Diary Fimela: Clothing Brand Opposite Menawarkan Kreativitas Seni Visual dalam Produk Fashionnya

Fimela Reporter diperbarui 21 Apr 2022, 18:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Membangun sebuah clothing brand sendiri menjadi sebuah kebanggaan. Sama halnya seperti Aby Putra Kusuma, seorang mahasiswa yang tengah merintis bisnis fashion di tengah gempuran kompetitor bidang sejenis.

Pria yang akrab disapa sebagai Aby ini mengawali jejak usahanya di tahun 2020. Di masa pandemi Covid-19, Aby mendirikan bisnis clothing brand-nya. Tentunya, tak mudah bagi Aby untuk mencapai kata “sukses” kala itu.

Di saat orang lain berjuang mempertahankan bisnisnya hingga tak jarang banyak usaha gulung tikar, Aby membulatkan tekadnya untuk menciptakan brand-nya sendiri. Bisnis fashion miliknya ia beri nama Opposite. 

Opposite menjajakan berbagai pakaian esensial, seperti kemeja, kaos oblong, hingga celana curduroy. Tak lupa, Aby tetap memberikan sentuhan visual khas pada produknya, yakni line art. Ia membuktikan bahwa ia tak sekadar menjual baju, ia juga membubuhkan seni di dalamnya.

Penamaan yang ia berikan pada brand-nya pun memiliki makna tersendiri. Opposite, ungkap Aby, memiliki arti pengingat bahwa dukungan lingkungan sekitar itu penting.

“Kita itu butuh dukungan dan juga pengingat bahwa kita manusia harus saling peduli dan juga sama sama melindungi,” terang Aby saat diwawancarai Fimela.com.

2 dari 3 halaman

Bidik Gen-Z sebagai Target Pasar

Bisnis fashion Oppositee membidik generasi Z sebagai target pasar melalui riset pasar yang telah dilakukan sebelumnya. /instagram.com/oppositee.co

Riset pasar sebelum terjun ke dunia bisnis sangatlah penting. Hal ini juga menjadi perhatian Aby tatkala berinisasi membuka bisnisnya. Ia merasa, sebelum menggeluti usaha, riset pasar adalah hal krusial untuk dilakukan.

Setelah melakukan riset, akhirnya ia bisa menentukan segmentasi pasar yang cocok untuk produknya. Semakin mengenal calon pelanggan kita, sebuah bisnis akan lebih mudah menyiapkan strategi bagi bisnisnya. Aby pun mempercayai hal itu. 

Kini, Opposite lahir dengan target pasar generasi Z, yakni orang dengan jangkauan umur 15-25 tahun. Tentunya, Aby memperhatikan bagaimana jenis produk baju dengan visual menarik itu akan lebih menjual untuk kalangan generasi Z.

3 dari 3 halaman

Prioritaskan Ide Kreatif

Koleksi pakaian Opposite bernama Oposite Wrld Tour. /instagram.com/oppositee.co

Meskipun sedang menggeluti dunia bisnis, Aby tetap memperhatikan akademiknya. Sebagai seorang mahasiswa, Aby kerap menghadapi kesulitan mengatur waktu. Namun, ia saat ini bisa memegang kendali atas keduanya dengan cermat.

“Cara manage-nya (akademik dan bisnis), yaitu kita harus sudah ada jadwal sih, ya, kayak jam berapa kita fokus ke kerjaan dan juga jam berapa kita fokus untuk masalah akademik,” paparnya.

Sudah menjadi hal biasa dalam merintis usaha di mana pebisnis kerap menemukan hambatan. Aby pun demikian. Ia juga membagikan hambatan terbesarnya saat merintis bisnis clothing brand-nya.

“Hambatan terbesar adalah permasalahan internal, yaitu komunikasi internal,” terangnya.

Ia juga memberikan sedikit tips untuk para anak muda yang ingin merintis usaha. Ia mengungkapkan bahwa jangan memikirkan modal terlebih dahulu. Ketika ingin membuka suatu usaha, ide adalah yang utama. 

“Kalau mau melakukan suatu bisnis, jangan pikirin modal dulu, karena kalo kita pikirin modal, pasti ide kreatif kita hanya sebatas modal yang kita punya,” pungkasnya.

Kini, semenjak kurang lebih dua tahun berdiri, Opposite sudah beroperasi di berbagai platform. Kamu bisa membeli produk Opposite di Instagram @Oppositee.co dan e-commerce kesayanganmu.

Penulis: Ersya Fadhila Damayanti

#Women for Women