Saat Berada di Situasi Sulit, Berdamai dengan Keadaan Memudahkan Banyak Hal

Endah Wijayanti diperbarui 28 Mar 2022, 07:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan selalu memiliki kisahnya sendiri. Caranya untuk berjuang tentu tak sama dengan yang lainnya. Perempuan berdaya dan hebat dengan caranya masing-masing. Tiap pengalaman dan kisah pun memiliki inspirasinya sendiri seperti tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba The Power of Women: Perempuan Berdaya dan Hebat adalah Kamu berikut ini.

***

Oleh: Putri Martya Candra Pratiwi

Perempuan seringkali dibedakan dari laki-laki dalam berbagai hal. Tak jarang perempuan dipandang lebih lemah, perlu perlindungan. Tapi herannya tak jarang juga laki-laki, yang seringkali dianggap bisa melindungi, yang menjadikan isu-isu seksisme sebagai candaan. Seringkali menghancurkan mental perempuan. Apakah lantas perempuan harus diam? Diam pun terkadang masih salah. Berbicara juga ada kalanya tak di dengar. Bukankah tak mudah menjadi perempuan? 

Tapi manusia sewajarnya punya kemampuan untuk bertahan, begitu juga perempuan. Berbagai keadaan yang menghimpit kadang menjadikan perempuan bahkan lebih kuat dari yang terlihat.

 

 

2 dari 4 halaman

Menjadi Guruh di Daerah Pelosok

Ilustrasi./(Photo by bruce mars on Unsplash)

Seperti aku, tak pernah membayangkan sebelumnya di zaman yang serba modern ini aku harus dinas di tempat yang jauh dari segala kemudahan era 4.0. Seringkali mendengar perkataan “enak ya jadi guru, siswa libur gurunya libur juga. Kerja kantoran mana bisa libur.”

Atau di awal-awal pandemi covid-19, “Enak ya jadi guru, di rumah saja dapat gaji.” Pernahkh berpikir bagaimana jika suatu saat guru yang dibilang enak itu harus dinas di desa yang tak bisa dijangkau dari jalan darat, harus naik perahu yang tak sebentar, tidak ada listrik dan jaringan internet? Seperti itulah kondisi desa tempat aku mengajar sekarang.

Aku pun awalnya sempat terdiam saat pertama melihat tempat dinas yang baru. Berpikir, how I survive this life? Jujur, hatiku sempat goyah. Lalu kembali pada pemikiran “Tuhan menunjukkan jalan ini.” Pasti bisa.

Masih jelas ingatanku, hari pertama di rumah dinas sore itu aku menangis. Banyak kata yang diucapkan suamiku sama sekali tak bisa menjadi penghiburan. Aku duduk di pintu belakang, menangis menghadap sungai. Keesokan harinya, melihat siswa di sekolah rasanya aku semakin sedih. Bukan karena sebab kesedihan yang sama. 

Di sini tugasku adalah menjadi guru mata pelajaran di SMP. Pada awalnya aku kira keadaan di sekolah tidak separah ini. Guru di SMP hanya 3 orang termasuk aku dan kepala sekolah, dan semuanya perempuan.

Bisakah kami? How could we? Dengan sepuluh mata pelajaran hanya ada kami, yang artinya sebelum aku datang hanya ada dua orang guru. Sedangkan di kota, guru-guru PNS bahkan pusing mencari sekolah untuk memenuhi jam mengajar per minggu. Belum lagi jumlah guru honorer di sekolah, tak kalah banyak. Betapa timpangnya keadaaan. Di sinilah kali pertama aku berpikir, hatiku tidak seharusnya goyah. Di kota sudah banyak guru dan aku akan lebih bisa memberikan manfaat di sini. 

3 dari 4 halaman

Awalnya Terasa Sulit

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/d8nn

Bulan-bulan pertama tetap terasa sulit, biar bagaimanapun aku terbiasa di kota. Tapi mengeluh pada keadaan tak akan mengubah apa pun, cukup menyesuaikan diri dengan keadaan saja. Karena guru mata pelajaran tidak lengkap, kami guru yang ada yang harus belajar mengajar untuk mata pelajaran yang bahkan bukan keahlian kami.

Mau atau tidak aku harus belajar. Aku tak punya pilihan lain. Satu-satunya jalan yang bisa ditempuh adalah berusaha memberikan yang terbaik untuk siswa. Biar bagaimanapun, mereka tetap anak Indonesia yang berhak mendapatkan pendidikan dasar. 

Dari semua keterbatasan di tempat inilah aku belajar lebih banyak bersyukur. Tidak ada listrik adalah sesuatu yang lumayan menyulitkan, bagaimana tidak, berbagai macam pekerjaan seharusnya bisa terselesaikan dengan alat-alat elektronik. Tapi di sinilah aku kembali belajar bahwa, kita harus punya kemampuan bertahan hidup yang paling dasar.

Tak ada rice cooker aku bisa masak nasi secara manual, tak ada mesin cuci aku bisa mencuci baju pakai tangan, di sungai pula. Ada bonus yang kudapatkan, menikmati senja di atas air. Tak ada jaringan internet tak pernah mudah. Tapi terkadang bisa menenangkan hati sesaat. Tak ada tempat hiburan, tapi mendapat tetangga yang ramah dan perduli. Tak ada pasar tapi tak pernah kekurangan lauk. Tak ada listrik tapi masih ada PLTS. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan? 

4 dari 4 halaman

Mengupayakan yang Terbaik

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/mangpor2004

Di setiap kesulitan selalu disertai kemudahan. Aku di sini ditugaskan sebagai guru, tidak boleh lupa kewajibanku.

Berdamai dengan keadaan akan mempermudah berbagai langkah. Tak boleh aku saja yang berubah menyesuaikan keadaan di sini, keadaan di sini juga seharusnya berubah lebih baik setelah ada aku.

Rezeki tak pernah datang di waktu yang salah, sekolah kami mendapat bantuan wifi Bakti Aksi dari kominfo, bisa menggunakan jaringan internet memanfaatkan PLTS. Kami mulai menyusun beberapa program sekolah.

Mengajari anak-anak belajar TIK, melaksanakan senam pagi dengan speaker dan lagu pilihan anak-anak, menunjukkan video-video untuk membantu anak-anak belajar. Berusaha menjadikan sekolah tempat belajar yang lebih baik. Ketika pertama datang, sekolah kami tidak terakreditasi, tahun kemarin sudah terakreditasi. Tak ada kebaikan yang tak berbalas kebaikan pula. Tuhan tak pernah salah.

Perempuan bisa bertahan bahkan dalam segala keterbatasan. Sekarang sudah tiga tahun mengabdi ditempat ini. Meski harus pulang pergi di akhir pekan semua rasanya tak salah. Tapi apakah menyesal? Menyesal atau tidak tentang suatu keputusan, semuanya setimpal.

Setiap perempuan yang bertahan melewati setiap linimasa dalam hidupnya adalah perempuan-perempuan hebat. Dari anak gadis ayah ibu yang mengejar mimpi-mimpi, menjadi wanita pendamping suami, berjuang menjadi ibu memberikan yang terbaik untuk buah hati, lalu menjadi sosok baru yang bisa menempatkan diri dalam kehidupan yang baik. Semua masa tidak mudah, tapi menyerah bukan pilihan. Jadi bagaimana bisa perempuan dikatakan tidak hebat? 

#WomenforWomen