Fimela.com, Jakarta Rasa kesemutan di tangan maupun kaki biasanya dianggap sepele karena bisa hilang dengan sendirinya. Padahal, kesemutan juga bisa menjadi tanda penyakit serius lho, Sahabat Fimela. Salah satunya seperti neuropati perifer.
Neuropati adalah kerusakan saraf tepi yang dapat menyebabkan disfungsi sensorik, motorik, dan otonom. Ini umumnya disebabkan oleh penyakit tertentu seperti diabetes, kondisi fisik, usia lanjut hingga kurangnya asupan nutrisi.
Kerusakan saraf tepi ini bisa menimbulkan gejala-gejala tertentu. Namun, Ketua Pokdi Neuro Fisiologi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S(K), mengungkapkan gejala awal dari neuropati ini adalah kesemutan.
“Faktanya 1 dari 2 orang mengalami gejala neuropati berupa kebas dan kesemutan sebagai gejala awal. Kesemutan dan kebas ini merupakan keluhan yang paling banyak dialami oleh pasien neuropati,” kata dr. Manfaluthy dalam diskusi virtual P&G Health, pada Senin (20/6/2022).
Apa Beda Kesemutan Biasa dengan Kesemutan Akibat Neuropati?
Lebih lanjut, dr. Manfaluthy menjelaskan kesemutan biasa umumnya terjadi ketika kamu dengan sengaja menutup aliran darah, misalnya terlalu lama duduk menyilangkan kaki. Namun, pada kondisi ini kesemutan akan hilang setelah kaki diluruskan.
Sementara, kesemutan yang diakibatkan oleh penyakit neuropati umumnya muncul dengan sendirinya tanpa ada pemicunya. Selain itu, frekuensi dari kesemutan ini terjadi secara berulang.
“Kesemutan itu pada dasarnya menunjukkan bahwa sarafnya cedera yang kalau didiamkan akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Namun dalam kasus neuropati, tanpa posisi tertentu (misalnya menyilangkan kaki) akan merasakan kesemutan. Sensasi itu berlangsung lama dan berulang-ulang,” ungkap dr. Manfaluthy.
Gejala Neuropati Lainnya
Selain kesemutan, terdapat gejala-gejala lain dari penyakit neuropati. Di antaranya seperti berikut ini:
1. Sering merasa kesemutan/kebas
2. Sulit untuk bergerak
3. Kaki/tangan terasa nyeri
4. Kehilangan keseimbangan
5. Sering sakit kepala
6. Respon otak melambat
7. Sering buang air kecil
8. Mengeluarkan keringat berlebih
Untuk mengendalikan faktor risiko, deteksi dini merupakan salah satu cara yang paling efektif. Sebab, jika tidak segera ditindak, maka dampak jangka panjangnya dapat berdampak negatif pada fisik dan emosional sehingga bisa menurunkan kualitas hidup seseorang.
“Hal tersebut bertujuan untuk mencegah dampak neuropati yang lebih berat, karena kerusakan saraf dapat bersifat irreversible jika lebih dari 50% serabut saraf telah rusak,” ungkap dr. Manfaluthy.
Dalam rangka memperingati Neuropathy Awareness Week 2022, P&G Health didukung oleh Kementerian Kesehatan dan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) memperkenalkan kampanye 'Feel Life'.
Terdiri dari rangkaian program termasuk simposium medis profesional kesehatan, edukasi publik dan kampanye media sosial, serta pemeriksaan gejala neuropati gratis melalui roadshow Neuropati Check Point (NCP), kampanye ini bertujuan untuk mengajak masyarakat untuk lebih menyadari pentingnya kesehatan saraf, deteksi dini neuropati perifer dan mendapatkan pengobatan yang tepat.
“Melalui kampanye ini, kami berharap dapat meningkatkan kesadaran tentang bagaimana gejala neuropati perifer dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang serta mendorong mereka untuk mendapatkan pengobatan tepat,” tutur Brand Director Personal Healthcare P&G Health Indonesia, Anie Rachmayani.
Kampanye ini dilakukan selama Mei-Juni 2022 dengan rangkaian program antara lain simposium medis tenaga profesional kesehatan bersama IDI, Perdossi, dan PAPDI menargetkan lebih dari 4.000 dokter, edukasi masyarakat & kampanye media sosial tentang neuropati melalui akun resmi Neurobion @NeurobionID, dan roadshow Neuropati Check Point (NCP) di 5 titik di Jakarta yang meliputi pemeriksaan kesehatan saraf gratis dan konsultasi dengan praktisi kesehatan.
#Women for Women