Fimela.com, Jakarta Batik kerap identik dengan acara formal, pakaian resmi, hingga desain yang jarang dibuat cocok untuk anak muda. Melihat situasi ini, Auberta Philantha bersama temannya mendirikan sebuah bisnis pakaian batik bercorak Nusantara dengan sentuhan gaya casual dan modern.
Berawal dari perbincangannya dengan Kezia Grace, yang juga menjadi co-founder Senja Sore, Auberta kerap menemukan fakta sulitnya menggunakan batik untuk pakaian sehari-hari. Kebanyakan, orang menggunakan batik hanya untuk tampil di acara resmi atau undangan.
Selain itu, model pakaian batik masih sedikit yang cocok dipakai oleh anak muda. Oleh karenanya, Auberta dan Kezia merasa hal itu membuat teman-teman mereka enggan memakai batik. Alasannya, banyak orang mungkin masih menganggap batik memberikan kesan formal dan kaku.
Hingga akhirnya, Auberta dan Kezia mencoba membuat clothing line-nya sendiri agar penggunaan batik tak hanya untuk acara formal saja. Menggunakan jenis kain jumputan, Senja Sore hadir menyuguhkan pilihan pakaian batik modern.
“Jadi, kita berpikir coba untuk buat pakaian casual sehari-hari dengan bahan kain Indonesia yang nyaman dan dari modelnya pun sesuai dengan anak muda,” ujar Auberta saat diwawancarai oleh Fimela.com via telepon.
Produk Senja Sore dikemas dengan model menarik dan unik yang sesuai dengan style anak muda. Selain itu, kualitas bahan serta jahitan yang baik menjadi perhatian utama. Tak hanya batik, kain yang digunakan pun berasal dari daerah yang beragam, seperti Tenun Sengkang dan Tenun Bali.
Terapkan fashion ramah lingkungan
Tak hanya berusaha mendorong penggunaan batik di keseharian, Senja Sore juga berdiri dengan prinsip ramah lingkungan. Gencarnya isu global mengenai lingkungan menggerakkan hati Auberta dan co-founder lainnya untuk turut mendukung aksi penyelamatan lingkungan.
Meskipun belum sepenuhnya memenuhi prinsip ramah lingkungan, Senja Sore selalu berusaha untuk menerapkan hal ini melalui produk yang mereka ciptakan. Selain itu, Senja Sore kerap melakukan berbagai gerakan-gerakan kecil yang bisa diaplikasikan melalui bisnisnya.
“Menurut kami, mulai dari hal-hal kecil yang kami temui setiap harinya adalah hal yang penting, karena semua yang besar berawal dari sesuatu yang kecil,” ucap Auberta.
Praktik ramah lingkungan di Senja Sore terbukti dari usaha meminimalisasi sampah kain produksi. Saat ini, Senja Sore tengah menjalankan kegiatan pengolahan sisa kain menjadi barang yang lebih berguna.
“Dari segi design pun banyak produk kami juga yang memiliki model versatile yang dapat di pakai dengan berbagai cara atau multiway sehingga produk tersebut dapat dipakai secara lebih maksimal. Kami membuat produk yang dapat dipakai sehari-hari serta dapat dipakai secara formal juga,” terangnya,
Aksi ramah lingkungan pada bisnis fashion ini juga tecermin dari pemilihan bahan kainnya. Bahan kain yang Auberta pilih hanyalah kain berkualitas baik yang tidak mudah rusak sehingga pakaian bisa awet digunakan. Tak hanya itu, Senja Sore juga memilih bahan yang dibuat secara handmade oleh pengrajin.
Seiring berjalannya waktu, Senja Sore juga mendukung pewarnaan alami pada bahan yang mereka gunakan. Packaging produknya pun dibuat bebas plastik dengan turut memberikan lerak secara gratis pada setiap pembelian produknya. Tujuannya ialah untuk memperkenalkan lerak sebagai deterjen alami yang dapat digunakan untuk mencuci baju. Selain ramah lingkungan, lerak mampu membuat kualitas kain bertahan lebih lama.
Berdayakan pengrajin kain lokal
Misi Senja Sore tak hanya berhenti di upaya mendorong penggunaan batik dan fashion ramah lingkungan. Sadar akan eksistensi kain lokal berkualitas, Senja Sore membeli kain langsung dari para pengrajin kain hebat di Indonesia.
Kemudian, tim produksi Senja Sore akan mengolah kain tersebut untuk menjadi produk siap pakai. Material kain yang digunakan pun beragam, mulai dari kain tenun hingga kain katun. Hingga kini, Senja Sore terus memberdayakan kain yang bersumber dari para pengrajin lokal.
Auberta juga membagikan pengalaman menarik kala merintis Senja Sore. Pada awal merintis bisnisnya, ia menggunakan jasa penjahit lokal dan pada prosesnya, ia berusaha memberikan hasil dan pelayanan terbaik. Namun, pada suatu ketika, salah satu pesanan sampai di tangan customer dengan ada bagian pakaian yang belum terjahit.
Secara profesional, ia melontarkan permintaan maaf dan bersyukur pelanggan tersebut memaklumi kesalahannya. Bahkan, pelanggan tersebut mendukung agar Senja Sore terus berkarya menciptakan berbagai produk kain Indonesia lainnya.
“Kami sangat bersyukur untuk dukungan teman-teman customer Senja Sore yang ada terus sampai saat ini sehingga Senja Sore masih terus bisa menghasilkan produk serta memberikan pelayanan yang baik untuk teman-teman,” tutur Auberta.
Baru-baru ini, Senja Sore menjalankan proyek kolaborasi dengan Basa Jiwa. Awalnya, Auberta berkeinginan melakukan women photoshoot dengan berbagai cerita di baliknya menggunakan produk Senja Sore.
“Memang kain Indonesia ini menarik juga untuk dipakai dalam berbagai macam kesempatan. Kemudian, enggak sengaja kami melihat Basajiwa ini dan dirasa sangat masuk secara mood dan kami melihat passion Basa Jiwa ini untuk menghasilkan sebuah karya,” terangnya.
Singkat cerita, mereka bertemu dan merasa memiliki keinginan yang sama. Senja Sore dan Basa Jiwa ingin mewujudkan keindahan yang perempuan punya melalui foto-foto tersebut. Auberta bersyukur, proyek tersebut berjalan mulus tanpa hambatan hingga terciptalah #BasajiwaxSenja.
Penulis: Ersya Fadhila Damayanti
#Women for Women