Fimela.com, Jakarta Di era saat ini, kompetisi antar pembisnis justru menjadi suatu peluang bisnis yang baru dengan melakukan kolaborasi atau yang disebut dengan co-branding.
Strategi ini mampu mendorong bisnis untuk menghasilkan ide yang segar serta unik, memperluas jangkauan pasar, hingga meningkatkan brand awareness di matamasyarakat. Hingga mampu melebarkan sayap bagi bisnis tersebut.
Namun begitu, diperlukan perencanaan yang matang dan komprehensif mencakup berbagai aspek bisnis agar tujuan dari co-branding dapat tercapai dengan efektif. Strategi kolaborasi pun dilakukan oleh Sylvia, Co-Founder dari Kopi Soe, serta Nikita Wiradiputri, CEO & Co-Founder of Dear Me Beauty.
Dear Me Beauty dan Kopi Soe merupakan dua brand favorit yang dikenal dengan inovasi serta kolaborasi produknya yang kerap menarik perhatian masyarakat. Bergerak di industri kecantikan, Dear Me Beauty bahkan pernah mengeluarkan produk makeup dan skincare unik bersama pemain dari industri lain, mulaidari brand fried chicken populer, penyedap rasa, hingga permen.
Di sisi lain, Kopi Soe yang notabene dari kategori F&B pun selalu hadir dengan produk kolaborasi yang segar dan tidak kalah unik, sepertikolaborasi dengan produk pakaian, snack, serta produk minuman lain.
Lalu bagaimana kedua brand tersebut sukses menjalanin kolaborasi? Berikut ulasannya.
What's On Fimela
powered by
1. Paham dengan tujuan kolaborasi
Hal pertama yang wajib untuk diperhatian ialah memahai brand purpose atau tahu tujuan berkolaborasi. Hal sangat penting karena jika memahami tujuan kolaborasi yang akan dibangun, maka kita tahu mana brand yang akan kita ajak kerjasama.
Dari tujuan tersebut pun kita akan tahu kolaborasi akan dibawa kemana. Misalnya saja untuk mendapatkan engagemet, cuan, atau melebarkan sayap untuk mendapatkan konsumen yang baru.
"Misalnya saja Kopi Soe ini penikmatnya kebanyakan perempuan, tapi kami ingin mendapatkan konsumen dari Gen Z. Maka kami berkolaborasi dengan brand yang digandrungi Gen Z seperti kolaborasi terbaru kami dengan brand jeans Jiniso," ujar Sylvia, Co-Founder dari Kopi Soe dalam acara ‘Kolaborasi HasilkanKreasi’, ShopeePay.
2. Melakukan riset
Jika sudah tahu brand yang akan kita ajak kerjasama, Sylvia menyarankan untuk mengidentifikasi calon mitra kolaborasi yang memiliki nilai dan tujuan serupa. Nilai dan tujuan yang serupa bisa menjadilandasan hubungan kolaborasi yang kuat.
Dengan begitu, kedua brand dapat menyamakan ekspektasi antara satu sama lain serta bersama-sama fokus untuk memberikan pengalaman terbaik kepada konsumen sesuai dengan nilai-nilai yang mereka junjung.
Dalam menghimpun informasi tersebut, tentunya melakukan riset dan observasi yang komprehensif menyangkut tren, demografis konsumen, hingga nilai dan karakter yang dibawakan oleh calon partner. Hal tersebut dapat menjalankankolaborasi yang apik namun tetap fleksibel dari segi proses kreatif.
"Paling tidak lihat repurasi brand tersebut baik atau tidak. Pelajari brandnya, bagaimana pertumbuhan bisnisnya, lalu mulai mem-follow media sosialnya, siapa peminatnya, jadi saat approach sama-sama sudah kenal dengan bradn hingga nanti ada brainstroming atau ide yang baru dan komunikasi nantinya akan lebih nyambung," ujarnya.
3. Berani mencoba
Nikita Wiradiputri, CEO & Co-Founder Dear Me Beauty mengatakan berani mencoba untuk sesuatu yang baru atau brand tersebut sangat berbeda dengan brand kita. Namun, di situ akan muncul keunikan yang membuat konsumen justru lebih penasaran.
Jadi jangan takut, buatlah proposalnya terlebih dahalu. Lalu jelaskan bagaimana tujuan kolaborasi dibuat. "Seperti saat brand kami ingin berkolaborasi dengan brand ayam goreng. Visi misi sanga berbeda, namun ada keunikan dalam kolaborasi itu. Awalnya deg-degan semua jelasin on papet tapi tim kami semua percaya diri, punya pikirin positif, dan yakin dengan kolaborasi ini," paparnya.
4. Kreasi dari konsumen dan untuk konsumen
Ide yang unik serta terobosan baru yang segar memang bisa menjadi tiket keberhasilan strategi co-branding. Namun, perlu diingat, konsumen merupakan poros utama dalam proses formulasi strategi hingga lahirnya produk kolaborasi yang kreatif. Dengan kata lain, output kolaborasi harus menjawab kebutuhan, ketertarikan, atau permasalahan yang berkaitan dengan konsumen.
Nikita Wiradiputri, CEO & Co-Founder Dear Me Beauty mengatakan, Dear Me Beauty sebagai people power brand selalu berusaha untuk mendobrak batas industri kecantikan dengan menyuguhkan kombinasi produk berkualitas serta pengalaman yang tak terlupakan bagi konsumen.
Untuk mencapai hal tersebut, berupaya untuk melibatkan konsumen dalam tiap proses kreasi produk kolaborasi agar sesuai dengan kebutuhan dan preferensi konsumen.
"Kami memahami bahwa strategi ini bukan semata-mata untuk kebutuhan bisnis, tapi bagaimana kolaborasi bisa membawa hal baru dan di saat yang bersamaan juga menjawab kebutuhan konsumen," ujarnya.
5. Tetap konsisten dengan karakteristik brand
Strategi co-branding cukup menjadi tantangan bagi brand dalam mempertahankan jati dirinya di tengah usaha mempersatukan ide dan pendapat dengan brand yang berbeda.
Salah satu cara yang dapat diterapkan oleh brand untuk menyiasati hal tersebut adalah dengan mengenali kelebihan serta ciri khas sehingga mampu menyusun strategi komunikasi yang tepat dan beriringan dengan objektif kolaborasi.
Stephanie Regina, Brand Enthusiast dan Founder & CEO Haloka Group mengatakan, Co-branding secara langsung atau tidak akan mengekspos brand pada jangkauan konsumen yang makin luas.
Terkait hal tersebut, tentu brand ingin membuat impresi yang tepat, terukur, dan konsisten. Maka dari itu, citra serta karakteristik yang khasmerupakan pondasi yang harus dipegang teguh oleh brand ketika melangsungkan strategi ini.
"Brand perlu melakukan perencanaan yang matang, bahkan sebelum menjalankan kolaborasi. Dengan mengelaborasikan kebutuhan dan objektif dari kolaborasi, brand dapat memilih mitra kolaborasi yang akan melengkapi kekurangan sekaligus menonjolkan daya pikat dari masing-masing brand sehingga menghasilkan co-branding yang harmonis," kata Stephanie.
#women for women