Bebaskan Diri Memilih Jalan Hidup, sebab Kebahagiaanmu Milikmu Seutuhnya

Endah Wijayanti diperbarui 25 Mar 2022, 13:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan selalu memiliki kisahnya sendiri. Caranya untuk berjuang tentu tak sama dengan yang lainnya. Perempuan berdaya dan hebat dengan caranya masing-masing. Tiap pengalaman dan kisah pun memiliki inspirasinya sendiri seperti tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba The Power of Women: Perempuan Berdaya dan Hebat adalah Kamu berikut ini.

***

Oleh: Amanda Chrysilla Annisa

Aku berharap, kita sebagai perempuan tidak lagi disuruh memilih antara menikah, lanjut pendidikan, atau berkarier. Karena kita hanya butuh dibiarkan memilih apa saja yang ingin kita lakukan dalam hidup ini. Kitalah yang menjalani hidup kita sendiri, bukan dia, bukan tetangga kita, apalagi orang-orang yang tak sengaja kita temui di jalanan sana.

Aku tidak ingin ditanya kapan menikah di saat umurku sudah melewati 30 tahun. Atau kenapa tidak berkarier di kantor ketika bekerja sebagai seorang freelancer. Wanita-wanita pada masa kini bekerja keras untuk menghidupi diri mereka sendiri.

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Perempuan dan Pilihan-Pilihan

ilustrasi./Photo by Oleg Magni on Pexels

Sebagian dari mereka memilih untuk tetap melajang, tidak pacaran, terus-menerus menghabiskan waktu dengan bekerja, belajar dan beribadah. Bukan berarti semua itu terjadi karena mereka membenci laki-laki. Mereka hanya telah memilih hal-hal apa saja yang menjadi prioritas hidup mereka.

Ketika kami memilih melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, entah itu jenjang magister atau doktoral, kami melakukannya murni karena perasaan bersemangat untuk menambah ilmu dan pengalaman baru.

Aku berharga, kamu berharga, apa pun yang terjadi. Aku dan kamu hidup untuk kehidupan itu sendiri. Aku menuliskan sebagian kisahku di atas kertas, bukan di atas air, supaya apa yang kulakukan selama ini tidak sia-sia belaka. Aku ingin mengenang kembali kisah perjuangan hidupku suatu hari nanti dan tersenyum karenanya.

Jadi, aku akan terus menulis. Entah itu kisah-kisahku, atau kisah-kisah darimu, atau kisah-kisah rekaan yang mampu menggugah hati siapa pun yang membacanya. Meskipun kata orang-orang menulis itu tidak bisa membuatmu kaya, kecuali karyamu best seller dan difilmkan tentu saja. Tidak apa-apa, karena aku hidup bukan berdasarkan pengukuran orang lain.

3 dari 3 halaman

Membebaskan Diri dari Penilaian Orang Lain

ilustrasi./Photo by Long Truong on Unsplash

Membebaskan diri dari pengukuran orang lain merupakan yang terbaik, agar kita dapat melindungi hati dan perasaan kita yang rapuh. Terkadang, karena adanya pengukuran dari orang lain, kita sendiri pun jadi ikut-ikutan mengukur diri kita. Bertanya-tanya apakah diri kita sudah cukup. Cukup apa dulu? Cukup baikkah? Cukup cantikkah? Cukupkah secara finansial? Sungguh tak ada habisnya perkara pengukuran ini.

Belum lagi kita sebagai perempuan juga mengalami pengukuran dalam masalah usia. Ada usia-usia tertentu yang pantas untuk menikah dan ada usia-usia tertentu yang membuat kita tak memiliki banyak pilihan lagi. Kata mereka dengan kejam, “Seharusnya terima saja laki-laki yang masih mau dengan perempuan tua sepertimu!”

Tidak, bukan seperti itu seharusnya. Jangan takut. Beranikan dirimu. Tak peduli berapa pun usia kita, kita tetap pantas memilih pasangan yang tepat untuk kita. Tak melulu perlu ada pangeran tampan supaya dirimu tervalidasi sebagai seseorang yang ‘bernilai’ di mata orang lain. Masih sendiri atau sudah berdua, kita itu berharga. Dan nyatanya, kita memang berharga.

#WomenforWomen