Fimela.com, Jakarta Epilepsi adalah gangguan otak yang ditandai dengan kejang berulang. Kejang biasanya didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang tiba-tiba karena perubahan sementara dalam fungsi listrik otak.
Biasanya, otak terus menerus menghasilkan impuls listrik kecil dalam pola yang teratur. Impuls ini berjalan di sepanjang neuron, jaringan sel saraf di otak dan ke seluruh tubuh lewat pembawa pesan kimia yang disebut neurotransmiter.
Pada epilepsi, ritme listrik otak cenderung menjadi tidak seimbang, mengakibatkan kejang berulang. Pada pasien dengan kejang, pola listrik normal terganggu oleh ledakan energi listrik yang tiba-tiba dan sinkron yang bisa secara singkat memengaruhi kesadaran, gerakan, atau sensasi mereka, seperti dilansir dari aans.org.
Epilepsi biasanya didiagnosis setelah seseorang mengalami setidaknya dua kali kejang yang tidak disebabkan oleh beberapa kondisi medis yang diketahui, seperti penghentian alkohol atau gula darah yang sangat rendah. Jika kejang muncul di area tertentu di otak, maka gejala awal kejang seringkali mencerminkan fungsi area tersebut.
What's On Fimela
powered by
Serba-serbi epilepsi
Menurut Epilepsy Foundation, epilepsi memengaruhi 50 juta orang di seluruh dunia. Kejang epilepsi mungkin terkait dengan cedera otak atau genetika, tapi 70% pasien epilepsi, penyebabnya tidak diketahui.
Epilepsi memengaruhi lebih dari 300.000 anak di bawah usia 15 tahun dan lebih dari 90.000 anak muda dalam kelompok mengalami kejang yang tidak bisa diobati secara memadai. Tingkat serangan mulai meningkat saat individu menua, terutama saat mereka mengembangkan stroke, tumor otak, atau penyakit Alzheimer, yang semuanya bisa menyebabkan epilepsi.
Lebih banyak pria daripada perempuan yang menderita epilepsi. Dan menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke, 20% pasien epilepsi mengalami kejang yang tidak bisa diatasi, kejang yang tidak merespon pengobatan.
Faktor risiko epilepsi
1. Kelahiran prematur atau berat badan saat lahir rendah
2. Trauma saat lahir, seperti kekurangan oksigen
3. Kejang di bulan pertama kehidupan
4. Struktur otak abnormal saat lahir
5. Pendarahan ke otak
6. Pembuluh darah abnormal di otak
7. Cedera otak serius atau kekurangan oksigen ke otak
8. Tumor otak
9. Infeksi otak, seperti meningitis atau ensefalitis
10. Stroke akibat penyumbatan pembuluh
11. Palsi serebral
12. Cacat mental
13. Kejang terjadi dalam beberapa hari stelah cedera kepala
14. Riwayat keluarga dengan epilepsi atau kejang terkait demam
15. Penyakit Alzheimer
16. Kejang terkait demam yang lama
17. Penyalahgunaan alkohol atau narkoba
Pencegahan epilepsi
Orang dengan epilepsi cenderung memiliki lebih banyak masalah fisik, seperti patah tulang dan memar akibat cedera yang berhubungan dengan kejang, serta tingkat kondisi psikologis yang lebih tinggi, termasuk kecemasan dan depresi. Namun, menurut perkiraan who.int, 25% kasus epilepsi bisa dicegah.
1. Mencegah cedera kepala adalah cara paling efektif mencegah epilepsi pasca trauma
2. Perawatan perinatal yang memadai bisa mengurangi kasus baru epilepsi yang disebabkan oleh cedera lahir
3. Penggunaan obat-obatan dan metode lain untuk menurunkan suhu tubuh anak demam bisa mengurangi kemungkinan kejang demam
4. Pengecegahan epilepsi yang terkait dengan stroke difokuskan pada pengurangan faktor risiko kardiovaskular, seperti mengontrol tekanan darah tinggi, diabeters dan obesitas, menghindari tembakau, dan penggunaan alkohol berlebihan