Punya Sahabat dari Sejumlah Negara, Ikatannya Sudah Bagai Keluarga

Endah Wijayanti diperbarui 17 Jun 2022, 08:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Di bulan Juni ini, Fimela mengajakmu untuk berbagi cerita tentang keluarga. Untuk kamu yang seorang ibu, anak, mertua, menantu, kakak, atau adik. Ceritakan apa yang selama ini ingin kamu sampaikan kepada keluarga. Meskipun cerita tak akan mengubah apa pun, tapi dengan bercerita kamu telah membagi bebanmu seperti tulisan kiriman Sahabat Fimela dalam Lomba My Family Story: Berbagi Cerita tentang Sisi Lain Keluarga berikut ini.

***

Oleh: Sisca Wiryawan

“Keluarga ialah orang-orang yang ada saat kita mengalami suka dan duka.”

Aku memiliki beberapa sahabat pena yang sudah kuanggap keluargaku. Tanpa terasa sudah 16 tahun kami bersahabat jarak jauh.

Awalnya, aku ingin melatih kemampuan bercakap-cakap dalam bahasa Inggris. Akhirnya, kami merasakan kedekatan hati walaupun tidak pernah bertemu secara langsung. Mereka selalu menghiburku saat aku menderita kanker kulit 8 tahun yang lalu. Ketika itu, aku menderita kanker kulit stadium pertama, tapi rasanya sakit sekali seperti ditusuk ribuan jarum saat malam hari. Kulitku pun langsung kemerah-merahan jika terkena sinar matahari.

Sahabat-sahabatku ini sudah seperti keluargaku sendiri. Tidak ada jaga image di antara kami. Rasa persaudaraan menghangatkan hati sehingga kami saling percaya.

 

 

 

 

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Sahabat yang Bagai Keluarga Sendiri

Ilustrasi.| pexels.com/@edward-jenner

Angel, sahabatku di Spanyol. Ia hobi berkebun. Aku sangat terkejut ketika 10 tahun yang lalu ia mengirimku pocket camera agar aku bisa memfoto kuliner dan menang lomba resep masakan sehingga aku bisa memperoleh tambahan penghasilan walaupun aku sedang sakit. Ia beranggapan kamera handphoneku tidak memadai.

Yang unik, saat aku memperoleh paket kejutan tersebut, Angel malah malu dan berpura-pura bahwa bukan ia pengirimnya. Ia sangat berhati-hati. Paket tersebut berupa kotak kardus dibalut dengan lakban tebal. Ketika aku bertanya, “Angel, mengapa mengirim hadiah mahal. Kau kan baru saja pindah apartemen yang memakan banyak biaya?”

“Aku ingin memberikan kenang-kenangan. Apalagi kau sudah berbagai info bagaimana memasak simpel dengan rice cooker yang tidak dijual di negaraku,“ jawab Angel.

“Aku suka sekali rice cooker yang kubeli di amazon.com. Rice cooker sungguh penolongku saat memasak nasi dan kembang kol. Aku sangat takut memasak dengan kompor gas ataupun oven. Hampir saja panci meledak karena aku lupa mematikan kompor gas.”

Angel sungguh sahabat yang halus perasaannya. Padahal aku hanya menjelaskan rice cooker, tapi ia menghadiahiku sebuah kamera saku sebagai bekal mencari uang.  

3 dari 4 halaman

Indahnya Persahabatan

Ilustrasi |pexels.com/@edward-jenner

Arie, sahabatku di Prancis. Ia bekerja di klinik kesehatan, tapi juga berprofesi sebagai novelis. Ia mendorongku untuk  mengarang walaupun aku tidak memiliki bakat sepertinya. Ia bersikeras bahwa tidak ada salahnya berlatih mengarang.

Dalam hidup diperlukan 99% kemauan keras dan 1% bakat. Oleh karena itu, selama 2 bulan aku berlatih mengarang di bawah bimbingannya. Kami berduet mengarang fiksi cinta.

Ia akan mengarang 1 paragraf dan aku harus melanjutkan 1 paragraf, dan kemudian ia akan melanjutkan kisah tersebut, dan seterusnya. Aku sangat menghargai niat baiknya. Ia menyisihkan waktu istirahatnya hanya untuk melatihku mengarang. Dari Arie, aku belajar bahwa hidup itu kerja keras.

Wolfie, sahabatku dari Prancis, yang sekarang sedang sakit tulang belakang dan jantung. Selama berbulan-bulan ia harus berbaring di tempat tidur.

Dahulu Wolfie berkerja di toko alat musik. Ia pandai bermain gitar. Ia selalu mengirimkan link lagu yang pasti kusukai. Wolfie selalu ada saat aku sedih. Wolfie selalu merupakan orang pertama yang mengucapkan Happy Birthday padaku selama bertahun-tahun. Semoga sahabatku ini segera sembuh dan bisa bermusik lagi.

4 dari 4 halaman

Bahagia Bersama Mereka

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Trissy, sahabatku dari Belanda. Ia berkata, “Cinta itu tidak harus memiliki. Bersahabat itu tidak berarti harus bertemu dahulu. Walaupun jutaan kilometer terbentang, yang terpenting ialah kedekatan hati. Saat aku makan satai dan nasi goreng yang merupakan makanan khas Indonesia, aku pasti teringat olehmu.”

Trissy yang ahli komputer, selalu mengajarkan bahwa hidup itu harus dijalani dengan rasa syukur dan optimisme. Tak peduli seberapa berat hidup, yang penting ialah berusaha untuk selalu berbahagia.

Aku sangat menyayangi sahabat-sahabat penaku seperti keluargaku sendiri. Tentu aku pun menyayangi keluarga intiku. Tapi, sahabat-sahabat penaku ini juga sudah seperti keluargaku sendiri.

Semoga mereka selalu berbahagia dan berada di bawah lindungan Tuhan Yang Maha Esa di mana pun mereka berada. Terima kasih banyak untuk cinta dan persahabatan yang hangat yang selalu kalian curahkan untukku selama ini.

Terima kasih banyak untuk segala ilmu dan pengetahuan yang kalian share untukku. I love you all, my dear family. Wish the best for all of you.

 

#WomenforWomen