Ilmuwan Mulai Kembangkan Vaksin Menular, Bagaimana Cara Kerjanya?

Vinsensia Dianawanti diperbarui 28 Mar 2022, 21:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Para ilmuwan di dunia sedang mengembangkan vaksin menular untuk mendorong kekebalan imun kelompok. Vaksin ini dikembangkan sehingga dapat menyebar dengan sendirinya di sesuatu populasi lebih cepat dari penyebaran suatu penyakit.

Seperti namanya, ide ini menjadi pengembangan jenis vaksin baru yang akan menyebar melalui kontak fisik setelah diberikan kepada subjek. Virus ini dapat terus mereproduksi dan menyebar hingga akhirnnya memberikan komunitas kekebalan lebih cepat daripada penyakit itu sendiri.

Vaksin yang mengandung yang mengandung versi virus yang lebih lemah dapat sedikit lebih menular, seperti vaksin polio oral yang bekerja dengan memiliki virus polio yang lemah. Ia mereplikasi dirinya di usus anak, sebelum menular ke anak-anak lain ketika kontak fisik.

"Daerah dengan sanitasi yang tidak memadai, virus vaksin yang dikeluarkan dapat menyebar di komunitas terdekat, dan ini dapat menawarkan perlindungan kepada anak-anak lain melalui imunisasi pasif, sebelum akhirnya mati," ungkap Organisasi Kesehatan Dunia WHO dalam situsnya.

 

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Pengembangan vaksin menular

Sejumlah ilmuwan memperingati di Afrika Selatan muncul virus Corona dengan mutasi luar biasa yang kebal terhadap imunitas dan vaksin. (Ilustrasi/Pexels/Artem Podrez)

Sejumlah ilmuwan menyebut vaksin menular ini dapat digunakan dalam kerajaan hewan yang membuat hewan biasanya membawa penyakit zoonosis, seperti kelelawar. Sehingga bisa menjadi cara untuk melawan penyakit sebelum dapat menginfeksi manusia.

Menurut tim peneliti dari University of Idaho dan University of Western Australia pendekatan saat ini mengelola penyakit menular yang muncul sebagian besar bersifat besar bersifat reaktif, menyebabkan jeda waktu yang mematikan dan mahal antara kemunculan dan pengendalian.

Tim peneliti menggunakan model matematika dan data dari studi eksperimental dan lapangan yang diterbitkan sebelumnya untuk mengevaluasi ruang lingkup pendekatan yang lebih proaktif, berdasarkan vaksin menular yang menghilangkan patogen dari populari hewan liar sebelum limpahan dapat terjadi.

"Model kami difokuskan pada vaksin menular yang dirancang menggunakan vektor virus herpes dan menunjukkan bahwa vaksin ini - saat ini sedang dikembangkan untuk beberapa patogen manusia yang penting - mungkin memiliki potensi untuk dengan cepat mengendalikan patogen zoonosis di dalam inang reservoir," kata tim itu.

 

3 dari 4 halaman

Kekhawatiran adanya vaksin menular

Sejumlah ahli lain memperingatkan soal kekebalan vaksin dan masalah vaksin yang menyerang balik manusia. Di mana ada kemungkinan virus yang berkembang saat berpindah organisme tidak sesuai dengan virus yang dirancang untuk melawan penyakit dan menjadi kehilangan manfaatnya. Serta kekhawatiran adanya vaksin yang akhirnya justru menjadi berbahaya dibandingkan melindunginya.

Upaya untuk mengembangkan vaksin menular ini akan difokuskan pada kerajaan hewan, khususnya memberi kekebalan kawanan di antara kelompok pembawa penyakit zoonosis.

 

4 dari 4 halaman

Sasaran virus menular

Model yang dikembangkan oleh para ilmuwan dari University of Idaho dan University of Western Australia menunjukkan bahwa tingkat penularan virus Lassa pada tikus dapat dikurangi sebesar 95 persen dalam waktu tiga tahun, jika teknik ini berhasil.

Saat ini, selain virus Lassa, tim lain di seluruh dunia juga sedang mengerjakan vaksin menular lainnya untuk penyakit zoonosis, termasuk Ebola dan tuberkolosis sapi.

Dan sementara itu semua masih sangat eksperimental sekarang, perkembangan ini bisa sangat berarti bahwa kita mungkin jauh lebih siap untuk menghadapi virus merajalela lain setiap kali berguling-guling di masa depan - atau bahkan mungkin tidak sama sekali jika vaksin ini akhirnya terbukti super efisien.