Meski Belum Mendapatkan yang Diinginkan, Hidup Ini Tetap Layak Diperjuangkan

Endah Wijayanti diperbarui 09 Mei 2022, 09:01 WIB

Fimela.com, Jakarta Bulan Ramadan senantiasa menghadirkan banyak kenangan dan kisah yang berkesan. Baik itu suka maupun duka, haru atau bahagia, selalu cerita yang sangat lekat dengan bulan suci ini. Cara kita memaknai bulan Ramadan pun berbeda-beda. Tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories bulan April dengan tema Light Up Your Ramadan ini pun mengandung hikmah dan inspirasi yang tak kalah istimewa.

***

Oleh: Matahari Asmaraloka

Habis gelap, terbitlah terang. Ya kalimat itulah yang paling menunjukkan suasana Ramadan tahun ini. Setelah bergulat dengan kelamnya pandemi, kini kita bisa bernapas lega, menjalani semua aktivitas yang sempat tertunda. Semangat untuk mencari nafkah, meraih mimpi dan beribadah pun kembali berkobar.

Ya, bulan ramadan adalah bulan seribu berkah, di mana kita bersemangat dalam mengejar rida-Nya. Kesucian hati dan diri adalah landasan utamanya. Tetntunya semua itu diiringi dengan usaha. Saya tentu juga memiliki mimpi untuk mendapatkan pekerjaan tahun ini, mengingat betapa sulitnya untuk melamar sebuah pekerjaan di dua tahun silam.

"Bukan rezeki," ujar saya ketika mendapatkan penolakan dari satu lowongan ke lowongan lain. Berusaha mencari info job vacancy ke satu perusahaan ke perusahaan lainnya.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Menjaga Sikap Optimisme

Ilustrasi./Copyright Shutterstock.com

Sikap optimisme selalu berkobar di benak saya, walau berbagai rintangan menghadang saya. Toh bukan salah saya juga, semua mengalami krisis. Ada yang kehilangan pekerjaan, usahanya gulung tikar hingga terkena virus Covid-19. Siapa yang mau hidup di posisi ini? Tidak ada. Tetapi namanya hidup pasti punya kejutan.

Mendapatkan kenyataan tersebut, saya langsung mengoreksi diri. Menapak tilas sebuah perjalanan hidup adalah sebuah hal yang wajib dilakukan. Tidak mungkin bukan jika manusia berbuat suci terus? Sejatinya manusia bukanlah sebuah kertas, yang putih halus tanpa noda. Tetapi perlu diingat pula, secarik kertas pun  bisa membuat luka apabila kita tidak berhati-hati dalam mengambilnya.

Sisi yang tajam dari sebuah kertas yang mungkin tak terlihat, membuat saya sadar kalau diri saya pasti memiliki kelemahan yang tak terlihat. Kelemahan yang bisa merusak diri sendiri atau bahkan orang lain. Saya bersimpuh ke hadapan-Nya agar diampuni dari segala dosa, sembari berusaha memperbaiki apa yang kurang dari saya.

Hal yang saya lakukan selain berdoa dan membuat konten adalah meningkatkan skill. Yes, saya masih membuat konten fighting di instagram saya, @askafightland. Kegiatannya mulai dari mengikuti pelatihan via daring hingga menjadi volunteer di beberapa organisasi.

Salah satunya di Bridges To The Future (BTF), sebuah organisasi dibawah naungan ASEAN Foundation, Yayasan Plan Internasional Indonesia dan kitakerja.co.id. Fokusnya adalah melatih para pencari kerja yang berusia 18-29 tahun agar memiliki skill dan bisa dilirik oleh pencaker (pencari tenaga kerja).

Yang membuat menarik lagi adalah mereka sangat peduli dengan kesetaraan jender dan disabilitas. Sifat inklusif, saling mendukung membuat saya betah untuk berkontribusi di berbagai hal. Oh iya satu hal, untuk bergabung di komunitas ini kamu harus punya sikap inklusif. Ya, karena inklusivitas adalah pilar penting di BTF.

Terdapat beberapa job desk yang sangat menarik dan menantang untuk melatih kepercayaan diri. Salah satunya adalah Typist atau juru ketik. Typist dibutuhkan ketika sesi webinar (web seminar) berlangsung.

Mereka bertugas untuk menyediakan subtitle, untuk membantu teman-teman disabilitas agar bisa berpartisipasi di sesi tersebut. Terkesan sepele, tetapi sangat menantang, di mana kita harus mendengar speaker berbicara dan mengetik secara bersamaan.

3 dari 3 halaman

Mengisi Waktu dengan Hal-Hal Produktif

Ilustrasi./Copyright Shutterstock.com

Awalnya saya sempat kagok, dan kebingungan. Namun berbekal analisa dan saran dari beberapa teman, saya menjadi lebih percaya diri. Pentingnya kegiatan ini bukan hanya sekadar mengetik, tetapi mengambil poin yang jitu agar bisa dimengerti.

Tak enak bukan, kalau kita sekadar mengetik, “Halo, apa kabar semua? Pasti peserta-peserta di sini baik-baik aja dong. Minta reaction di kolom chat dong?”

Terlalu berlebihan bukan? Yes, karena kegiatan ini bukan seperti subtitle layaknya di film.  Rumusnya adalah Singkat, Jelas, Padat (SJP).

Kemudian ada, moderator. Melihat kata ini kamu pasti tahu bukan, betapa menantangnya kegiatan ini. Menjadi pemimpin acara dan menjelaskan sedikit preambule yang ada di webinar tersebut. Rasa nervous, malu dan merinding tentu sudah pasti saya rasakan. Angin dingin semilir menyelimuti tubuh saya. Suara kepala langsung memblok dan mengatakan unsur-unsur negatif.

“Sudah menyerah saja. Malu dilihat orang,” ujar sebuah suara yang datang entah darimana.

Tetapi, saya tidak menyerah. Bagi saya, ini adalah sebuah tantangan yang harus dilewati. Sampai kapan pun, tantangan seperti ini pasti akan ada. Entah mau jadi pembicara, mengadakan acara hingga menjalankan presentasi di depan publik.

Mungkin bagi teman-teman yang pernah menjadi moderator atau MC (Master of Ceremony), dan bahkan menjalankan sebagai profesi ini menjadi tidak asing. Tetapi untuk saya pribadi, ranah ini masih terbilang baru. Sehingga perlu belajar, berimprovisasi dan percaya diri.

Selain itu ada beberapa pelatihan soft skill lain seperti digital marketing, tips dan trik menulis dengan baik, cara membuat desain di canva, sales marketing, UI/UX, cara membuat CV (Curriculum Vitae) dan sebagainya.  

Semua itu bisa didapat dengan gratis. Saya sangat menikmati selama di BTF,  banyak ilmu yang saya dapatkan. Salah satu hal yang paling menarik perhatian saya adalah Googlers Mentoring yang bekerjasama dengan Google Asia. Di pelatihan kali ini cukup berbeda, lebih ke sesi short discussion. Kamu bisa menanyakan apapun yang berkaitan dengan tema pelatihan. Oh iya, speakernya juga berasal dari Google loh, kompeten di bidangnya.

Saya menanyakan banyak hal termasuk prospek saya untuk mendapatkan pekerjaan. Mereka terus menyemangati dan berkata untuk menguatkan.   “We must be active, right? If we don’t, we don’t know what good things will happen.”

Saya sangat bersyukur karena kegiatan Ramadan tahun ini sangatlah bermakna. Mengingat tahun sebelumnya adalah perjuangan. Tidak hanya mencari pekerjaan, tetapi kehilangan keluarga terkasih akibat keganasan virus Covid-19. Sempat terpukul dan sedih menerima semua cobaan itu. Tetapi, saya kembali ke kuasa Ilahi, dan berdoa agar mereka bisa ditempatkan di sisi-Nya Yang Mulia.

Saya yakin dan optimis untuk bisa mendapatkan mata air di tahun ini. Ini kegiatan Ramadan versiku, mana versimu?

#WomenforWomen