Fimela.com, Jakarta Bulan Ramadan senantiasa menghadirkan banyak kenangan dan kisah yang berkesan. Baik itu suka maupun duka, haru atau bahagia, selalu cerita yang sangat lekat dengan bulan suci ini. Cara kita memaknai bulan Ramadan pun berbeda-beda. Tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories bulan April dengan tema Light Up Your Ramadan ini pun mengandung hikmah dan inspirasi yang tak kalah istimewa.
***
Oleh: Imas TC
Gema takbir berkumandang sepanjang malam. Hari kemenangan telah tiba. Ramadhan beranjak pergi meninggalkan kita. Mudah-mudahan tahun depan kita bertemu kembali dengan bulan ibadah yang memberi kesempatan untuk lebih banyak bermesraan dengan Allah, Al-Qur’an, dan sanak saudara. Semoga Ramadhan menjadikan keimanan semakin bertambah, dan kita menjadi pribadi yang lebih baik dengan semangat beribadah dan beramal shalih yang tetap terjaga.
Sejak malam, bersama anak-anak sudah kupersiapkan kue, makanan khas lebaran ala kadarnya dan pakaian terbaik yang akan kami kenakan di hari lebaran. Nyanyian suka cita mengiringi aktivitas kami.
Pagi buta, kami bersiap menuju tanah lapang untuk melaksanakan salat Ied. Di sana kami bertemu kerabat dan tetangga. Bersalaman, meminta maaf atas semua kesalahan yang disengaja ataupun tidak, dan tidak lupa menghaturkan doa tahniyah taqaballallohu minna wa minkum.
Setelah kepergian ibuku, dan kepindahan Bapak ke luar kota, rumahku menjadi tempat berkumpul sanak saudara. Momen yang sangat indah walau waktu yang kami miliki tidak banyak karena harus bertemu dengan keluarga pasangan masing-masing. Namun kegiatan berkumpul ini tentu berlanjut hari berikutnya di rumah Bapak dengan waktu yang lebih leluasa.
What's On Fimela
powered by
Sebuah Lukisan
Dua lebaran dilewati dalam kondisi pandemi telah memaksa kita untuk membatasi aktivitas silaturahmi. Lebaran kali ini nampaknya situasi mulai membaik. Semua orang lebih leluasa beraktivitas. Bukan saja pintu maaf yang terbuka, tapi pintu rumah pun dibuka lebar untuk menerima kehadiran saudara, kerabat, dan tetangga. Pertemuan yang indah setelah sekian lama tidak bersua menjadikan lebaran kali ini begitu berbeda.
Menjelang siang kami sekeluarga berkumpul di rumah keluarga kakak tertua ibu mertua yang kami panggi Uwa. Tempat yang sudah lama tidak kami kunjungi. Di sinilah biasanya kami bertemu dengan kerabat jauh yang hanya berkumpul saat lebaran. Masker yang menghiasi wajah kami turunkan. Bertemu dengan kerabat jauh tanpa membuka masker membuat kami serasa berada di antara orang asing.
Ada yang berbeda, Uwa, memanggil para keponakannya yang hadir. Disuruhnya mereka memilih lukisan hasil goresan tangannya sendiri. Lukisan sederhana bermedia kertas putih yang dibuat dengan tinta hitam nampak begitu elegan terpasang pada frame sederhana berbahan kayu. Suamiku memilih lukisan kapal pinisi. Seraya menyerahkan lukisan-lukisannya, lelaki yang berusia 80 tahunan itu berpesan,”Jika melihat lukisan ini, ingat Uwa ya."
Aku tersenyum memandangi lukisannya. Ada rasa haru dan takjub menyelimuti. Bukan saja pada hasil karyanya, tapi juga pada semangatnya untuk mengisi hari-hari tua dengan kegiatan yang bermanfaat. "Ya, tentu kami akan mengingatmu kalau melihat lukisan ini,” bisikku dalam hati.
Sampai rumah, kupajang lukisan itu di ruang tamu. Dan benar, setiap kali memandangnya kami selalu ingat padanya. Terima kasih, Uwa.
#WomenforWomen