Diary Fimela: Kisah Sukses Reseller Pakaian Remaja yang Kini Wujudkan Mimpi Punya Brand Sendiri

Fimela Reporter diperbarui 15 Mei 2022, 15:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Menjadi seorang pebisnis tak pernah sekuat itu berada di benak seorang Vira Damayanti. Berkat keteguhannya, saat ini ia sukses mengawali kariernya di dunia bisnis fashion melalui online shop yang ia kelola saat ini.

Awalnya, Vira belum pernah membayangkan di mana ia akan memperhatikan tren fashion, menyambut pelanggan dengan ramah, atau membungkus paket tiap harinya. Itu semua berubah semenjak pandemi Covid-19 melanda. 

Berbekal keisengannya saat absennya kegiatan kala pandemi, ia berinisiasi membuka bisnis kecil-kecilan sebagai reseller pakaian remaja. Mengajak temannya, ia merencanakan untuk membuka sebuah bisnis kecil di Instagram.

“Dan alhamdulillah karena antusias customer yang di luar dugaan, kita akhirnya sedikit demi sedikit berkembang,” ucap Vira saat diwawancarai oleh reporter Fimela.com pada Sabtu, 7 Mei 2022 lalu. 

Ia bersama temannya mematangkan konsep usaha sehingga kini lahirlah Tyle.id sebagai nama usaha kecilnya itu. Tyle.id menyediakan produk pakaian yang beragam, seperti baju santai, casual, hingga semi formal.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Dari Sedikit Hingga Jadi Bukit

Packaging usaha pakaian yang dikembangkan oleh Vira melalui Tyle.id mengedepankan personalisasi pelanggan. Credits:instagram.com/tyle.id

Pilihan baju di Tye.id sangat menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan permintaan pelanggan. Untuk saat ini, Vira menyebut usahanya masih terhitung sebagai reseller. Namun, ia tak menutup kemungkinan akan membuat model pakaian dengan nama brand-nya sendiri.

“Kami menjual kembali produk dari berbagai seller resmi dan terpercaya, tapi untuk item yang akan datang, kami sudah ada planning untuk membuat brand sendiri,” ujarnya.

Saat ini, Vira bersama temannya tengah merancang konsep usaha dengan mengandalkan pakaian produksinya sendiri. Nantinya, ia akan melebarkan usahanya ini dengan proses end-to-end yang ia kendalikan sepenuhnya.

Untuk saat ini, Tyle.id berfokus untuk merngkurasi item baru yang cocok ke dalam segmentasi pasar usahanya. Sebab hanya mendatangkan produk dari seller terpercaya, kualitas dan pilihan dari produk yang diberikan oleh Tyle.id menjadi kekuatan usaha ini. 

Selain itu, harga yang Tyle.id tawarkan selalu terjangkau sehingga banyak anak remaja hingga orang dewasa yang gemar membeli produk di sana. Tyle.id juga selalu menggunakan teknik pendekatan kepada konsumen melalui konten Instagram yang atraktif nan relevan.

“(Konten Instagram) kami tidak selalu tentang jualan produk, contohnya seperti konten tutorial, mini games, atau QnA yang berkaitan dengan produk kita sehingga kita bisa mengetahui apa yang konsumen inginkan atau harapkan dari olshop kami,” terang Vira.

Tak hanya itu, Tyle.id sangat mengedepankan keamanan packaging agar produk tetap terjaga dan sampai di tangan pelanggan dengan aman. Tyle.id juga menawarkan personalisasi di mana di setiap packaging-nya terdapat nama para pelanggan. Hasilnya, pelanggan merasa diistimewakan atau diprioritaskan yang akhrinya bisa menjadi loyal customer.

3 dari 3 halaman

Belajar dari Pengalaman

Ilustrasi usaha reseller pakaian yang digeluti oleh Vira. Credits: instagram.com/tyle.id

Semenjak mendirikan usaha kecilnya, Vira banyak menemui pengalaman menarik. Ia menceritakan bahwa saat pertama berdiri, terdapat satu customer yang membeli produknya dengan jumlah fantastis. Terlebih lagi, pesanan yang membludak itu datang dari daerah luar Pulau Jawa atau tempat tinggal Vira.

Sebagai pebisnis pemula, tentunya hal ini masih membingungkan untuk Vira. Menurut pengakuannya, saat itu Tyle.id hanya memasarkan produk melalui Instagram pribadi Vira. Ia tak menyangka produknya akan dilirik oleh customer yang bahkan tak pernah ia bayangkan bisa menjangkaunya.

“Masih belum nyangka kalau ada customer sampai rela membayar ongkos kirim yang bahkan lebih mahal dari harga produk yang kita jual,” ucapnya.

Bukan hanya pengalaman menarik, Vira juga membagikan hambatannya dalam menjalankan bisnis, salah satunya saat mengkurasi model pakaian. Karena target pasarnya adalah kalangan remaja, terkadang ia sulit menentukan model pakaian mana yang banyak peminatnya atau tidak.

“Hal ini tidak selalu berhasil ada beberapa produk yang gagal kita pasarkan dikarenakan kurang tertariknya konsumen dengan fashion yang kita tawarkan, hal ini menjadi salah satu evaluasi kita juga dalam kedepannya untuk memilih produk yang ingin dijual,” tuturnya. 

Penulis: Ersya Fadhila Damayanti

#Women for Women