Fimela.com, Jakarta Di bulan Juni ini, Fimela mengajakmu untuk berbagi cerita tentang keluarga. Untuk kamu yang seorang ibu, anak, mertua, menantu, kakak, atau adik. Ceritakan apa yang selama ini ingin kamu sampaikan kepada keluarga. Meskipun cerita tak akan mengubah apa pun, tapi dengan bercerita kamu telah membagi bebanmu seperti tulisan kiriman Sahabat Fimela dalam Lomba My Family Story: Berbagi Cerita tentang Sisi Lain Keluarga berikut ini.
***
Oleh: fuatuttaqwiyah channel
Sepeninggal ibunda 16 tahun yang lalu, kehidupanku berubah drastis. Aku yang belum siap kehilangan ibu sempat limbung. Aku terpuruk dalam duka yang berkepanjangan. Namun, melihat wajah adik-adikku, aku pun segera bangkit berjuang memberikan masa depan terbaik versiku untuk mereka.
Kerja keras tiada henti hingga lupa menata diri sendiri. Aku sibuk membiayai adik-adikku hingga lupa menyiapkan masa depanku sendiri. Saat kusadar semua sudah terlambat.
Apakah aku menyesal telah membiayai mereka? Sejujurnya tidak. Aku justru bahagia karena sudah menajalankan amanah ibu menagantarkan adik-adik hingga lulus SMA. Bahkan satu adikku sudah menjadi sarjana.
Semua kepahitan, kesedihan, dan kelelahan telah kulewati demi mereka. Ketika mereka lupa dengan jerih payahku aku hanya mampu diam. Aku sudah ikhlas dengan semua yang kukeluarkan baik materi maupun pikiran.
Kupilih menjaga jarak dengan mereka. Aku hanya pulang ketika mudik lebaran, itu pun hanya beberapa hari. Kupergunakan waktu yang sebentar untuk berbincang dengan adik-adikku.
Sepeninggal Ibu Tercinta
Hari biasa aku hanya berbicara di grup keluarga ala kadarnya. Aku tipikal orang yang tidak suka basa basi. Kubiarkan semua berjalan apa adanya.
Menjaga jarak adalah pilihan yang tepat. Kebetulan aku dan adik-adik pisah kota. Masing masing dari kami berbeda daerah sehingga jarak pemisah secara fisik itu ada.
Kondisi itu jelas kusyukuri. Minimal aku tidak merecoki kehidupan rumah tangga adik-adikku. Aku juga bisa menjaga mata agar tidak silau dengan kesuksesan adik-adikku secara materi. Karena saat ini pun aku masih berjuang untuk kehidupan yang lebih layak versiku.
Menjaga jarak bukan berarti tidak sayang keluarga justru karena sayang keluarga dan ingin keluargaku baik-baik saja.
Aku bahkan tidak tahu kalau di rumahku ada masalah besar yang terjadi. Aku bersyukur tidak tahu dan tidak diberi tahu, seenggaknya aku tidak perlu marah karena hal itu.
Hubunganku dengan adik-adik tetap baik-baik saja. Tanpa konflik tanpa kebencian. Ya, menjalani kehidupan masing-masing dengan versi kebahagaiaan masing-masing
Hidup harus tetap berjalan. Hubungan baik dengan keluarga tetap kupertahankan sampai ajal menjemput.
#WomenforWomen