Orangtua Harus Paham, 7 Hal Ini Dapat Menjadi Trauma Masa Kecil bagi Anak

Fimela Reporter diperbarui 15 Apr 2022, 14:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Trauma masa kecil dapat berpengaruh buruk pada tubuh kembang anak, terlebih jika anak belum dapat sembuh dari trauma tersebut hingga dewasa. Trauma masa kecil tidak hanya berasal dari lingkungan keluarga dan pertemanan. Trauma masa kecil juga tidak hanya berbentuk kekerasan yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. Berikut adalah hal-hal yang dapat memicu tumbuhnya trauma masa kecil pada anak.

1. Kekerasan

Kekerasan dalam hal ini dapat merujuk pada kekerasan fisik, emosional, maupun seksual. Menurut penelitian, kekerasan adalah salah satu trauma masa kecil yang paling menyakitkan dan memiliki dampak paling besar pada kesehatan mental anak. Menjadi korban kekerasan atau saksi anggota keluarga mengalami kekerasan dapat memicu beberapa gangguan mental saat anak tumbuh dewasa. Teicher dan Anderson menjelaskan kekerasan pada anak dapat memicu kondisi depresi mayor, PTSD, dan perilaku menyakiti diri sendiri bahkan mengakhiri hidup.

2 dari 3 halaman

2. Penelantaran

(Ilustrasi: The Independent)

Penelantaran pada anak sama berbahaya nya dengan kekerasan. Seorang peneliti, Dr. Glasser, menjelaskan penelantaran sebagai bentuk ketidakmampuan orang tua dalam memenuhi kebutuhan dasar anak. Penelantaran dapat merujuk pada perilaku tidak bertanggung jawab, pengabaian, mengancam, serta tidak hadir baik secara fisik maupun emosional. Anak yang tumbuh sebagai korban penelantaran akan memiliki kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.

3. Gangguan Mental

Gangguan mental orang tua yang belum diatasi dapat berpengaruh buruk pada kesehatan mental anak. Menurut Yale Child Study Center, lebih dari 15 juta anak di Amerika Serikat tumbuh dengan orang tua yang memiliki depresi mayor. Dalam hal ini, kondisi depresi mayor yang dimiliki oleh orang tua dapat membuat hubungan orang tua dan anak menjadi renggang, karena mereka cenderung tidak begitu suportif dan afektif. Sehingga, kebutuhan emosional anak tidak dapat terpenuhi. 

4. Perilaku Berisiko

Perilaku berisiko merujuk pada perilaku berbahaya yang dapat mengancam keselamatan orang tua maupun anak. Salah satu perilaku berisiko yang paling umum adalah kekerasan akibat ketergantungan akan alkohol dan obat-obatan. Anak cenderung meniru apa yang ada di lingkungan sekitarnya, sehingga anak berpotensi memiliki perilaku berisiko yang sama saat mereka tumbuh dewasa. Mereka juga tumbuh dengan rasa malu, bersalah, mengisolasi diri dari orang lain, sulit mengontrol emosi dan konflik, serta potensi mengidap depresi dan gangguan kecemasan.

3 dari 3 halaman

5. Cedera Parah

Photo Copyright by Freepik

Saat anak mengalami kecelakaan atau bencana alam pada masa kecil yang menyebabkan mereka mengalami cedera parah, hal tersebut dapat menjadi trauma masa kecil pada anak saat mereka tumbuh dewasa. Rasa takut akan terluka separah itu akan terus menghantui anak hingga dewasa.

6. Penyakit Parah

Selain mengalami cedera parah, anak juga dapat mengalami trauma masa kecil jika ia pernah didiagnosa memiliki penyakit parah. Saat seorang anak menghabiskan masa kecilnya untuk sembuh dari penyakit parah, maka ia tidak memiliki kesempatan untuk menghabiskan masa kecil seperti anak pada umumnya. Orang tua dan orang sekitar juga akan semakin protektif pada dirinya, sehingga anak tidak menikmati proses penyembuhan. Mereka melihat proses penyembuhan tersebut sebagai pengalaman yang tidak menyenangkan.

7. Masalah di Sekolah

Trauma masa kecil tidak hanya berasal dari rumah, tetapi juga sekolah. Berbagai masalah di sekolah dapat menjadi pengalaman traumatis bagi anak, terutama perundungan. Seorang anak yang menjadi korban perundungan akan merasa bahwa mereka menjadi perundungan karena ada yang salah dengan diri mereka dan mereka pantas mendapatkan perilaku tersebut. Pengalaman tersebut akan memengaruhi cara pandangmu terhadap orang lain dan dirimu sendiri.

Jika luka emosional yang timbul dari trauma masa kecil terlalu dalam, seorang anak bisa tumbuh dewasa dengan membawa luka tersebut. Tentu hal tersebut akan berpengaruh buruk pada kesehatan mental anak. Menerima dan memahami luka emosional yang disebabkan oleh trauma masa kecil adalah hal pertama yang harus dilakukan agar dapat menyembukan trauma dan luka tersebut. Menerima masa lalu memang tidak mudah, tetapi itu adalah hal yang harus dilakukan agar kamu dapat terus berjalan menjalani hidup tanpa membawa beban dari masa lalu.

 

Ditulis oleh: Savitri Anggita Kusuma Wardani