Fimela.com, Jakarta Kasus cacar monyet yang terjadi di beberapa negara di Eropa terbilang misterius. Pasalnya, orang yang terjangkit penyakit ini tak memiliki riwayat perjalanan ke Afrika. Penyakit ini pertama kali terdeteksi di beberapa negara Afrika, seperti Pantai Gading dan Sudan.
Meski begitu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan sejauh ini penyebaran kasus monkeypox (cacar monyet) masih tergolong ringan. Dikutip Liputan6.com dari UN News, WHO sudah bekerja sama dengan berbagai negara terdampak guna memperluas pemantauan.
WHO juga menyampaikan, penularan penyakit cacar monyet berbeda layaknya Covid-19. WHO menegaskan, orang bisa tertular penyakit cacar monyet melalui kontak fisik, cairan tubuh, ataupun luka. Walau begitu, penyebaran penyakit ini tak separah Covid-19.
Direktur Regional Eropa WHO, Hans Kluge, mengatakan, kasus cacar monyet yang terdeteksi masih ringan. Pasien dapat pulih dalam hitungan beberapa minggu tanpa mengonsumsi obat. Namun, ia menyebut penyakit ini bisa lebih parah pada anak, wanita hamil, dan orang yang immunocompromised.
What's On Fimela
powered by
Temuan kasus di negara tetangga
Kasus cacar monyet tak hanya terjadi di negara Eropa sebab ternyata, beberapa waktu lalu Australia melaporkan kasus serupa. Sebelumnya, negara tetangga Indonesia itu mengonfirmasi temuan kasus pertama pada warganya yang terpapar virus monkeypox atau cacar monyet.
Australia mengonfirmasi kasus pertama terjadi pada seorang pria Melbourne berusia 30-an tahun yang baru saja tiba dari Inggris. Inggris sendiri sudah terlebih dahulu melaporkan adanya temuan kasus cacar monyet dan kini memiliki klaster penyakit itu.
Pria warga Melbourne itu mengalami beberapa gejala ringan sebelum kepulangannya ke Australia pada 16 Mei 2022. Departemen Kesehatan Victoria mengatakan, pria tersebut merasa tak enak badan dan segera mengunjungi dokter umum untuk mendapatkan pengobatan.
Sehabis melakukan berbagai tahap uji laboratorium, pria tersebut terkonfirmasi telah terpapar virus monkeypox yang biasanya menular pada hewan. Dikutip 9 News, pria tersebut langsung menjalani isolasi di rumah sesaat setelah terkonfirmasi cacar monyet.
Selain pria asal Melbourne tersebut, ada pula kasus suspek di Sydney pada warga berumur 40-an. Pasien tersebut berjenis kelamin pria dengan gejala ringan. Sama halnya seperti temuan kasus pertama, pria tersebut juga mengalami sakit beberapa hari usai kembali dari perjalanan Eropa.
"Proses tes untuk pria itu tengah berlangsung dan nampaknya bakal keluar dalam beberapa hari ke depan," kata New South Wales Health Minister Brad Hazzard.
Tak mudah menular dari manusia ke manusia
Chief Health Officer di Victoria Brett Sutton menyampaikan, secara teori, virus monkeypox tak mudah menular dari manusia ke manusia lainnya. Biasanya, orang yang terpapar virus ini akan sembuh dengan sendirinya dalam rentang waktu dua hingga tiga minggu.
"Penularannya itu dengan kontak langsung kulit ke kulit melalui kulit yang luka, cairan atau nanah pada lesi, atau kontak tatap muka yang berkepanjangan melalui transmisi pernapasan," ucap Brett.
Untuk gejalanya, penyakit cacar monyet serupa dengan flu. Selanjutnya, orang yang terpapar akan melihat adanya ruam dengan lesi pada kulitnya. Ruam ini sering menyebabkan rasa gatal hingga nyeri.
Walaupun jumlah kasus semakin meningkat di Inggris dan Eropa, Brett dan pemerintah setempat tak akan melarang warganya pergi ke sana. Sebagai gantinya, masyarakat harus tetap waspada apabila merasakan gejala penyakit tersebut saat bepergian.
*Penulis: Ersya Fadhila Damayanti.
#Women for Women