Mengenal HPV-DNA, Inovasi Skrining untuk Deteksi Dini Kanker Serviks

Novi Nadya diperbarui 20 Mei 2022, 19:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Kanker serviks atau kanker leher rahim disebabkan oleh infeksi virus HPV atau human papillomavirus. Sebagai jenis kanker yang sudah diketahui penyebabnya serta bisa dicegah, namun, pada tahun 2020, WHO mencatat ada 21.003 kasus kematian perempuan di Indonesia karena kanker serviks.

Hal itu terjadi karena terlambat dideteksi, sebab angka harapan hidup pasien kanker serviks dapat turun menjadi kurang dari 20 persen. Sebab itu, penting bagi kita untuk menjalani skrining kanker serviks untuk mendeteksi dini.

Fakta lain yang diungkap dalam webinar "Inovasi Deteksi Dini untuk Meningkatkan Cakupan Skrining Kanker Serviks di Indonesia" yang digelar oleh Roche Indonesia adalah masyarakat masih menemui hambatan dalam melakukan deteksi dini risiko kanker serviks, khususnya di negara-negara ekonomi menengah ke bawah.

“Karenanya, akses yang lebih luas untuk deteksi dan perawatan kanker serviks yang inovatif menjadi kunci dalam meningkatkan kualitas kesehatan perempuan,” kata Director, Country Manager Diagnostics, Roche Indonesia Ahmed Hassan.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Inovasi pengujian kanker serviks adalah cobas® HPV

webinar "Inovasi Deteksi Dini untuk Meningkatkan Cakupan Skrining Kanker Serviks di Indonesia" yang digelar oleh Roche Indonesia

Salah satu inovasi pengujian kanker serviks adalah cobas® HPV, yang diakui dalam penelitian ATHENA sebagai prediktor superior risiko kanker serviks. Inovasi ini menyederhanakan tahapan skrining pasien dengan menekankan pada tingkat akurasi dan sensitivitas tinggi, sehingga dapat menyaring lebih banyak pasien berpotensi kanker serviks.

Inovasi ini juga memungkinkan tenaga kesehatan profesional untuk mendeteksi 14 virus HPV yang berisiko menyebabkan kanker serviks. Skrining kanker serviks dengan cobas® HPV dapat diakses di berbagai laboratorium maupun rumah sakit berbagai daerah diIndonesia.

“Perempuan yang sudah melakukan hubungan seksual rentan terhadap risiko penularan virus HPV. Pada tahap ini, deteksi dini sudah menjadi hal yang mutlak dilakukan untuk mencegah semakin banyaknya keterlambatan penanganan pada kanker serviks. Ada tahapan-tahapan teknis dalam mendeteksi virus HPV melalui tes HPV DNA, seperti skrining pra kanker untuk mengidentifikasi risiko sebelum munculnya gejala, kolposkopi untuk menindaklanjuti tes skrining kanker serviks yang abnormal, dan konfirmasi adanya kanker melalui pengambilan sel dari leher rahim untuk pemeriksaan laboratorium,” kata Ketua Dewan Penasihat Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia Prof. Dr. dr.Andrijono, SP.OG(K)-Onk.

3 dari 3 halaman

Tata Laksana Mendukung Inovasi

Salah satu penyintas kanker serviks, Shanty Eka Permana, menjelaskan bahwa keputusan untuk memeriksakan diri tidak mudah. Selain karena takut menerima hasil pemeriksaan, ia menunjuk minimnya sumber informasi tepercaya dan mudah dipahami sebagai alasan menunda tes.

Oleh karenaitu, penyebaran informasi dan akses yang lebih luas terhadap kemajuan maupun inovasi deteksi dini kanker serviks menjadi harapan terbesar bagi pasien, dalam memperoleh pengalaman perawatan yang sesuai kebutuhan masing-masing. Dalam mewujudkan akses yang lebih luas terhadap inovasi deteksi dini, perlu didukung dengan kolaborasi antarlembaga pemerintah, swasta, dan komunitas.

Kolaborasi tersebut dapat diperkuat melalui tata laksana atau panduan dalam penanggulangan kanker serviks, seperti melalui SK Menkes No. 1163/MenKes/SK/2007, yaitu terbentuknya kelompok kerja pengendalian penyakit kanker leher rahim dan payudara.

“Akses deteksi dini dan perawatan tentu akan menjadi prioritas bagi pemerintah. Terbentuknya kelompok kerja yang saat ini sudah berjalan membawa kami bekerja erat dengan berbagai lembaga swasta maupun masyarakat untuk menyosialisasikan pemahaman dasar mengenai kanker serviks. Kami akan terus melakukan evaluasi secara berkala terkait perkembangan teknis penyelenggaraan penanggulangan, khususnya dalam deteksi dini. Harapan kami, semakin banyak masyarakat yang dapat kami jangkau ke depannya,” tutup Koordinator Substansi Penyakit Kanker dan Kelainan DarahDirektorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI dr. Aldrin Neilwan Pancaputra, Sp.Ak, MARS, M.Biomed, M.Kes, S.H. 

#WomenForWomen