Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, susu memang baik untuk tumbuh kembang optimal anak namun saat memberikannya harus hati-hati sebab ada beberapa anak yang justru intolerasi laktosa atau alergi susu.
Bukannya mendapatan manfaat dari susu, dr. Adam Prabata, dokter umum menjelaskan dua kondisi tersebut membuat tubuh si kecil tidak bisa mendapatkan nutrisi penting yang dimiliki susu dan produk olahannya seperti kalsium, vitamin A, B12, dan vitamin D. Nutrisi.
“Protein pada susu dan produk olahan susupun merupakan sumber nutrisi yang esensial bagi pertumbuhan anak,” jelas dr. Adam.
Lalu penasaran mengapa intoleransi laktosa bisa terjadi dan bagaimana penanganannya? dr. Adam menjelaskan, tubuh menggunakan enzim alami yang disebut laktase untuk mengubah laktosa pada produk susu dan olahannya, menjadi glukosa dan galaktosa agar kemudian bisa diserap dan digunakan sebagai sumber energi.
Pada penderita intoleransi laktosa, tubuh tidak menghasilkan enzim laktase dalam jumlah yang cukup. Akibatnya, laktosa yang tidak tercerna, masuk ke usus besar dan terfermentasi oleh bakteri. Kondisi ini menimbulkan keluhan seperti perut kembung, kram perut, mual, diare dan sering buang angin.
Sementara alergi susu terjadi akibat reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap protein yang terdapat pada susu. “Bukan hanya gangguan saluran pencernaan, alergi susu juga dapat menimbulkan reaksi atau gejala lainnya, seperti ruam kemerahan yang terasa gatal dan sesak napas,” kata dr Adam.
Maka orangtua harus lebih berhati-hati jika saat anak mengonsumsi susu, namun ada gejala seperti yang dijelaskan dr. Adam tersebut.
Menurut National Institute of Diabetes dan Digestive and Kidney Disease (2014), gejala intoleransi laktosa yang terus berulang, akan berdampak terhadap pertumbuhan anak, bahkan bisa menyebabkan gizi kurang.
Penanganan anak intolerasi laktosa atau alergi susu
Salah satu cara untuk memastikan apakah anak mengalami kesulitan mencerna laktosa adalah dengan mengeliminasi semua produk susu selama dua minggu dan kemudian melihat apakah gejalanya membaik.
Setelah dua minggu, perlahan-lahan perkenalkan kembali produk dalam jumlah kecil setiap harinya untuk melihat apakah gejalanya kembali.
Dokter anak juga dapat menguji intoleransi laktosa dengan tes napas hidrogen. “Jika anak memiliki intoleransi laktosa, mereka masih bisa mengonsumsi produk bebas laktosa termasuk susu bebas laktosa, keju, dan yogurt,” papar dr. Adam.
Selain itu, dr. Adam menyampikan jika anak bisa mendapatkan kalsium dari sayuran berwarna hijau seperti bayam, brokoli dan kangkung, kacang-kacangan (almond), dan ikan (sarden, salmon). Hanya saja, orangtua perlu memastikan jumlah asupan kalsium dan vitamin D mereka, sesuai dengan yang direkomendasikan untuk dikonsumi anak setiap harinya.
Kebutuhannya disesuaikan dengan usia anak, yaitu usia 0-6 bulan membutuhkan 200 mg kalsium dan 400 IU vitamin D; usia 7-12 bulan membutuhkan 260 mg kalsium dan 400 IU vitamin D; usia 1-3 tahun membutuhkan 700 mg kalsium dan 600 IU vitamin D; usia 4-8 tahun membutuhkan 1000 mg kalsium dan 600 IU vitamin D.
Susu UHT bebas laktosa
Namun tak perlu khawatir, sebab kini sudah banyak susu yang menawarkan bebas laktosa hingga aman diberikan kepada si kecil. Misalnya susu UHT terbaru dari Cimory Fresh Milk yang terbuat dari susu segar dengan bahan-bahan terbaik.
Farell Sutantio selaku Presiden Direktur Cimory mengatakan susu ini diproses menggunakan standar proses yang canggih, yang mengandung 100% kebaikan susu sapi namun bebas laktosa, segar, creamy dan manis alami.
“Susu UHT Cimory Bebas Laktosa, hadir sebagai solusi untuk mendukung kecukupan gizi anak yang tidak toleran laktosa,” ujar Farell.
Marketing Manager Cimory, Lidwina Tandy, juga menyampaikan susu UHT Cimory Bebas Laktosa diproduksi dengan penambahan enzim laktase agar kemudian mudah diresap oleh tubuh menjadi sumber energi, sehingga mereka yang tidak toleran laktosa, bisa tetap memenuhi kebutuhan nutrisi yang terdapat pada susu dengan aman dan nyaman
“95% orang Asia menderita intoleransi laktosa dan Indonesia tercatat sebagai salah satu negara dengan tingkat intoleransi laktosa tertinggi. Hal ini menandakan tingginya kebutuhan produk susu bebas laktosa.,” tutup Lidwina.
#women for women