Kupas Tuntas 6 Mitos Seputar Alergi Makanan

Fimela Reporter diperbarui 11 Mei 2022, 19:35 WIB

Fimela.com, Jakarta Manusia butuh mengonsumsi makanan untuk bertahan hidup dan mendapatkan sumber energi untuk beraktivitas. Tetapi, bagi beberapa orang, konsumsi makanan tertentu dapat menimbulkan reaksi yang mengganggu aktivitas sehari-hari atau bahkan dapat mengancam jiwa. Itulah yang disebut dengan alergi makanan. Apakah teman, kerabat, anak, atau bahkan dirimu sendiri memiliki alergi makanan? Jika iya, kamu harus mencatat baik-baik 6 mitos tentang alergi dibawah ini, ya!

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

1. Kacang adalah alergi makanan yang paling umum

Ilustrasi kacang

Alergi kacang adalah salah satu alergi makanan yang umum, tapi bukan yang paling umum. Pada orang dewasa, alergi makanan yang paling umum adalah kacang dan kerang, sedangkan pada anak-anak adalah alergi susu sapi. Alergi kacang dianggap sebagai alergi makanan yang paling umum karena memberikan reaksi yang lebih parah pada penderitanya, terutama pada anak-anak. Selain itu, alergi kacang pada anak-anak biasanya akan tetap ada hingga mereka tumbuh dewasa, tidak seperti alergi makanan lain yang akan hilang saat tumbuh dewasa. Alergi susu sapi, telur, kacang tanah, kacang pohon, kerang, ikan, gandum, kedelai, dan wijen adalah sembilan alergi makanan yang paling umum dimiliki oleh sebagian besar orang.

2. Alergi makanan dan intoleransi makanan adalah hal yang sama

Mitos ini tidak benar, tetapi sebagian besar orang seringkali merasa bingung dengan dua istilah ini karena muncul reaksi pada tubuh setelah mengonsumsi makanan tertentu. Alergi makanan adalah kondisi yang berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh dan antibodi, sedangkan intoleransi makanan atau sensitivitas makanan tidak berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh. Selain itu, reaksi yang timbul dari intoleransi makanan tidak mengancam keselamatan, tidak seperti reaksi alergi yang dapat mengancam jiwa pengidapnya. Salah satu intoleransi makanan yang paling umum adalah intoleransi laktosa. Intoleransi laktosa disebabkan oleh kekurangan enzim laktase dalam tubuh yang bertanggung jawab untuk mencerna laktosa. Sehingga, reaksi yang ditimbulkan setelah pengidapnya mengonsumsi laktosa adalah kembung, diare, dan merasa tidak enak badan.

3. Cara terbaik untuk mengetahui alergi makanan adalah melalui tes alergi

Sebenarnya, cara terbaik untuk mengetahui apakah seseorang memiliki alergi makanan adalah dengan mengonsumsi makanan tersebut dan melihat reaksi atau gejala yang muncul setelahnya. Tes alergi menggunakan sampel darah atau tes darah IgE tidak dapat memberikan hasil dengan akurat. Jika ingin mengetahui alergi makanan yang dimiliki, seseorang bisa melakukan oral challenge. Tes ini dilakukan oleh pihak profesional dengan mengonsumsi sejumlah makanan dan melihat reaksi dan gejala yang muncul setelahnya. Oral challenge tidak dapat dilakukan sendiri karena butuh pengawasan tenaga medis dengan obat-obatan yang sudah disediakan. Dalam hal ini, tes darah IgE dapat membantu hasil oral challenge.

3 dari 3 halaman

4. Alergi makanan dapat disembuhkan

Ilustrasi alergi

Kondisi alergi berkaitan dengan sisitem kekebalan tubuh dan antibodi seseorang. Sehingga, alergi makanan tidak dapat disembuhkan selamanya atau saat itu juga. Tetapi, bagi pengidap alergi kacang, terdapat satu metode penyembuhan sementara untuk alergi kacang, yaitu oral immunotherapy. Terapi ini memanfaatkan konsumsi kacang dalam dosis aman secara berkelanjutan agar pengidap alergi kacang perlahan-lahan memiliki kekebalan tubuh saat mengonsumsi kacang. Konsumsi kacang harus dilakukan secara rutin dan sesuai dosis, sekali saja pengidap alergi kacang melewatkan rutinitas dan dosis konsumsi kacang, maka sistem kekebalan tubuh dan antibodi yang terbangun akan kembali seperti semula. Jadi, toleransi kacang hanya bertahan sementara, tidak permanen.

5. Reaksi alergi tidak akan muncul jika tidak mengonsumsi makanan tersebut

Mitos ini tidak sepenuhnya benar karena kondisi ini dipengaruhi oleh seberapa parah kondisi alergi yang dimiliki seseorang. Bagi seseorang yang memiliki kondisi alergi ringan, mengonsumsi makanan tertentu dalam jumlah yang sedikit mungkin tidak akan menimbulkan reaksi alergi, tapi bagi seseorang yang memiliki kondisi alergi berat, menyentuh makanan tertentu pun dapat memicu reaksi alergi. Contohnya, reaksi alergi dapat muncul saat seseorang menghirup uap masakan yang mengandung kerang jika ia memiliki kondisi alergi berat terhadap kerang. Jadi, mitos ini tidak sepenuhnya benar, ya!

6. Reaksi alergi akan lebih buruk dari reaksi alergi yang terakhir

Ada anggapan bahwa reaksi alergi akan muncul lebih buruk dari reaksi alergi yang terakhir kali muncul. Padahal, reaksi alergi sebenarnya adalah kondisi yang tidak dapat diprediksi karena banyak hal yang memengaruhi reaksi alergi. Beberapa hal yang dapat memengaruhi berat ringannya reaksi alergi diantaranya adalah jumlah makanan, waktu terpapar, serta penyakit bawaan. Jadi, sebisa mungkin seseorang harus mengetahui kondisi dan reaksi alergi makanan yang dimiliknya agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

 

Ditulis oleh: Savitri Anggita Kusuma Wardani