhasil melewati masa menerima hujatan dari orang lain. Tapi aku terpuruk menerima hujatan dari orang-orang terdekatku.

#WomenforWomen