Jangan Sampai Terucap, Berikut 6 Kata yang Membuat Anak Sakit hati

Fimela Reporter diperbarui 24 Agu 2024, 12:55 WIB

Fimela.com, Jakarta Orangtua merupakan panutan bagi anaknya. Mereka yang membesarkan anak sedari lahir dan menjadi orang pertama yang mengajarkan tentang dunia. Pembelajaran yang pertama kali anak dapatkan ketika mereka lahir ialah dari orangtua.

Begitupun dengan semangat dan energi positif yang mereka rasakan. Anak selalu berada di sisi orangtua, maka dari itu semua perkataan dan perlakuan orang tua terhadap anak termasuk pada saat mereka dalam masa pertumbuhan. 

Jangan sampai, orangtua yang seharusnya menjadi panutan serta sumber semangat bagi anak berbalik mematahkan semangat sang buah hati. Beberapa perkataan mungkin membuat anak yang tadinya sedang eksplorasi banyak hal, menjadi patah semangat atau bahkan malas untuk mempelajari sesuatu karena mendengar banyak perkataan kurang menyenangkan hati mereka.

Berikut beberapa kalimat yang tak boleh sampai terucap pada anak;

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

1. “Hal itu bukan suatu masalah yang besar.”

(unsplash/zhenzhongliu)

Perkataan tersebut tanpa kita sadari mungkin bukan hal yang besar, namun kita tak tahu dan tak merasakan apa yang dialami oleh anak.

"Bahkan jika sesuatu bukan masalah besar bagi kamu, itu bisa menjadi masalah besar bagi anak. Komentar ini tidak pernah membantu siapa pun (anak-anak atau orang dewasa) benar-benar merasa lebih baik atau tenang,” jelas Rebecca Schrag Hershberg, PhD, direktur pelatihan anak usia dini di Ramapo untuk Anak-anak dan Pendiri Little House Calls, dikutip dari redbookmag.com.

2. “Kamu anak yang pemalas!” 

Terkadang, tiap anak memiliki titik terendahnya sendiri yang tidak kita ketahui. Untuk itu, tidak seharusnya kita sebagai orangtua memberikan cap sebagai anak pemalas kepada anak kita sendiri.

"Anak-anak tidak malas. Seringkali, ada alasan yang mendasari mengapa mereka tidak dapat memenuhi apa orang dewasa minta. Orangtua menyerang harga diri anak dengan pernyataan ini," kata Stacy Haynes, seorang psikolog anak.

3. “Apa harus diberitahu hingga seribu kali hingga mengerti?”

Dalam mendidik anak pastinya tak selalu berjalan mulus, pasti ada beberapa hal yang tak mereka mengerti sehingga perlu mengajarkannya berulang kali. Mungkin orangtua bisa mengganti hal tersebut dengan mengubah penyampaian pembelajaran pada mereka. 

Ubahlah cara berkomunikasi kita jika tak berhasil menyampaikan suatu hal yang biasa disampaikan.

3 dari 3 halaman

4. “Lakukan yang Saya bilang! Jangan membantah”

(unsplash/tim gouw)

Dalam mengajarkan anak, orangtua harus memberi penjelasan terkait apa yang harus dan tidak boleh mereka lakukan. Anak-anak cenderung akan mengerti sesuatu yang anda perintahkan jika terdapat alasan di baliknya

5. “Kalau tidak suka aturan di rumah, silakan keluar!” 

Mengancam untuk mengusir anak dari rumah adalah ide yang buruk. Perkataan ini kebanyakan merupakan omong kosong yang dilontarkan oleh orangtua kepada anak ketika merasa emosi. Mengatakan hal ini hanya memberikan perasaan tak tenang pada anak dan merasa terkekang. 

6. "Aku Kecewa Padamu"

Kata-kata ini sering diucapkan kepada anak-anak disaat mereka melakukan sebuah kesalahan. Mencoba membuat mereka bertanggung jawab atas kekecewaan orangtua hanya menambah rasa sakit yang dalam untuk mereka.

*Reporter: Jeihan Lutfiah Zahrani Yusuf

#Women For Women