Fimela.com, Jakarta Ekonomi sirkular menjadi isu yang terus disosialisasikan agar semakin banyak diterapkan di Indonesia. Konsep ekonomi sirkuler sendiri adalah mengubah limbah salah satunya sampah plastik menjadi keuntungan dalam sisi ekonomi dan tentu saja lingkungan.
Dalam bulan peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Unilever Indonesia mengajak kita untuk mengenal proyek berbasis digital DIVERT yang digagas oleh Waste4Change dengan dukungan dari Unilever global lewat program TRANSFORM untuk menuju terciptanya ekonomi sirkular yang lebih efektif dan efisien. Lewat webinar 'Bicara Sirkular Ekonomi: Pentingnya Data dan Traceability Sampah Plastik", kita diajak mengetahui pentingnya penelusuran alur sampah plastik yang menjadi tantangan serta aspek krusial dalam menerapkan ekonomi sirkular.
Ekonomi sirkular sendiri dipercaya menjadi solusi dalam permasalahan sampah plastik di Indonesia. Namun penerapan di lapangan tentu tidak mudah, salah satunya adalah kurangnya data di fase pengumpulan sampah plastik yang menyebabkan masih adanya gap yang besar antara sampah plastik yang diproduksi, yang saat ini didaur ulang, dan yang berpotensi untuk didaur ulang.
What's On Fimela
powered by
Keberhasilan Proyek DIVERT
Hal ini turut berdampak ke pihak produsen seperti Unilever, di mana data yang belum memadai mengakibatkan rantai pasok daur ulang yang ada saat ini menjadi panjang dan belum efisien. Diperlukan upaya yang lebih besar agar dapat memperoleh bahan baku dari plastik daur ulang dalam jumlah signifikan untuk dapat diolah menjadi kemasan kembali.
“Proyek DIVERT bertujuan untuk menjawab permasalahan rantai pasokan limbah pasca konsumsi. Sejak dimulai pada September 2021 lalu, proyek ini telah berhasil mengurangi kesenjangan upaya daur ulang sampah plastik dengan memvalidasi dan melacak seluruh alur sampah menuju terciptanya ekonomi sirkular yang lebih efektif dan efisien," ujar Rizky Ambardi, Head of Collect Waste4Change dan Project Manager DIVERT.
Mengenal Sistem Enterprise Resource Planning (ERP)
Rangkaian program yang telah terlaksana tidak lepas dari peran serta mitra pemulung dan pengepul sampah daur ulang. Hingga saat ini, proyek DIVERT telah melibatkan 556 mitra pengumpul sampah, melakukan scale-up sistem ERP untuk 51 mitra, dan berhasil mengumpulkan 778 ton sampah plastik dalam jangka waktu 6 bulan.
“Salah satu program yang dilaksanakan dalam proyek ini adalah membuat sistem Enterprise Resource Planning (ERP) untuk memastikan ketertelusuran sampah, capacity building bagi mitra-mitra pengumpul sampah, hingga pengoptimalan fasilitas pengumpulan dan pengolahan sampah. Dengan adanya ERP, maka pengumpulan, ketertelusuran, serta kuantitas dan kualitas sampah plastik menjadi lebih meningkat,” terang Rizky.
Proyek DIVERT jadi Solusi Tepat
Ir. Sinta Saptarina Soemiarno, M.Sc. – Direktur Pengurangan Sampah, Dirjen PSLB3, KLHK RI menanggapi, “Apresiasi kepada Unilever dan Waste4Change yang telah mengeluarkan proyek berbasis digital melalui program TRANSFORM. Program ini sangat mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) serta selaras dengan berbagai upaya strategis yang dilakukan pemerintah dalam pengurangan dan penanganan sampah.”
“Dengan kecenderungan peningkatan sampah plastik dari 11 % di 2010 menjadi 17% di 2021, Pemerintah melelalui Permenlhk 75 tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen, para produsen diamanatkan untuk menyampaikan upaya pengurangan sampah mulai dari hulu yakni upaya pembatasan timbulan sampah hingga hilir menarik kembali kemasan paska pakai untuk dimanfaatkan kembali atau di daur ulang. Dengan demikian, semakin sedikit kemasan yang terbuang ke TPA sesuai dengan tujuan pembangunan Ekonomi Sirkular di Indonesia. Pemanfaatan teknologi digital yang dilakukan proyek DIVERT menjadi solusi tepat untuk monitoring, evaluasi dan verifikasi sehingga mendapat hasil yang terukur,” lanjut Ir. Sinta.
Komitmen Unilever di Tahun 2025
Unilever percaya bahwa plastik memiliki tepatnya tersendiri dalam ekonomi, tetapi tidak di lingkungan. Untuk itu, Perusahaan memiliki komitmen yang kuat bahwa paling lambat pada tahun 2025, pihaknya akan:
1. Mengurangi setengah dari penggunaan virgin plastic atau plastik baru, dengan cara mengurangi penggunaan kemasan plastik sebanyak lebih dari 100.000 ton dan mempercepat penggunaan plastik daur ulang
2. Memastikan 100% kemasan plastiknya dapat digunakan kembali, didaur ulang, atau diubah menjadi kompos
3. Mengumpulkan dan memproses lebih banyak plastik daripada yang dijual
4. Meningkatkan penggunaan konten plastik daur ulang (PCR) di kemasannya, setidaknya 25%
Upaya yang dilaksanakan mulai dari hulu ke hilir rantai bisnis ini telah memungkinkan Unilever Indonesia untuk membantu mengumpulkan dan memroses lebih dari 45.900 ton sampah plastik di 2021 melalui pengumpulan sampah plastik dari jaringan bank sampah sebanyak lebih dari 24.500 ton serta pemrosesan sampah melalui teknologi Refused Derived Fuel (RDF) sebanyak lebih dari 21.400 ton.
“Kami berharap melalui diskusi hari ini, dan juga melalui program DIVERT yang telah dijalankan, akan mampu menginspirasi lahirnya inovasi lainnya yang dapat membantu kita menciptakan planet yang lebih hijau dan lestari. Selain itu, sebagai bagian dari ekosistem mata rantai persampahan di Indonesia, mari kita bersama-sama memainkan peran kita untuk bisa menciptakan ekonomi sirkular, demi bumi kita yang hanya satu ini,” tutup Maya Tamimi, Head of Sustainable Environment, Unilever Indonesia Foundation.