Fimela.com, Jakarta Bagi pecinta makanan manis, makanan manis dapat menjadi teman di segala kegiatan dan momen. Sepotong martabak manis untuk teman di malam yang sunyi, sepotong kue cokelat sebagai teman pelipur lara hati yang terluka, hingga satu loyang kue blackforest yang selalu jadi andalan untuk merayakan ulang tahun. Makanan manis tidak pernah salah!
Tetapi, pecinta makanan manis juga perlu menyadari kebenaran dibalik 7 mitos seputar gula. Berikut adalah 7 mitos seputar gula yang harus diperhatikan. Simak baik-baik, ya!
1. Gula tidak baik untuk kesehatan
Mitos ini tidak sepenuhnya salah, tapi tidak sepenuhnya benar karena tubuh kita membutuhkan gula. Gula yang dikonsumsi akan diubah menjadi glukosa yang merupakan sumber energi utama bagi tubuh, khususnya bagi otak. Hal yang harus diperhatikan dari konsumsi gula adalah jumlah dan jenis gula yang dikonsumsi. Kandungan gula yang baik bagi tubuh berasal dari buah, sayuran, biji-bijian dan kacang-kacangan. Sedangkan kandungan gula yang kurang baik bagi kesehatan tubuh biasanya ada di permen, makanan kemasan, minuman kaleng, atau produk lain yang mengandung gula buatan. Gula buatan pun tidak sepenuhnya buruk bagi kesehatan tubuh, tetapi tidak baik karena tidak memiliki kandungan nutrisi.
2. Madu adalah pengganti gula yang paling sehat
Saat seseorang sedang berusha mengurangi konsumsi gula, mereka seringkali menggunakan madu sebagai alternatif pengganti gula karena beranggapan bahwa mengonsumsi madu lebih baik daripada gula. Tetapi, kenyataannya anggapan tersebut salah karena pada dasarnya madu adalah gula. Madu dianggap lebih baik dari gula karena memiliki kandungan antimikroba dan antioksidan. Padahal, penggunaan madu dalam jumlah banyak dan berlebihan tidak lebih baik dari penggunaan gula dalam jumlah yang sama.
3. Gula membuat seseorang hiperaktif
Glukosa yang berasal dari gula merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Sehingga, saat tubuh menerima konsumsi glukosa maka seseorang tentu akan merasa lebih bersemangat. Tetapi hal tersebut tidak sama dengan hiperaktif. Hiperaktif merujuk pada kondisi saat seseorang merasa lebih aktif dari biasanya dalam jangka waktu singkat hingga mereka sulit berkonsentrasi. Jadi, gula dan kondisi hiperaktif tidak berkaitan satu sama lain. Bahkan, konsumsi gula sebenarnya dapat membuat seseorang merasa kelelahan. Kondisi tersebut dikenal sebagai sugar crash atau perasaan lelah letih lsu beberapa jam setelah makan.
4. Tidak boleh mengonsumsi gula saat diet
Mitos satu ini sepenuhnya adalah mitos. Hal ini sangat tidak direkomendasikan karena sangat sulit dilakukan dan tubuh kita perlu gula sebagai sumber energi. Jika dilakukan pun, tubuh akan mulai membakar cadangan lemak sebagai sumber energi karena tidak ada asupan glukosa atau yang sering disebut sebagai ketosis. Dampak jangka panjang ketosis adalah manajemen berat badan yang buruk, kandungan gula darah yang tidak stabil, penurunan kognitif, kelelahan, bahkan dapat berpengaruh pada peradangan dan fungsi hormon.
5. Pemanis buatan lebih baik daripada gula
Mitos ini tidak sepenuhnya salah maupun benar karena konsumsi pemanis buatan mungkin akan lebih baik jika seseorang sedang memerhatikan asupan kalori karena mereka jauh lebih manis daripada gula biasa. Beberapa produk pemanis buatan juga dapat menjadi alternatif bagi pengidap diabetes untuk tetap dapat mengonsumsi gula. Tetapi konsumsi pemanis buatan terlalu sering dapat membuat seseorang lebih mudah lapar. Selain itu, konsumsi pemanis buatan jangka panjang dapat berpengaruh pada hormon yang membuat lapar dan kenyang yang dapat berujung pada overeating. Selera tentang rasa manis juga akan berubah.
6. Gula hanya terdapat di makanan manis
Mitos ini sepenuhnya salah karena gula adalah molekul dasar di berbagai jenis makanan, mulai dari buah, pati, roti, pasta, saus, hingga kacang-kacangan. Jadi, kandungan gula ada di berbagai jenis makanan walaupun makanan tersebut tidak terasa manis. Jika ingin mengonsumsi makanan yang tidak mengandung gula alami, cara yang dapat dilakukan adalah memerikan kandungan nutrisi makanan tersebut. Tetapi, seseorang disarankan mengonsumsi kurang dari 6 sendok teh gula setiap hari.
7. Gula membuat kecanduan atau ketergantungan
Ketergantungan adalah kebutuhan fisiologis atau psikologis kronis untuk zat yang dapat membentuk sebuah kebiasaan. Sedangkan gula tidak memiliki kualitas adiktif untuk membentuk sebuah kebiasaan tertentu. Jadi, konsumsi gula tidak bisa memunculkan ketergantungan. Tetapi, konsumsi gula dapat memunculkan rasa puas dan senang karena meningkatkan jumlah hormon dopamine yang bertanggung jawab atas perasaan bahagia. Hal tersebut yang mungkin membuat seseorang merasa kecanduan dengan konsumsi gula.
Jadi, sekarang sudah paham kan tentang mitos seputar gula. Semoga informasi ini bermanfaat and stay healthy, Sahabat Fimela!
Ditulis oleh: Savitri Anggita Kusuma Wardani