Fimela.com, Jakarta Ramadan 2022 akan berlangsung dengan suasana yang sedikit berbeda. Pelonggaran yang dilakukan pemerintah memungkinkan kita untuk menjalin silaturahmi dengan lebih dekat di Ramadan 2022.
Ibadah Ramadan bisa kembali semarak seperti masa-masa sebelum pandemi, dengan minim pembatasan sosial dan tetap memprioritaskan kesehatan. Selain itu, Ramadan yang identik dengan menu hidangan spesial cenderung membuat seseorang kalap jika tidak dikontrol.
Potensi peningkatan kolesterol akibat konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh dan gula berlebih tidak dapat terhindarkan. Kadar kolesterol tinggi bisa menimbulkan banyak penyakit seperti jantung koroner, stroke, hingga penyumbatan pembuluh darah.
Untuk mencegahnya, kita perlu mengadopsi pola hidup sehat dan mendukung pengelolaan kolesterol dengan pola makan yang baik, banyak bergerak, serta bisa dibantu juga dengan konsumsi senyawa alami yang bisa menurunkan kadar kolesterol buruk, seperti plant stanol, senyawa organik yang bisa didapatkan di sayur-mayur dan buah-buahan.
What's On Fimela
powered by
Jumlah penderita kolesterol tinggi
"Tanpa disadari, kita suka berbuka puasa dengan makanan yang mengandung kolesterol tinggi, seperti daging berlemak, jeroan, junk food, atau makanan tinggi lemak jenuh lainnya, seperti makanan/minuman bersantan, gorengan, sebagai reward setelah berpuasa selama belasan jam. Alhasil, kadar kolesterol jahat dalam tubuh pun meningkat,” tutur dr. Sheena R. Angelia, M.Gizi, SpGK, dokter spesialis gizi klinis di RS Siloam Kebon Jeruk.
Diduga kolesterol menjadi penyebab 3,9 juta kasus kematian di seluruh dunia yang setengahnya terjadi hanya di wilayah Asia. Sebuah riset di China menunjukkan terjadi peningkatan penderita kolesterol di negara-negara Asia, termasuk Indonesia akibat pola diet / makan masyarakat yang banyak mengonsumsi makanan olahan dengan kandungan lemak jenuh tinggi, seperti makanan atau camilan yang digoreng, atau banyak santan, seperti rendang daging, jeroan, atau gulai dengan kuah santan yang kental dan masih banyak lagi.
Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan 2018, menunjukan bahwa 6,3% penduduk berusia 15-34 tahun dilaporkan memiliki kolesterol tinggi. Jumlah tersebut diduga meningkat selama pandemi COVID-19, karena memicu kebiasaan “rebahan” dan kebiasaan lainnya yang mencirikan sedentary lifestyle di era yang serba instan ini.
Kolesterol tetap dibutuhkan tubuh
Kolesterol sendiri menjadi senyawa yang dibutuhkan oleh tubuh untuk memproduksi hormon, vitmain D dan komponan lain untuk mencerna makanan. Namun jika tidak seimbang akan membawa dampak buruk dan menimbulkan berbagai penyakit.
Selain menerapkan gaya hidup yang lebih sehat, kita dapat mengonsumsi plant stanol ester dalam jumlah memadai untuk membantu mengendalikan kadar kolesterol dalam tubuh. Untuk mendapatkan hasil efektif dalam menurunkan kolesterol, disarankan mengonsumsi 2-3 gram plant stanol setiap hari.
"Dengan struktur mirip kolesterol, plant stanol ester dapat membantu mengurangi penyerapan kolesterol dalam tubuh,” ungkap dr. Sheena lebih jauh.
Cara kerja plant stanol ester
Ada beberapa cara kerja plant stanol ester membantu menurunkan kadar kolesterol di tubuh,
1. Plant stanol ester akan berkompetisi dengan kolesterol pada saat proses penyerapan kolesterol, sehingga ketika kita mengonsumsi plant stanol ester, akan lebih sedikit kolesterol dari makanan yang diserap ke dalam sel usus.
2. Setelah penyerapan ke dalam sel usus, plant stanol ester juga membantu mengeluarkan kembali kolesterol ke rongga usus, sehingga dapat dibuang melalui feses (tinja), sedangkan yang masuk ke dalam pembuluh limfe akan dikirim ke organ hati.
3. Plant stanol ester juga meningkatkan kinerja media pembawa yang membantu pengeluaran kolesterol dari hati kembali ke usus. Hasil dari serangkaian proses ini membuat tubuh menyerap kolesterol dalam jumlah yang lebih sedikit. Proses inilah yang menyebabkan plant stanol ester dapat membantu kita mengelola kadar kolesterol.
Simak video berikut ini
#women for women