Fimela.com, Jakarta Hepatitis akus misterius menjadi penyakit yang mengintai anak-anak di dunia, termasuk Indonesia. Pertama kali ditemukan di Inggris, belum diketahui pasti apa yang menjadi penyebab dari penyakit ini.
Pasalnya, gejala yang timbul mirip dengan hepatitis pada umumnya namun tidak ditemukan adanya virus hepatitis A, B, C, D, atau E dalam hasil pemeriksaan. Hal ini membuat orangtua merasa khawatir akibat dampak yang ditimbulkan.
Dr. dr. Muzal Kadim, SpA(K) selaku Ketua UKK Gastro-Hepatologi IDAI menjelaskan hepatitis sendiri merupakan peradangan hati yang disebabkan oleh berbagai macam faktor. Seperti infeksi, autoimun, obat-obatan yang sedang dikonsumsi, hingga kekurangan oksigen.
What's On Fimela
powered by
Hepatitis akut misterius
"Infeksi virus ini merupakan reaksi dari virus yang merusak hati atau bisa juga sistem imun yang melawan yang membunuh sel virus sekaligus sel hati. Karena virus ada di sel hati. Semakin sel hati yang mati semakin parah hepatitisnya yang menhebabkan kegagalan hati," ungkap Dr. dr. Muzal Kadim, SpA(K) dalam wawancara virtual.
Dr. dr. Muzal Kadim, SpA(K) menjelaskan hepatitis akut misterius sejauh ini menyerang anak-anak. Pasalnya, anak-anak belum memiliki sistem imun yang sempurna, terutama pada anak-anak yang lebih kecil. Kebanyakan anak-anak yang terinfeksi di bawah enam tahun.
Dr. dr. Muzal Kadim, SpA(K) merekomendasikan orangtua untuk membawa anak-anak ke rumah sakit jika ditemui gejala seperti mual, diare, dan muntah. Namun orangtua bisa memberikan pertolongan pertama dari rumah untuk meredakan gejalanya.
Pertolongan pertama saat timbul gejala
"Kalau ada demam diberikan obat penurun demam. Kalau muntahnya cukup sering diberikan anti muntah. Supaya tidak dehidrasi diberikan cairan sedikit sedikit. Jangan dipuasakan atau tidak diberikan cairan," tutur Dr. dr. Muzal Kadim, SpA(K).
Jika mulai muncul gejala yang mengindikasi hepatitis akut misterius, orangtua harus lebih waspada dan aware akan setiap perubahan kondisi anak. Ketika gejalanya menghilang kemungkinan diare biasa yang umumnya terjadi pada anak bisa 3-4 kali dalam setahun.
Sedangkan jika gejala memburuk langsung dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan. IDAI telah membagikan rekomendasi screening dan tata laksana kepada seluruh dokter anak di Indonesia. Pada tahap pemeriksaan akan dilakukan pengambilan darah atau pemeriksaan melalui feses untuk memastikan apakah terdapat virus penyebab penyakit.
Simak video berikut ini
#women for women