Fimela.com, Jakarta Beberapa negara telah melaporkan kasus hepatitis misterius pada anak dalam seminggu terakhir. Total negara dengan kasus hepatitis misterius menjadi 20 negara.
Secara global, sebanyak 228 anak telah sakit dengan bentuk penyakit hati yang tidak biasa. Dan 50 kasus lainnya yang dicurigai sedang diselidiki.
Dikutip dari Liputan6.com, satu kematian telah dikonfirmasi tetapi empat lainnya dicurigai, dan 18 anak memerlukan transplantasi hati. Sebelumnya diumumkan kasus hepatitis yang 'tidak diketahui asalnya' telah dikonfirmasi di Irlandia, Spanyol, Prancis, Jerman, Belgia, Italia dan Belanda, serta Israel, Denmark, Norwegia dan Rumania. Di Indonesia telah dilaporkan pada 3 Mei sebanyak 3 anak meninggal karena diduga hepatitis yang tidak diketahui penyebabnya.
What's On Fimela
powered by
Membingungkan Para Ahli Apakah Hal Tersebut Adenovirus atau Mutasi COVID-19
Para ilmuwan dibingungkan oleh banyaknya kasus karena tidak ada anak-anak yang terkena dampak positif virus penyebab hepatitis yang normal. Adenovirus yang biasanya menyebabkan flu biasa serta penyakit perut dan hal ini dianggap sebagai biang keladinya, meskipun jarang menyebabkan peradangan hati.
Ada kekhawatiran lockdown mungkin telah melemahkan kekebalan anak-anak terhadap virus yang biasanya jinak, dan penyelidikan juga melihat apakah adenovirus yang bermutasi atau COVID-19 terlibat. Tetapi para ilmuwan Inggris telah mengakui bahwa dibutuhkan setidaknya tiga bulan sampai kepala kesehatan tahu persis apa yang ada di balik serentetan kasus.
Himbauan untuk Jaga Kebersihan
WHO mengimbau kepada para orangtua untuk waspada terhadap tanda-tanda hepatitis terutama penyakit kuning, yang paling mudah dikenali sebagai semburat kuning di bagian putih mata. Dan hubungi dokter jika para orangtua merasa khawatir.
Langkah-langkah kebersihan normal termasuk mencuci tangan secara menyeluruh dan memastikan anak-anak mencuci tangan mereka dengan benar, membantu mengurangi penyebaran banyak infeksi umum. Anak-anak yang mengalami gejala seperti muntah dan diare harus tinggal di rumah dan tidak kembali ke sekolah atau penitipan anak sampai 48 jam setelah gejalanya berhenti.
Penulis : Saffa Sabila
#Woman For Woman