Fimela.com, Jakarta Setiap orang punya mimpi masing-masing yang ingin diwujudkan. Namun yang jadi pembeda adalah sejauh mana usaha yang mereka curahkan untuk mencapainya. Sebuah kisah inspiratif datang dari perempuan yang ingin mempercantik perempuan lainnya, Linda Anggreaningsih.
Meski harus jatuh bangun di awal merintis brand Buttonscarves dan Benang Jarum, Linda tak pantang menyerah. Ia justru memaknai hal tersebut untuk semakin menyempurnakan bisnisnya. Terbukti, kini Buttonscarves punya reputasi cemerlang. Tak hanya di Indonesia, brand hijab milik Linda Anggreaningsih ini juga cukup dikenal di mancanegara, termasuk karya yang berkolaborasi dan terinspirasi dari Disney.
Kilas balik ke masa lalu, Linda Anggreaningsih bercerita sempat mengalami titik terendah dalam hidupnya. Saat itu ia dalam kondisi bimbang setelah memutuskan untuk mundur dari tempat kerja yang sangat diinginkan karena alasan tertentu. Semenjak itulah, hatinya selalu risau hingga Linda Anggreaningsih mengambil langkah besar dalam hidupnya.
"Jadi aku merasa aku butuh sesuatu dan aku memutuskan keluar dari tempat pekerjaanku. Tetapi setelah dijalani, kok aku merasa kurang bersyukur banget ya. Sampai pada akhirnya aku minta izin ke suami untuk menjual mobil dan umrah demi mendapatkan ketenangan," tambahnya.
Saat di Tanah Suci, Linda Anggreaningsih memanfaatkan betul ibadah yang dijalaninya. Hingga dia berdoa minta ditunjukkan pekerjaan yang sangat cocok untuknya ke depan. Setelah merasakan perjalanan spiritual yang sangat menyentuh, Linda Anggreaningsih menutup auratnya dan memilih untuk berhijab. Tak sampai di situ, ia juga mulai menggeluti bisnis hijab.
"Jadi momen-momen umroh itu jadi titik balik buat aku sampai aku pulang berhijab terus mendirikan Buttonscarves tidak sampai satu bulan setelah kepulanganku ke Tanah Air," katanya.
Namun tentu tak semua hal berjalan mulus seperti yang diharapkan, terlebih lagi founder dan creative director Buttonscarves ini awalnya bukan seseorang yang mengerti fashion. Selain itu, Linda juga mengatakan dirinya sempat menerima berbagai kritik dari para pembeli, termasuk terkait rentang harga yang cenderung lebih tinggi dari brand lain.
Seiring berjalannya waktu, Linda Anggreaningsih banyak belajar mengenai bisnisnya. Para pembeli juga menemukan beberapa perbedaan yang membuat hijab Buttonscarves laku di pasaran, yaitu penggunaan teknik laser cut yang membuat produknya lebih presisi dan punya detail menarik.
"Nah jadi ini sebenarnya suatu research and development yang agak-agak banyak melalui apa ya rintangan dan tantangan, jadi sebenarnya at the very beginning kalau aku memang mau jualan scarf atau hijab that makes me different from others gitu, aku emang mikirin itu karena aku tahu tadi banyak kekurangan-kekurangan aku yang nggak semua apapun yang aku jual bisa langsung laku gitu loh, harus punya sesuatu. Jadi aku mikirin banget terus aku research kekurangan produk-produk yang ada apa sih yang bisa kita improve dari kekurangan ini gitu," tuturnya.
Lebih lanjut, Linda Anggreaningsih juga bercerita secara mendalam mengenai awal merintis bisnis Buttonscarves hingga tembus pasar internasional. Lantas bagaimana ceritanya? Berikut kutipan wawancara lengkapnya dengan FIMELA.
Ide Kreasi dan Awal Merintis
Pada kesempatan wawancara tersebut, Linda juga menceritakan perjalanannya merintis Buttonscarves tujuh tahun lalu. Dia mengatakan semua berawal dari dirinya yang baru menggunakan hijab namun belum menemukan scarf yang cocok untuk digunakan sehari-hari. Dari pengalaman pribadi dan mengingat target pasar yang sangat besar itulah, akhirnya Linda mencoba merintis bisnis hijab.
Apa yang membuat Anda tergerak untuk merintis Buttonscarves?
Jadi tujuan aku di awal membuat Buttonscarves itu adalah sebenarnya sesuatu hal yang simple, aku pengin memberikan solusi bagi masalah para perempuan yang waktu itu baru mengenakan hijab yang kebingungan untuk mencari scarf atau hijab yang cocok. Intinya perempuan Indonesia harus bisa tetap tampil modis dan keren meski berhijab.
Nah karena sebenernya Buttonscarves itu berdiri awalnya dari problem pribadi, jadi aku yang baru berhijab di kala itu kayak kesulitan menemukan scarf atau hijab yang sesuai dengan keinginanku. Di satu sisi aku aneh kok bisa ya susah mencari hijab yang cocok padahal penduduk Indonesia banyak yang muslim. Melihat target market yang cukup besar di sini, akhirnya aku mikir 'Dilihat dari marketnya, kayaknya potensinya akan besar kalau aku mengelola produk hijab dengan baik'. Akhirnya tercetuslah brand ini.
Seperti apa penjualan di awal-awal produksi?
Jadi awal-awal Buttonscarves itu hanya menjual produk polosan, belum ada yang printed-printed seperti sekarang. Nah awal-awal produksi aku tuh ingat memang aku tuh orangnya agak sedikit nekat jadi di awal produksi itu memang langsung memproduksi 1.000 pcs dan melakukan trail and error sendiri, terus juga aku juga yang melakukan customer service melayani customer melalui whatsapp dan merekap order yang masuk website. Terus yang melakukan QC packing dan mengirimkan kepada customer.
Apa tantangan yang Anda rasakan di awal mendirikan Buttonscarves?
Nah jadi pada awal merintis Buttonscarves ini memang lebih banyak kesulitan daripada kemudahan tentunya, karena yang pertama aku itu tidak memiliki background bisnis fashion atau industri fashion karena i'm not desainer. Terus aku juga belum pernah bekerja di sebuah brand gitu, brand retail nah tapi aku punya passion di industri ini, jadi dari situlah aku belajar. Nah struggling banget untuk mempelajari suatu hal baru suatu sistem bisnis yang baru dari nol dan at the same time sambil belajar harus melakukan kegiatan operasionalnya juga.
Aku juga bukan tipe orang yang senang pattern, menggunakan photoshop dll. Tapi karena bisnis ini aku belajar semua dari nol, untuk sekarang dipermudah dengan adanya YouTube ya. Jadi kalau misalnya kita lihat perkembangan desainnya Buttonscarves itu sangat signifikan, dulu zamannya aku masih ngerjain sendiri itu desainnya cuma kotak-kotak terus kayak permainan warna gitu, beda dengan sekarang yang sudah punya tim.
Oh iya aku juga bukan sosok influencer yang memiliki pengaruh besar. Siapa yang akan menyuarakan produk ini di awal-awal? Tapi karena produk ini sendiri lah yang akhirnya membuat customer mempromosikan produk kita ke orang-orang sekitarnya.
Seperti apa riset yang Anda lakukan untuk mengembangkan bisnis ini?
Nah jadi ini sebenarnya suatu research and development yang agak-agak banyak melalui apa ya rintangan dan tantangan, jadi sebenernya at the very beginning kalau aku memang mau jualan scarf atau hijab what make me different from others gitu, aku emang mikirin itu karena aku tahu tadi banyak kekurangan-kekurangan aku yang nggak semua apapun yang aku jual bisa langsung laku gitu loh, harus punya sesuatu.
Terus kalau lihat oh ternyata pinggirannya itu kok nggak rapih atau nggak kelihatan seamless, kemudian aku melakukan banyak trial and error berbagai teknologi yang bisa digunakan untuk kain menjadi finishing gitu, banyak yang gagal juga tapi at the end of the day. Aku terinspirasi dari sebenarnya sebuah pakaian dalam wanita yang pinggirannya itu di-laser cut. Nah kita suka lihat kan sebenarnya teknologi ini tuh udah dipakai di produk lain, tapi belum dipake di scarf.
Nah dulu itu suka ada kayak yang seamless gitu yang tidak pakai jahitan karena akan membuat kita lebih nyaman kalau memakainya, jadi tidak ada menyebabkan nyangkut atau gatal nah lalu jadi terinspirasi 'oh kita bisa coba nih'. Teknik ini untuk kita aplikasikan ke scarf atau hijab, jadi aku cari tahu sampai akhirnya mutar-mutar sampai akhirnya ternyata berhasil untuk diaplikasikan di hijab ini.
Jadi itulah yang menurut aku menjadi sigificat difference at that time, kalau sekarang kita lihat ya semua orang udah pakai laser cut it doesn't matter, tapi at that time kita sudah memulai dan mengenalkan people always remember that gitu.
Kapan Anda melihat usaha yang dibuat ini semakin maju dan berkembang?
Jadi momen yang membuat aku merasa dan melihat this brand has a bright future itu adalah sebenernya at the first month itu selalu ada yang repeat order, jadi begitu kita launching produknya itu orang-orang yang tadinya beli tadi aku bilang misal satu hari cuma sepuluh mereka itu beli lagi, artinya kalau misalnya sudah terjadi repeat order dengan tingkat repeat order yang let say dari sepuluh orang yang tujuh orang tuh beli lagi, tipe yang sama dan warna lain berarti sudah ada addiction, oh mereka suka, mereka mau beli lagi, dari situ aku lihat yang beli. 'Kok si A kok beli lagi ya? kayaknya udah pernah beli'.
Terus nanti sekitar dua minggu lagi dia beli lagi, jadi pattern itu berulang semakin berkembang semakin berjalannya waktu, apa lagi di saat kita sudah mengeluarkan printed collection semakin ada ciri khasnya dan semakin pattern itu terjadi lagi di mana orang yang membeli melakukan pembelian ulang jadi aku melihat 'oh ini berarti benar nih scarf itu adalah sesuatu kebutuhan pokok bagi para perempuan yang sudah menggunakan hijab'. Setiap hari kita harus pakai all day long, jadi satu orang harus punya banyak dan harus matching dengan baju dan oh aku menemukan pattern-nya 'oh that’s why mereka minggu lalu beli minggu depan bisa beli lagi?' karena let say, minggu depan mereka beli baju baru dengan warna yang scarf nya mereka belum punya mereka akan mencari scarf yang matching dengan bajunya, nah dari situ kita melihat permintaan semakin baik awalnya yang printing kita ke vendor sampai akhirnya vendor kita itu menyerah dengan timeline yang kita berikan karena kapasitas kita semakin meningkat terus dan sampai akhirnya saya memutuskan sepertinya ini adalah suatu hal yang sudah apa ya hipotesa-hipotesa saya itu sudah semakin robas dengan semakin terulangnya tadi pattern tadi akhirnya saya memutuskan untuk invest di production juga untuk yang printing.
Nah dari situ lah moment di mana kita bisa menguasai hulu dan hilir, di mana di saat permintaan meningkat, supply nya langsung kita switch on naikin produksi gitu. Jadi permintaan dan supply saling bersambut sehingga sampai ke detik seperti sekarang ini. Sampai sekarang kita still continuing untuk meng-improve kapasitas produksi kita seiring meningkatnya produk Buttonscarves itu sendiri.
Bagaimana cara Anda menjaga kualitas produk dengan produk yang makin banyak dan skala besar?
Kita belajar dari produk-produk kita sebelumnya kita koreksi dari data yang kita punya. Produk mana yang penyerapannya tidak maksimal dari situ kita melihat membandingkan 'mana sih yang lebih jalan' di market ini, oh jadi begini kita pelajari kita jadikan lesson learn tersebut untuk dijadikan produk-produk di masa yang akan datang, sehingga kita tetap selalu relevan dengan kebutuhan para customer kita.
Jadi jangan sampai Buttonscarves sudah berusia tujuh tahun, customer juga bertambah usia dong, jangan sampai kita tidak bisa melayani kebutuhan customer kita yang dari awal udah beli di kita, kita harus punya produk yang sesuai dengan mereka tapi kita juga tetap harus bisa melayani customer-customer baru kita yang mungkin tadi mereka new customer, baru tahu brandnya apa, jadi semakin lama kebutuhan semakin kompleks that's why lini-lini produknya pun semakin banyak dan semakin lengkap dan mudah-mudahan Buttonscarves bisa menjadi one top solution untuk fashion untuk para perempuan bahkan suatu hari mudah-mudahan anak-anak dan juga para pria amin.
Buttonscarves sendiri kan juga dikenal dengan komunitasnya, bagaimana ceritanya bisa terbentuk?
Nah kalau tentang komunitas ini sebenarnya suatu hal yang tidak direncanakan suatu hal yang naturally terbentuk. Jadi dulu waktu awal-awal Buttonscarves, customer-customer yang membeli Buttonscarves itu kita beri hastag kayak misalnya aku ngepost aku pakai Buttonscarves and then aku pakai hastag BS Lady gitu, karena when im wearing one of Buttonscarves product, okey I'm a BS Lady gitu. Jadi costumer be as lady nah dengan adanya hastag tersebut be as lady dan panggilan-panggilan kita ke customer be as lady lama kelamaan mereka semua itu jadi kayak merasa terpanggil 'oh BS Lady yes', nah di saat mereka menjadi customer Buttonscarves, mereka merasa ya I proud be as lady gitu. Jadi komunitas ini itu awalnya tidak, kita sengaja bentuk semacam ada komitmen atau pendaftaran atau apapun tapi itu terbentuk secara natural it's for everyone where Buttonscarves product yes we are BS Lady, sampai akhirnya semakin ke sini semakin berkembang dan komunitas ini banyak banget menghasilkan hal-hal positif, jadi para be as lady di Indonesia, mereka suka bikin acara mereka juga bikin event. Nah kita kalau bikin event suka undang BS Lady, nah tidak ada syarat khusus untuk menjadi be as lady kalo misalnya kamu customer Buttonscarves berarti kamu adalah BS Lady. Jadi kalau misalnya kita ada event diperuntukan untuk BS Lady you can join. Tapi mereka suka bikin kegiatan-kegiatan misalnya di Sumatera BS Lady-nya bentuk kepanitiaan, terus misalnya mereka gathring terus mereka berbagi hal let's say mereka bisa sharing tentang banyak hal bukan hanya tentang fashion.
Jadi Buttonscarves atau BS Lady ini hanya menjadi wadah mereka menyatukan berawal dari kesamaan hobi menyukai fashion dan suka brand Buttonscraves, mereka akhirnya merasa kayak ada satu keterkaitan satu sama lain, jadi mereka tuh merasa kalau mereka selalu bilang ke kita tuh gini ketemu orang yang make Buttonscarves tuh rasanya kayak pengin manggil nyapa, kayak saudara gitu. Tadi terbentuk awalnya terbentuk dengan sendirinya mereka secara mandiri membuat event-event nya yang dampak positif untuk komunitas.
Mudah-mudahan ini ke depannya semakin besar komunitasnya anggotanya semakin banyak BS Lady semakin tumbuh supaya kita bisa menyuarakan berbagai hal melalui komunitas ini.
Menembus Pasar Internasional
Setelah tujuh tahun berdiri, kini nama Buttonscarves sudah mulai dilirik pasar internasional. Apalagi brand hijab milik Linda itu pernah bekerjasama dengan perusahaan besar yaitu Disney. Ke depannya, Linda berharap agar bisa membuat cabang store tak hanya di Indonesia dan Malaysia saja, namun juga Singapura dan negara ASEAN lainnya.
Bagaimana awal mula Buttonscarves bisa berkolaborasi dengan Disney?
Untuk sebuah brand fashion bisa berkolaborasi dengan international brand seperti Disney adalah sebuah impian pastinya. Nah jadi bagi saya untuk bisa berkesempatan dipercaya dan dipilih untuk menjadi salah satu kolaborator Disney di Indonesia itu adalah suatu bisa dibilang dream come true gitu lho. Nah, jadi prosesnya itu sangat panjang untuk bisa bekerjasama dengan Disney untuk bisa menjadi salah satu official partner dalam berkolaborasi banyak sekali kurasi yang kita lalui.
Kita harus melakukan yang pertama itu melakukan yang pasti brandnya itu harus udah punya present yang kuat, let's say kita di Indonesia sudah punya penyebarannya sudah di beberapa titik itu dikurasi, terus bagaimana luasnya produk range yang kita sajikan ke customer akan di cek juga bagaimana dan apakah produk kita secara quality masuk kategori untuk bisa menjadi salah satu kolaborator seperti itu, melalui berbagai step berbagai interview sampai akhirnya kita dan ada auditnya juga untuk sampai akhirnya kita lolos dan terpilih untuk berkolaborasi dan akhirnya kita pertama kali melakukan launching di tahun lalu itu dengan tema the little mermaid series, nah itu bertemakan terinspirasi dari film Disney yaitu the little mermaid, kita membuat satu koleksi dengan tema keindahan bawah laut. Karena keberhasilan dari launching dari kolaborasi tersebut, pihak Buttonscraves sangat-sangat merasa banyak impact positifnya begitu juga dengan pihak Disney, jadi kerjasama yang mutualisme sehingga kita melanjutkan lagi kerjasama ini untuk series-series lainnya relate dengan para BS lady jadi kita mengeluarkan koleksi-koleksi seperti kita mengeluarkan frozen terus kita mengeluarkan minnie mouse dan mungkin ada kelanjutan koleksi-koleksi berikutnya di tahun ini dan di tahun yang akan datang.
Apa harapan Anda untuk Buttonscarves ke depannya?
Iya jadi seperti yang tadi saya bilang customer kita itu they are loyal customer, jadi dengan melihat hal tersebut saya melihat ada potensi untuk kita manawarkan produk dengan kategori lain yang juga masuk kedalam sebuah kategori yang sama yaitu fashion gitu. Kayak perempuan mereka sudah butuh scarf of course mereka butuh bajunya juga, of course mereka butuh tas untuk melengkapi penampilan mereka sehari-hari, itu sebenernya aku research pada diri aku sendiri kok kayaknya kurang matching ya tasnya kok kayaknya kurang sepatunya ya and everything, jadi selain dari pada adanya permintaan dari para customer yang menyebabkan kita jadi lifestyle brand yang mana kategorinya itu hingga ke home and living sekarang dan juga ada beauty, itu sebenarnya menjawab juga dari peluang yang ada di market nah peluangnya ada bersambut dengan produk yang bisa dibilang bisa diterima dengan baik sehingga bergulir ke lini-lini yang lainnya dan hopefully one day kepengin banget mimpi banget pengen punya satu store yang di dalamnya itu semua kategori kita itu ada. Jadi masuk ke button store, let's say di lantai satu kamu bisa lihat scarf, lantai dua bisa lihat apparel, lantai tiga bisa lihat bag and shoes, lantai empat mungkin bisa liat kids, lantai lima mungkin bisa lihat home and living, but its all button scarves itu sih harapan saya ke depannya.
Bagaimana Anda melihat potensi produk ini di luar Indonesia?
Setelah kita berkiprah selama 6 tahun di industri ini, kita akhirnya melihat banyak sekali peluang. Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri melihat data bahwa Indonesia ini adalah salah satu negara produksi yang besar eksportir besar tapi kita mampu produksi untuk brand-brand luar negeri, produksinya di Indonesia dikirimnya keluar negeri saya merasa mengapa kita tidak mencoba untuk memasarkan produk kita di luar negeri yang brandnya brand indonesia di produksinya di Indonesia dipasarkan di seluruh dunia, jadi itu adalah sebenarnya yang mendorong saya untuk punya global presence, sekarang kita sudah punya di Malaysia soon to be insha allah Singapura dan negara-negara lainnya, kepengin banget bisa menjadi brand lokal yang menglobal membawa nama Indonesia, karena seperti kita tahu di industri fashion brand Indonesia tuh masih belum make it to the world, tapi kita punya potensi toh buktinya kita adalah negara yang memproduksikan produk-produk dunia lho, tidak jarang kita lihat pergi ke luar negeri misalnya ke Amerika saya ke sebuah butik brand internasional saya lihat produknya made in Indonesia, that is how Indonesia can do, Indonesia bisa bikin produk dengan quality sampai fine quality yang bisa dijual dengan harga ratusan dolar. Jadi saya ngerasa kita bisa bikin kenapa kita nggak bisa meng-internasionalkan brand yang berasal dari Indonesia juga, itu kan hanya di mindset kita aja kalau kita cuma produsen tapi kita bisa juga kok menjadi salah satu brand yang berada diantara international brand itu jadi semangatnya seperti itu sih, tapi tentunya perjalanan realita itu tidak semudah kita ngomong tapi what is most important kita yang penting punya semangatnya dulu dan melakukan sesuatu soal hasilnya kita serahkan nanti bagaimana.
Perjuangan untuk memasarkan produk ke luar negeri sesulit apa?
Ya jadi sebenernya bisa dibilang menegangkan dan sebenernya bisa dibilang nekat, karena awalnya Buttonscarves berdiri, saya itu confident-nya udah level tinggi gitu di awal, tujuan apa kalau kita sendiri as a brand tidak confident bagaimana kita mau meyakinkan customer kita gitu kan, nah jadi di awal itu kita bikin website www.buttonscarves.com waktu itu masih very very basic, jadul banget di situ ditulis free international shipping. Jadi that time yaudah bikin aja gitu kan padahal ngerasa yaudah paling nggak ada yang beli tapi bikin aja international shipping biar terlihat 'wow ini website legit lho, bisa free international shiping'.
And then what happened adalah karena kita waktu itu di Instagram alogoritmanya masih pakai hastag-hastag itu people can search right, nah ternyata ada beberapa customer dari Malaysia, Singapura, Brunei tuh yang beli karena bisa pembayaran international dan tertulis di situ free shipping jadi there willing to try, nah pengalaman menurut saya paling menegangkan adalah saya sudah tulis free shipping tanpa memikirkan waktu itu how sending kalau ada yang beli akhirnya begitu ada orderan baru kita kelabakan 'oh my god kita harus kirim seperti apa?' segala macam.
Tapi saya selalu percaya bahwa power of urgency, kalo sudah urgent itu kita pasti bisa menemukan jalan dan sampai akhirnya kita bisa kerja sama cukup panjang sama provider shipping kita yang kita pakai dari awal untuk kirim ke luar negeri. At least kita bisa membuktikan sebagai Indonesian brand bisa ship to them bisa kirim ke mereka produknya diterima dengan baik dan aman tanpa mereka harus tau ternyata tuh si brand ini tuh merugi lho ngirim ke luar negeri. Seiring berjalannya waktu, kita fine-tuning everything, lebih belajar banyak tentang internasional shipment tentang penerima bayaran segala macam, at the end of the day itu menjadi pelajaran yang sangat baik buat kita sampai akhirnya kita bisa mengirimkan dengan quantity yang lebih besar dan akhirnya juga jadi positif juga.
Untuk Ramadan tahun ini, apakah ada produk baru yang akan launching?
Ya jadi tentunya moment ramadan dan lebaran adalah satu moment besar yan ditunggu-tunggu semua brand fashion di Indonesia maupun di luar, karena ini adalah moment di mana biasanya at least permintaan itu naik dua kali lipat dari pada di hari-hari biasa selain lebaran karena ini memang moment yang paling ditunggu-tunggu yang paling moment berbelanja jadi pastinya mengeluarkan satu koleksi yang khusus kita launching kan untuk menyambut Ramadhan dan hari raya di tahun ini dan untuk kali ini kita mengambil suatu tema dengan sebuah kota yang dulunya itu ada sebuah kerajaan Islam terbesar di sana yang kita jadikan inspirasi untuk koleksi kita di Ramadan dan lebaran tahun ini dan akan ada juga kita lakukan aktivitas kita bekerja sama dengan salah satu shopping mall yang pasti semua orang tahu nanti kita akan banyak aktivitas di sana, kita akan ada exhibition satu bulan lebih sampai dengan lebaran di shopping mall tersebut, pokoknya ini akan menjadi momen besar buat kita bertepatan juga kita sudah menginjak 6 tahun di industri ini jadinya kita pengin memberikan suatu kejutan-kejutan pada BS Lady.
Mengangkat tema mengenai kota yang dulunya menjadi Islam terbesar di suatu negara, bagaimana cerita awalnya?
Nah sebenarnya awalnya terinspirasi-nya gini, kalau di bulan Ramadan kita kan selalu selalu lihat ada acara tv misalnya kaya napak tilas kota islam di mana di mana gitu kan, nah jadi saya kayak terfikir momen itu tuh jadi kaya relate dengan Ramadan, jadi kayak biasanya Ramadan itu waktu-waktu yang tepat untuk kita membahas tentang sejarah tentang kisah-kisah islam gitu, jadi menurut saya ini adalah moment yang tepat juga untuk kita mengeluarkan satu koleksi dengan payung besar yang sama, terus kita lihat juga bertepatan juga dengan let say kalo kita ke shopping mall, shopping mall itu biasanya bikin semacam art installation selama bulan Ramadan, mereka misalnya bikin bangunan yang terinspirasi dari bangunan masjid let's say masjid yang ada di negara mana atau misal masjid yang berasal dari daerah mana, nah itu sangat erat dengan moment Ramadhan, momen Hari Raya.
Jadi saya juga terinspirasi untuk mengeluarkan tema dengan payung besar yang sama sehingga campaign kita di tahun ini bisa berdampingan dengan dan saling support dengan pihak-pihak lainnya, kita ibaratnya berbicara tentang suatu hal besar yang sama sehingga diharapkan komunikasinya bisa lebih mudah bisa diterima dengan baik dan produknya secara umum pasti koleksinya juga bisa diterima dengan baik bahkan lebih baik dari bulan-bulan sebelumnya.
Sebagai seorang pebisnis yang memiliki keluarga, seperti apa anda membagi waktunya?
Jadi sebenernya ini kalau pertanyaan-pertanyaan tentang gimana untuk membagi waktu antara bisnis keluarga dan diri sendiri, saya sebenarnya bisa dibilang tidak mengkotak-kotakan waktu yang saya miliki tapi saya lebih kepada memaksimalkan every minute that I have misalnya saya lagi kerja apa yang bisa saya maksimalkan waktu saya untuk kerja ini, terus kalau misalnya lagi waktu untuk diri sendiri sih jarang ya jujur. Kalau saya punya waktu lebih punya waktu yang bisa saya manfaatkan saya lebih memilih untuk memanfaatkan dengan anak-anak segala macam, karena once you get there kadang waktu itu lebih mahal daripada apapun sebenernya, let say dulu aku punya waktu untuk preparing myself pergi ke salon misalnya kayak apa yah me time for like setiap minggu, sekarang pun kalau saya punya waktu itu saya akan lebih memilih untuk menggunakan waktu itu menghabiskan waktu itu mungkin bersama keluarga, karena satu hal yang sangat-sangat butuh dicari waktunya gitu, dan sebenernya what I do adalah I mix the timing gitu lho.
Jadi misalnya saya berusaha mendekatkan karena pekerjaan itu kan menyita hampir lebih dari belasan jam dalam satu hari waktu kita, saya berusaha untuk mendekatkan pekerjaan saya sedekat-dekatnya dengan rumah sehingga satu hari itu let say ada masanya saya dibutuhkan untuk di rumah atau ada hal urgent yang di mana saya harus ada saya bisa automatically switch langsung mengerjakan urusan rumah dulu, terus at the same time ini udah selesai langsung kembali mengerjakan pekerjaan kantor. Percaya atau nggak bahkan sekarang saya lagi bikin kantor saya tembuskan ke rumah pintunya,
Aku berusaha untuk get my kids in dengan aktivitas aku di kantor supaya mereka memahami, jadi mereka memahami apa yang dilakukan oleh ibunya di saat ibu nih lagi nggak bersama-sama mereka, nih lagi ngapain sih jadi aku. Aku mengenalkan mereka ohh mommy tuh kerja tuh begini dan aku ceritakan semua yang aku lakukan mereka tuh suka nanya 'mom ini tuh apa? ini kantor? kok kantor dekat rumahnya kita?'. Misalnya mereka nanya gitu ya berarti iya nanti kamu bisa ke kantor mommy terus jadi sebenarnya kayak I tell every reason supaya mereka itu jadi nggak ngerasa kok 'Kok mommy nggak seharian di rumah, tuh ngapain gitu?'.
Jadi bukan lebih kepada mengkotak-kotakan waktu yang kita punya, tapi give understanding to everyone nggak cuma ke keluarga kita tapi sebenernya ke tim-tim juga dikasih pemahaman juga karna kan ada orang yang misalnya terganggu kayak ih si mba Linda ini kok kita lagi sibuk kerja kok anaknya ada main sih jadi memang setiap pihak yang ada di sekitar kita harus dikasih pemahaman yang sama.
Tradisi Ramadan di keluarga Anda seperti apa?
Kalau ramadan sebenarnya sih tradisi aku tuh bukan tipe orang yang punya tradisi-tradisi khusus tapi automaticlly kalau misalnya bulan ramadan itu kita berusaha untuk bisa menjalankan tarawih bersama-sama dan kebetulan juga nanti di Ramadan tahun ini mungkin kantor extension kita yang tadi aku bilang dekat rumah aku itu kita udah bisa tempatin dan kita berencana selama 30 hari Ramadan itu kita akan melakukan tarawih bersama dengan mengundang para ustad-ustad let say misalnya di minggu A undang ustad A, nanti minggu depannya ustad B sampai 4 minggu, sehingga jadi dan itu kita lakukan di kantor kebetulan kita punya aula yang mau kita dedicated kan untuk tempat tarawih di bulan puasa karena kan kita belum tahu apakah kita sudah bisa kembali tarawih di masjid atau nggak.
Biasanya kita punya tradisi di kantor itu setiap hari ada makanan buka puasa jadi temen-temen tim Buttonscarves itu nggak perlu mikirin lagi sore-sore aduh buka puasa pakai apa ya gitu biasanya kita sudah siapkan dan juga tradisi kita dari tahun lalu kebetulan enaknya office kita yang sekarang itu di pinggir jalan raya jadi selama setiap hari kita bikin tenda di depan kantor kita, membagikan makanan buka puasa gratis to everyone yang lewat.
Dengan kesuksesan sekarang, momen titik terendah apa yang sudah Anda lewati?
Titik terendah I think it was before Buttonscarves sih gitu. Jadi sebenarnya titik terendah yang aku alami gara-gara kenekatan aku sendiri, perilaku aku sendiri yang memang sebenarnya dulu itu sudah I got my dream job. Kerja di sebuah institusi yang aku impikan, yang orang tua aku impikan, suami aku sangat support, tapi berada di sana itu aku merasa setelah satu tahun this is not what im looking for ternyata, hingga akhirnya aku resign. Walaupun banyak banget pelajaran baik yang bisa dipetik. Setelah resign aku ngerasa kok aku nggak bersyukur banget ya orangnya, mau kerja ibaratnya tuh kayak mau kerja di tempat impian, dikasih jalan mudah. Terus aku mempertanyakan diriku sendiri.
Akhirnya di momen terendah itu aku memutuskan curhat ke suamiku untuk menjual mobil dengan harga murah dan pergi umrah. Di sana khusyu banget ibadahnya, sampai nggak mau diganggu.
Jadi momen-momen umroh itu jadi titik balik buat aku sampai aku pulang berhijab terus Buttonscarves itu aku bikin, aku mulai nggak sampai satu bulan dari aku pulang dari umroh karena di umroh itu aku juga sebenernya doa yang selalu aku panjatkan di setiap titik-titik yang tempat orang berdoa tempat-tempat mustajab aku selalu berdoa minta ditunjukin suatu pekerjaan dan profesi yang benar-benar bisa membuat aku fulfill dan bisa bermanfaat buat banyak orang, tidak cuma buat aku.
Jadi dari situ tuh doa-doa itu aku ngerasa tuh langsung dijawab dari aku kepikiran pengin bikin Button Scarves ini, jadi kayak bahkan beberapa bulan sebelumnya boro-boro mikir pakai jilbab aja engga/waktu itu masih pakai celana pendek ke carrefour, jadi ibuku tuh sampai bilang gini 'ya Allah kapan ya anakku taubat', jadi itu tuh tapi satu point yang bisa kita petik sebenernya dari sini the lowest point of your life can become a good chance if you want to change to become a better person. Jadi aku merasa di saat aku kepengin mengubah tujuan aku sendiri dari dalam hati jadi tuh semuanya ditunjukkin jalan ke yang lebih baik dan sesuai doa kita, jadi ini tuh aku percaya nggak ada doa yang nggak dikabulkan, tinggal seberapa kuat kita untuk a push that doa untuk dikabulkan sesuai dengan harapan kita.