WHO Rilis 3 Skenario Perkembangan COVID-19 di Tahun 2022

Fimela Reporter diperbarui 08 Apr 2022, 15:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO merilis pembaruan Rencana Kesiapsiagaan, Kesiapan, dan Respons Strategis COVID-19. Melansir dari Liputan6.com pada Jumat, (01/04/2022), rilis WHO tersebut menyampaikan tiga kemungkinan skenario pandemi COVID-19 jika berkembang pada tahun 2022.

Pertama

Virus terus berevolusi dengan tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkan semakin berkurang seiring waktu.

“Berdasarkan apa yang kita ketahui sekarang, skenario yang paling mungkin adalah virus terus berevolusi, tetapi tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkannya berkurang seiring waktu karena kekebalan meningkat akibat vaksinasi dan infeksi,” kata Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Ia menambahkan, lonjakan berkala dalam kasus positif COVID-19 dan kematian dapat terjadi ketika kekebalan berkurang. Ini terutama dapat terjadi pada populasi rentan.

Kedua

Dalam skenario kasus terbaik, ada kemungkinan varian COVID-19 yang lebih ringan muncul, dan booster atau formulasi vaksin baru tidak diperlukan.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Skenario terburuk

Ilustrasi pandemi Corona | unsplash.com/@adamsky1973

WHO juga menyampaikan skenario terburuk yang mungkin terjadi di tahun 2022 ini, varian yang lebih mematikan dan sangat mudah menular muncul.

Terhadap ancaman baru ini, perlindungan orang terhadap penyakit parah dan kematian, baik dari vaksinasi atau infeksi sebelumnya, akan berkurang dengan cepat.

Mengatasi situasi ini akan membutuhkan perubahan signifikan terhadap vaksin saat ini dan memastikan vaksin tersebut sampai ke orang-orang yang paling rentan terhadap penyakit parah.

“Jadi bagaimana kita bergerak maju, dan mengakhiri fase akut pandemi tahun ini? Hal ini membutuhkan negara untuk berinvestasi dalam lima komponen inti,” ungkap Tedros.

3 dari 3 halaman

Lima komponen inti

Ilustrasi Covid-19 (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Tedris menyampaikan lima komponen inti yang diperlukan pada masa pandemi ini

  • Surveilans, laboratorium, dan intelijen kesehatan masyarakat.
  • Vaksinasi, kesehatan masyarakat dan tindakan sosial, dan keterlibatan masyarakat.
  • Perawatan klinis untuk COVID-19, dan sistem kesehatan yang tangguh.
  • Penelitian dan pengembangan, dan akses yang adil terhadap alat dan persediaan.
  • Koordinasi, sebagai transisi respons dari mode darurat ke manajemen penyakit pernapasan jangka panjang.

“Kita memiliki semua alat yang kita butuhkan untuk mengendalikan pandemi ini, kita dapat mencegah penularan dengan masker, menjaga jarak, kebersihan tangan, dan ventilasi.”

“Dan kita dapat menyelamatkan nyawa dengan memastikan setiap orang memiliki akses ke tes, perawatan, dan vaksin. Vaksinasi yang adil tetap menjadi satu-satunya alat paling ampuh yang kita miliki untuk menyelamatkan nyawa,” ujarnya.

 

*Penulis: Jeihan Lutfiah Zahrani Yusuf.