Diary Fimela: Dukungan Keluarga Jadi Jalan Furiyanti Pilih Bisnis Camilan Telur Gabus dan Rela Melepas Kariernya

Anisha Saktian Putri diperbarui 06 Apr 2022, 12:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia tentu tidak asing dengan jajanan telur gabus, camilan tradisional yang sangat digemari banyak orang. Terinspirasi dari camilan rumahan tersebut, Furiyanti memutuskan untuk memiliki bisnis membuat telur gabus dengan menghadirkan merk Telur Gabus Kata Oma. 

Bisnis tersebut bisa dibilang sukses, dibuktikan dengan Kata Oma yang berhasil meraih ‘The Best UMKM’ dengan mencatatkan pembelian tertinggi diantara puluhan ribu UMKM lainnya dalam ajang pameran Industri Kreatif & UMKM ‘Brilianpreneur’ di tahun 2020. 

Lantas bagaimana kisah seorang Furiyanti merintis dan mengembangkan bisnis telur gabus Kata Oma? Furiyanti adalah sosok anak bungsu dari 4 bersaudara, dimana dia memiliki dua kakak perempuan dan satu kakak laki-laki. 

Furiyanti mengungkap kesuksesan yang berhasil dia raih tidak terlepas dari peran dan dukungan keluarga, terlebih pola asuh kedua orang tuanya. Sosok ayahnya yang dingin namun adalah seorang pekerja keras, sementara ibunya yang hangat dan dekat dengan anak banyak mengajarkan nilai-nilai luhur kehidupan. 

“Salah satu didikan orang zaman dulu adalah papa selalu kerja dan mama yang ngurus rumah tangga. Tapi yang sangat kental mengalir di darah keluarga kita adalah tipikal papa yang pekerja keras. Jadi buatku pribadi, figur papa mencerminkan tipe pekerja keras dan mandiri," ujar Furiyanti.

“Papa orangnya dingin, tapi beruntungnya mama sosok yang sangat hangat. Jadi melalui Ibu, saya belajar manner, budi pekerti, care and love. Lalu ibu saya itu orang yang sangat detail, excellence itu dapetnya dari Ibu. Jadi didikan keluarga yang seperti itulah yang membentuk saya sekarang,” lanjutnya.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Perjalanan Karier

Furiyanti Pilih Bisnis Camilan Telur Gabus dan Rela Melepas Kariernya

Jauh sebelum sukses berbisnis seperti saat ini, Furiyanti adalah sosok perempuan karier yang banyak malang-melintang di dunia korporat. Semua berawal saat dia berkuliah di Australia, tepatnya di kampus Curtin University di mana Furiyanti mengambil jurusan Marketing and Public Relations.

Ada sedikit kisah menarik terkait latar belakang pendidikannya. Furiyanti mengaku saat itu dia memilih jurusan yang terkait komunikasi itu karena ‘iseng’.

“Kenapa saya ambil itu (re : jurusan Marketing and Public Relation), saat itu saya pikir ambil jurusan yang belum menjamur di Indonesia, yaitu PR. Jadi saat itu jujur saya tidak tahu persis itu jurusan apa," ujarnya.

Namun, seakan takdir, dari situlah petualangan Furiyanti dimulai. Lulus kuliah, dia langsung pulang ke Tanah Air dengan bekerja di salah satu agensi kehumasan (PR Agency) ternama di ibu kota yang juga merupakan tempat magangnya dulu. Berawal dari menjadi seorang praktisi PR, Furiyanti lantas terjun sebagai seorang communication specialist di berbagai perusahaan ternama.

Sejumlah jabatan mentereng pun pernah disandangnya, mulai level eksekutif hingga direksi. Proses malang-melintangnya itu, diakui Furiyanti, karena dia merupakan tipikal orang yang mudah bosan dan selalu ingin mencari tantangan baru.

Salah satu langkah ‘radikal’ yang pernah dia lakukan adalah saat Furiyanti memutuskan untuk kembali ke Australia, mencoba peruntungan di sana namun takdir berkata lain. Furiyanti hanya bertahan 6 bulan dan dia memutuskan kembali ke Tanah Air.

Sekembalinya ke Indonesia, Furiyanti yang sempat bekerja sebagai direktur komunikasi di salah satu konglomerasi ternama tetiba kepikiran untuk mendirikan usaha. Hal ini karena Furiyanti merasa sosoknya kerap dicurhati oleh orang lain terkait masalah hidupnya, dan kebetulan dia juga tipikal seorang pendengar yang baik.

Akhirnya Furiyanti memutuskan meninggalkan dunia korporat dan memulai usaha perusahaan coaching usai disarankan oleh temannya. Lantas dari situlah perjalanan hidup membawanya kepada inspirasi untuk mendirikan ‘Kata Oma’.

Saat bekerja sebagai direktur dan sedang merintis Dream Centre (re : nama perusahaan coaching miliknya), Furiyanti terkadang membawa telur gabus buatan ibunya dan melihat rekan-rekannya suka sekali ngemil jajanan telur gabus.

Tak disangka telur gabus tersebut banyak menuai antusiasme dari orang-orang di sekitarnya. Seiring berjalannya waktu, Furiyanti semakin serius menekuni bisnis rintisannya tersebut hingga akhirnya di tahun 2018, dia mantap menggunakan brand ‘Kata Oma’.

Adapun asal-muasal pemilihan nama ‘Kata Oma’ dilandasi pada fakta, telur gabus racikan Furiyanti berasal dari ‘resep rahasia’ sang ibunda, yang sudah berstatus nenek alias oma-oma.

“‘Kata Oma’, yang pasti kita itu we want to honour oma. Karena memang ini resepnya dari seorang oma yang autentik. Selain itu Oma adalah kependekan dari ‘Otentik Masakan Alami’, Makanya value DNA Kata Oma ini autentik. Ya resepnya dibikin dari seorang oma yang dia racik sedemikian rupa, hanya menggunakan bahan-bahan alami supaya jadi camilan yang terbaik buat anak cucunya," ujar Furiyanti.

Ide nama ‘Kata Oma’ sendiri tidak muncul begitu saja. Furiyanti mengaku, hal itu melalui proses riset yang panjang, kita banyak bertanya kepada teman-teman dan calon konsumen apa arti Oma bagi mereka dan mendapatkan kalau kita itu banyak dengar dan percaya apa kata Oma karena Oma itu sayang sekali sama cucu-cucunya, akhirnya kami gunakan KATA OMA sebagai brand Telur Gabus warisan Oma tersebut.

3 dari 3 halaman

Proses Jatuh-Bangun dan Strategi Bisnis

Dibuat Sejak 1980, Telur Gabus Kata Oma Kini Merambah Pasar Internasional

Dalam membangun bisnis, proses jatuh-bangun adalah hal yang biasa. Hal itu juga dialami Furiyanti bersama dengan ‘Kata Oma’. Diakuinya, tantangan itu terus ada, terlebih terkait aspek terpenting dalam bisnis yakni 4P (Production, Price, Promotion dan Place) serta distribusi. Untuk mengatasi hal tersebut, Furiyanti menerapkan sejumlah strategi yang cukup cemerlang sehingga bisa membuat ‘Kata Oma’ sukses seperti saat ini.

Dia mencontohkan, untuk menjaga kualitas produk, ‘Kata Oma’ senantiasa menggunakan bahan yang segar dengan menerapkan standar tinggi.

“Produk itu ga mudah ya, apalagi Kata Oma hanya menggunakan bahan alami, tanpa pengawet, jadi apabila kualitas bahan dasar tidak stabil, pasti kualitas keseluruhan produk akan terpengaruh. Padahal untuk satu produk komponen bahan dasar alaminya begitu banyak, jadi kompleks. Misalnya untuk produk unggulan varian gula aren, ada kegagalan panen aren, nah pengaruh semua ke rasa produk," katanya

Furiyanti menjelaskan betapa pentingnya sebuah bahan dalam proses produksi. Lalu terkait promosi, ‘Kata Oma’ awalnya menggunakan sistem reseller karena menurut Furiyanti, teknik tersebut jauh lebih murah dan efektif untuk memasarkan produk. Selain itu, Furiyanti mengungkapkan, bisnis yang baik adalah yang menjawab suatu ‘permasalahan’ konsumen. Dia mencontohkan bagaimana produk ‘Kata Oma’ menyasar target audiensnya yakni ibu-ibu muda.

“Target utama Kata Oma adalah millennials mom. Kenapa sih kita butuh tau konsumen kita, karena kita mengetahui apa kebutuhan mereka. Ibu-ibu cari snack buat keluarga dan anak pastinya yang aman, yang ga bikin batuk, sakit perut, alergi, itulah yang kita hadirkan di Kata Oma," katanya.

Strategi bisnis tersebut pada akhirnya berhasil membuat ‘Kata Oma’ meraih sukses. Berangkat dari bisnis rumahan dan UMKM, ‘Kata Oma’ kini mempekerjakan setidaknya 40 karyawan. Itu tidak termasuk resellernya yang tersebar di berbagai penjuru daerah di Indonesia.

Selain itu, ‘Kata Oma’ yang mulai menjalin kemitraan dengan UNIFAM dalam pendistribusian produk dan telah berhasil menembus pasar luar negeri di tahun 2021 ini dengan mengekspor produk ke Amerika, Australia, China, Filipina, Kamboja, Taiwan, dan menyusul Korea serta Malaysia.

Furiyanti mengungkapkan, kunci keberhasilannya adalah fokus serta menerapkan time-management yang baik dalam kesehariannya.

“Kalau mau sukses bisnis apapun, modalnya adalah fokus," ujar Furiyanti. Selain itu di tengah kesibukannya, Furiyanti tak lupa meluangkan waktu untuk diri sendiri alias work-life balance. “Saat ini aku berusaha membagi waktu untuk keluarga dan teman-teman misalnya kalau sabtu nongkrong, minggu di rumah. Kalau sabtu di rumah, minggu nongkrong”, katanya.

#women for women