Fimela.com, Jakarta Mudik jadi salah satu tradisi menyenangkan saat Lebaran, apalagi setelah dua tahun tidak merasakan pulang kampung. Momen ini identik dengan suguhan makanan-makanan lezat dan silahtruhami yang membuat interaksi meningkat.
Sayangnya, pasca libur Lebaran, ada berbagai penyakit yang dapat dialami oleh anak-anak. Ketua Umum PP IDAI – Dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) mengatakan dibutuhkan perhatian khusus bagi anak ketika mudik.
"Mudik bersilahturahmi yang mempertemukan banyak orang, maka waspada untuk anak-anak karena ada potensi tertular suatu penyakit atau bahkan pola makan yang berubah seperti biasanya," ujar dr. Piprim dalam acara virtual Serba-Serbi Penyakit Anak Pasca Lebaran.
Biasanya penyakit yang terjadi pasca libur Lebaran ialah gangguan pencernaan hingga demam.
What's On Fimela
powered by
Gangguan Pencernaan
Ketua UKK Gastro-Hepatologi IDAI, DR. Dr. Muzal Kadim, Sp.A(K), menjelaskan bahwa gangguan saluran cerna pasca lebaran kerap terjadi karena fungsinya yang kompleks berbagai fungsi di pencernaan, seperti nutrisi metabolik, baries saraf, imunitas.
"Perubahan pola makan sehari-hari, terjadi kelelahan, stres penuruan imunitas, makan tidak teratur, kurang tidur, dan berkumpul dengan orang banyak jadi penyebab masalah pencernaan pada anak," ujar Dr. Muzal.
Muzal mengatakan penyakit pencernaan yang umum timbul adalah diare. Gejalanya buang air besar lebih sering dengan feses yang lebih lembek dari biasanya. "Diare maksimal 3x sehari kalau lebih itu bisa diare. Namun harus dilihat juga kondisi anaknya," paparnya.
Menurut dia, diare bisa disebabkan sejumlah bakteri. Di antaranya vibrio, E coli, shigalla, salmonella, rotavirus, giardia, entamoeba, dan candida. "Saat lebaran banyak kambuh sembelit. Makan lemak, santan, protein susu, sea food, kacang, makanan pedas, dan manis berlebihan bisa picu diare," ungkapnya
Demam
Selain gangguan pencernaan, demam menjadi penyakit yang sering terjadi pada anak pasca libur Lebaran. Ketua UKK Infeksi Tropik IDAI - DR. Dr. Anggraini Alam, Sp.A(K) mengatakan demam bisa menjadi tanda diberbagai penyakit, seperti tifus, leptopspira, influenza, demam berdarah, sakit tenggorokan, infeksi saluran kemih, dan yang terbaru Covid-19.
Maka baiknya orangtua mengecek suhu tubuh anak. Dr. Anggaraini menyampaikan jika suhu nomrla ialah suhu 36,8 derajat, pagi hari sekitar jam 9:00 suhu tubuh sekitar 36,4-37 derajat, Siang hari sekitar jam 1:00 suhu 35,9-36,5 derajat, dan malam hari sekitar jam 19:00-20:00 suhu paling tinggi.
"Jika melewati suhu normal perlu diwaspadai," paparnya.
Dr. Anggraini menyampaikan indikasi pemberian obat penurun demam agar anak merasa nyaman. Dengan menurunkan suhu tubuh maka aktivitas anak membaik, begitu pun dengan nafsu makan.
"Pemberian obat untuk anak dengan suhu setidaknya 38 derajat dengan pengukuran dari lipat ketiak," paparnya.
Dan perlu diingat obat penurun demam tidak efektif untuk mencegah kejang. Sedangkan untuk kompres baiknya dengan air hangat di lipat ketiak dan lipatselangkangan (inguinal) selama 10-15 menit akan membantu menurunkan panasdengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui proses penguapan.
Jangan lakukan kompres dingin karena dapat meningkatkan pusat pengatur suhupoint) hipotalamus dan tidak nyaman. Dan tidak direkomendasikan kompres dengan menggunakan alkohol 70 persen.
Secara mum anak yang demam harus dibawa kedokter/klinik jika:
-Usia anak kurang dari 3 bulan tanpa memandang keadaan anak secara umum
- Anak usia 3-36 bulan yang demam lebih dari 3 hari atau terdapat tanda bahaya.
-Anak usia 3-36 bulan dengan demam yang tinggi (≥39°C)
-Anak semua usia yang suhunya >40°C
-Anak semua usia dengan kejang demam
- Anak semua usia yang demam berulang walaupun demam hanya berlangsung bebejam saja -Anak semua usia dengan penyakit kronik seperti penyakit jantung, kanker, lupus,penyakit ginjal
- Anak yang demam disertai ruam
#women for women