Fimela.com, Jakarta Setiap bisnis pasti akan menemui masa berjaya dan masa terpuruk. Hal ini juga berlaku bagi perusahaan yang sudah lama berdiri jika tidak mampu menyesuaikan diri dan mengikuti perkembangan jaman. Yang terburuk, bisnis tersebut terancam gulung tikar apalagi di masa pandemi yang menggilas hampir seluruh lini bisnis.
Hal serupa juga sempat terjadi pada brand aksesori Naughty. Jika mendengar nama Naughty, kamu pasti akan mengingat sebuah toko aksesori yang kerap ada di sejumlah mall. Naugthy berhasil menjadi merek aksesori lokal yang digandrungi oleh masyarakat karena variasi produk dan harganya yang terjangkau.
Naughty Accessories sendiri dimulai sejak 2006 dan didirikan oleh Vivianty Tolgay di Batam. Bermula dari usaha kecil-kecilan yang dikelola bersama keluarga, Naughty Accessories tumbuh menjadi ritel aksesori yang sukses di Batam. Sukses di Batam, Vivi mencoba peruntungan membawa Naughty Accessories ke Sumatera dan Kalimatan, hingga akhirnya ke Ibukota Jakarta.
Rutin hadir di berbagai pameran, Naughty Accessories semakin banyak mendapatkan pengunjung hingga akhirnya membuka beberapa toko di Jakarta. Toko-toko ini akhirnya byka di sejumlah mall di Indonesia dan menjadi semakin terkenal.
What's On Fimela
powered by
Tidak terlambat beralih ke dunia digital
Sebagai pebisnis, Vivi melihat peluang bisnis dari berkembangnya dunia digital. Akhirnya, Vivi mengikuti program Alibab Netpreneur Training di 2019, tepat sebelum COVID-19 menghantam bisnis di Indonesia. Lewat program ini, Vivi mempelajari lebih mendalam soal ekosistem digital yang menjadi lembaran baru bagi Naughty Accessories untuk menjajaki dunia digital.
“Bahkan sebelum pandemi terjadi, saya telah menyadari pentingnya mengeksplorasi peluang digital untuk bisnis saya,” ujarnya.
Meski sudah memiliki bekal yang cukup, tidak membuat Naughty Accessories terhindar dari dampak COVID-19. Pada awal 2020, Vivi juga sedang mengembangkan lini bisnis lain yang fokus pada tas dan aksesori bernama Les Femmes.
Dengan adanya kebijakan PSBB, Vivi harus menutup sebagian gerai offline Les Femme dan Naughty Accessories. Namun ini tidak menjadi akhir dari perjalanan bisnis yang dimiliki Vivi. Ia pun beralih ke dunia digital dengan memanfaatkan e-commerce sebagai sarana penjualan.
Menyadari setiap peluang
Seiring dengan peralihan kanal penjualan ke digital, Vivi menyadari adanya kebutuhan konsumen akan pengalaman belanja yang interaktif semakin meningkat.
"Awalnya saya terinspirasi untuk mencoba livestreaming karena pernah mengikuti program Alibaba Netpreneur Training. Saat itu, saya menyadari bahwa livestreaming telah menjadi bagian penting dari sektor penjualan online Tiongkok," tutur Vivi dalam buku Titik Mulai Perempuan Indonesia Bangkit Pasca COVID.
Penggunaan fitur ini tidak terlepas dari perencanaan yang matang. Kuncinya berada pada pemilihan Key Opinion Leaders yang tepat. Bukan tentang jumlah followers yang banyak, melainkan kemampuan KOL dalam mempromosikan fitur dan kelebihan produk.
Pentingnya kolaborasi
Bagi Viviyanti, penting bagi seorang pengusaha ritel untuk mengenal betul kelebihan dan kekurangan diri dan bisnisnya, serta berkolaborasi untuk mengatasi tantangan.
“Kita perlu tahu pada aspek apa dan kapan lebih efisien dan strategis untuk menggunakan sumber daya sendiri, atau bermitra dengan pihak lain. Tidak semuanya harus dilakukan sendiri, terlebih di masa pandemi” ujar lulusan Teknik Sipil Universitas Maranatha ini.
Hasilnya, penjualan online mampu menyamai pencapaian penjualan offline sebelum pandemi. Vivi pun mendalami strategi-strategi baru yang mengembangkan bisnis melalui kanal digital.