Fimela.com, Jakarta Hari Kesadaran Aksesibilitas Global diperingati pada 19 Mei, untuk memeringatinya Google berbincang-bincang dengan tiga penyandang disabilitas. Obrolan tersebut seputar bagimana mereka mengikuti program yang didukung oleh Google.org, yang memiliki kesempatan yang sama untuk belajar, meningkatkan keterampilan, dan mencapai cita-cita.
Google.org merupakan salah satu program utama adalah dukungan Google terhadap Plan Indonesia melalui cabang filantropi. Dengan dana hibah senilai $1 juta, Plan Indonesia bekerja sama dengan ASEAN Foundation meluncurkan program Bridges to the Future, yakni program pelatihan keterampilan dan penyaluran kerja untuk membantu meningkatkan penerimaan kerja yang lebih inklusif di antara generasi muda yang rentan, terutama di kalangan perempuan dan penyandang disabilitas.
Hingga saat ini, program tersebut telah memberikan pelatihan capacity building kepada lebih dari 3.000 kaum muda perempuan dan laki-laki di Indonesia, dan hampir 600 di antaranya berhasil diterima bekerja di berbagai perusahaan yang bermitra dengan Plan Indonesia. Berikut ini cerita ketiganya.
Rira, 29 tahun, tinggal di Tangerang
Pada Maret 2020 ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai desainer grafis karena kurangnya dukungan dan akses bagi karyawan penyandang disabilitas, termasuk sebagai individu Tuli
“Ketika itu, saya kesulitan untuk memenuhi peran saya dalam pekerjaan, dan saya mencoba mencari cara untuk mengelola stres dengan berolahraga atau melakukan aktivitas luar ruangan lainnya. Namun, saya tahu bahwa saya ingin memakai keterampilan saya dengan lebih baik lagi. Oleh karena itu, saya akhirnya bergabung dalam program Bridges to the Future (BTF) yang didukung oleh Google.org setelah melihat iklannya di media sosial,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Fimela.com.
Ia mengatakan program ini menyediakan penerjemah bahasa isyarat dan transkripsi teks bahasa Indonesia, ia pun aktif mengikuti berbagai sesi pelatihan. Mulai dari pelatihan soft-skill hingga kelas desain grafis.
Program ini adalah ruang yang aman di mana kami diberikan banyak kesempatan dan panduan untuk mengembangkan keterampilan melalui bimbingan pelatihan, webinar edukasi, dan kelas pengembangan karier.
“Saya bersyukur atas program ini, dan saya merasa lebih percaya diri. Saya berharap masyarakat luas mengetahui bahwa walaupun kondisi kita mungkin berbeda, kita dapat menunjukkan kemampuan ketika diberikan kesempatan,” tambahnya.
Pesannya untuk generasi muda penyandang disabilitas: Tak pernah ada kata terlambat untuk belajar selama kita mau atau bekerja keras. Meski butuh waktu, bersabarlah dengan diri kita sendiri, karena perjalanan kita itu unik.
Ravindra, 23 tahun, tinggal di Jakarta Timur
Saat ini ia tinggal bersama orangtua di Jakarta Timur, tetapi ia menemukan banyak cara untuk mandiri dengan aktif mencari kerja.
“Saya senang belajar hal-hal baru melalui webinar online, jadi ketika saya diberi tahu teman bahwa ada program yang memberikan kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas, saya langsung antusias,” paparnya.
Awalnya, sulit menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan program pelatihan. Karena tidak punya pengalaman kerja, tidak terbiasa dengan suasana lingkungan kerja sesungguhnya dan tidak tahu bagaimana harus bersikap saat bekerja bersama orang lain.
Kemudian menyadari bahwa harus meningkatkan technical skill dan soft skill jika ingin sukses di dunia kerja.Berkat program ini, ia belajar banyak keterampilan baru, termasuk cara membuat CV (curriculum vitae).
“Saya masih ingat ketika September 2021 mengikuti bursa kerja yang diselenggarakan oleh Plan Indonesia dan Kormo Jobs dan melamar posisi customer service hingga akhirnya berhasil lolos ke tahap wawancara. Hal itu membuktikan bahwa CV saya menarik! Saat ini, saya bangga karena telah diterima bekerja sebagai guru honorer di sekolah penyandang disabilitas melalui keterampilan yang saya pelajari di BTF,” paparnya.
Sebagai penderita low vision (berpenglihatan rendah), kondisi ini tidak menghalanginya untuk membangun keterampilan baru.
“Saya bersyukur bisa bergabung dan berinteraksi dengan sesama anak muda dalam komunitas yang sangat inklusif dan positif ini. Saya harap akan ada lebih banyak kesempatan bagi seluruh generasi muda, terutama penyandang disabilitas, untuk membangun keterampilan mereka dan mencapai impian dalam pekerjaan apa pun yang mereka inginkan,” tambahnya.
Sarannya untuk generasi muda sesama penyandang disabilitas: ia harap kita bisa lebih aktif dan berani mengambil peluang baru. Mari tunjukkan kemampuan kita, terlepas dari semua stigma yang tercipta di masyarakat.
Anik, 29 tahun, tinggal di Jakarta Pusat
Ia menjadi penyandang disabilitas fisik sejak 10 tahun lalu akibat kecelakaan. Meskipun ketika itu trauma, ia tetap berusaha keras untuk mengatasinya, hingga akhirnya saat ini bisa bekerja sebagai pegawai bank BUMN.
“Awalnya saya tidak begitu tertarik untuk ikut program Bridges to the Future. Namun, begitu mempelajari program ini lebih jauh, saya langsung mendaftar karena ingin tahu hal apa saja yang akan saya dapatkan dari program ini – dan saya senang karena sudah ikut. Selama mengikuti program, ada perubahan dalam diri saya. Saya mampu berkomunikasi lebih efektif dan mampu membuat prioritas yang lebih baik dalam kehidupan profesional,” katanya.
Pengalaman yang paling berkesan adalah ketika diundang sebagai pembicara di webinar Hari Disabilitas Internasional yang diselenggarakan oleh BTF.
“Saya diberikan kesempatan untuk berbagi lebih banyak tentang pengalaman pribadi saya bekerja di perusahaan untuk menginspirasi anak muda lainnya. Program dan komunitas yang suportif seperti ini sangat penting bagi penyandang disabilitas, karena memberikan kesempatan kepada mereka yang termarginalkan untuk berkembang dan menjadi profesional yang lebih baik dengan bimbingan dan panduan yang tepat,” tambahnya.
Sarannya untuk generasi muda sesama penyandang disabilitas: Jangan takut untuk mengambil peluang baru atau mengikuti kegiatan di luar zona nyamanmu. Kamu akan kagum sendiri dengan apa yang bisa kamu pelajari dan kembangkan dari pengalamanmu. Kamu juga akan punya banyak teman.
#women for women