Menjadi Ibu Tunggal, Perjuangan Hidupnya Bisa Dua Kali Lipat Lebih Berat 

Endah Wijayanti diperbarui 29 Mar 2022, 09:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan selalu memiliki kisahnya sendiri. Caranya untuk berjuang tentu tak sama dengan yang lainnya. Perempuan berdaya dan hebat dengan caranya masing-masing. Tiap pengalaman dan kisah pun memiliki inspirasinya sendiri seperti tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba The Power of Women: Perempuan Berdaya dan Hebat adalah Kamu berikut ini.

***

Oleh: Rhey Kanakava

“A single mother has a backbone made of steel and a heart made of gold.” Memang benar apa yang quote ini katakan tentang perempuan berstatus ibu tunggal atau janda dengan anak. Perempuan ini yang menolak menyerah mengusahakan kehidupan layak untuk anak yang kehilangan sosok ayah, meskipun kehidupannya tidak ideal di mata masyarakat. Tidak punya suami, kehidupan yang sengsara, serba kekurangan, hingga stigma perempuan gatal menjadi momok menakutkan bagi perempuan untuk mengakui statusnya sebagai janda.

Aku pun pernah mengalaminya. Mengurung diri dan menghindari sosialisasi menjadi jalan terbaik ketika awal menyandang status baru. Rasanya mengakui diri menjadi janda adalah sesuatu yang mencoreng muka, dianggap gagal menjadi istri yang akhirnya dibuang tanpa harga diri. Tahapan kehidupan yang tidak mudah untuk dilalui tapi akhirnya bisa terlewati dengan perjuangan keras menyembuhkan diri.

Sekarang aku lebih banyak bertemu perempuan-perempuan tangguh seperti quote di atas. Dalam komunitas mereka yang janda juga sebagai ibu, terlebih sosok penyintas dari kehidupan rumah tangga yang pernah menerjang badai. Baik perceraian atau kematian memberikan pelajaran yang sangat berharga untuk memandang kehidupan kelak. Perjuangan mereka memang tidak bisa ditakar dengan seimbang, karena “sepatu” mereka pun tidak sama ukurannya.

Di balik tajamnya lidah manusia yang lebih cepat menghakimi sisi buruk seseorang tanpa menilik lebih jauh. Aku bisa memahami pilihan terakhir seorang ibu tunggal adalah bertahan hidup demi buah hatinya. Mereka giat bekerja, bahkan mau bekerja apa saja asalkan halal demi menyediakan sesuap nasi di meja makan yang mungkin bukan untuk satu atau dua kepala saja. Melainkan seisi rumah yang bisa jadi ada tiga generasi di dalamnya. Bukankah itu luar biasa?

 

2 dari 2 halaman

Berjuang dan Bertahan demi Keluarga Tercinta

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/pixs4u

Belum lama ini tersiar berita tentang selebritas yang disindir karena terlalu merayakan status jandanya. Padahal apa yang dilakukannya hanya sebatas pekerjaan yang memang harus dilakoni secara professional. Meskipun dia menjual kemolekan tubuhnya tidaklah benar jika disangkutpautkan dengan status jandanya. Mau jadi genit, penggoda, bahakan tampak murahan bukan karena dia seorang janda.

Bertahun-tahun sudah aku melewati masa janda dengan baik-baik saja. Meskipun stigma tetap ada, aku memilih tidak peduli selama aku melakukan hal yang baik dan tidak melanggar norma. Aku bertumbuh menjadi perempuan yang lebih tangguh dan mengedukasi perempuan lainnya untuk lebih mencintai dirinya sendiri.

Bangkit dari rasa tidak percaya diri karena status janda beralih menjadi perempuan yang bangga sebagai janda berdaya. Sebegitu sulitkah untuk menilai perempuan bukan dari statusnya tapi dari apa yang ada dalam dirinya? Perempuan dengan status apa pun, menjadi istri berjuang lebih sabar dan kompromi dengan kepala keluarga. Sedangkan menjadi ibu tunggal berjuang dua kali lipat untuk tetap bisa memberikan kehidupan layak untuk keluarganya.

Harapanku nanti perempuan dengan segala perjuangannya bisa menepiskan perempuan dengan stigma negatif yang berkembang dalam masyarakat. Andai mereka tahu, perempuan adalah sosok yang berperan besar dalam mencetak generasi dari suatu bangsa.  

#WomenforWomen