Perjalanan Panjang Menjadi Seorang Ibu, Tak Mudah tapi Ini demi Anugerah Terindah

Endah Wijayanti diperbarui 10 Agu 2024, 10:40 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan selalu memiliki kisahnya sendiri. Caranya untuk berjuang tentu tak sama dengan yang lainnya. Perempuan berdaya dan hebat dengan caranya masing-masing. Tiap pengalaman dan kisah pun memiliki inspirasinya sendiri seperti tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba The Power of Women: Perempuan Berdaya dan Hebat adalah Kamu berikut ini.

***

Oleh: Ega Tiara

Bagi sebagian perempuan, menjadi seorang ibu adalah impian, ada yang butuh waktu cepat namun ada juga yang lama. Bahkan banyak cara dilakukan untuk mendapatkan profesi seorang ibu.

Bagiku, itu adalah karier paling tinggi seorang perempuan. Bagaimana tidak, perjalanan menjadi seorang ibu punya ceritanya masing-masing. Begitu juga denganku.

Sejak gadis aku sering mengalami nyeri haid hebat. Setiap bulan saat tamu bulanan datang akan sulit sekali rasanya untuk beraktivitas. Sakit kepala, kram perut, mual, bahkan pernah hingga pingsan dan dirawat di rumah sakit. Begitulah perempuan dengan kodratnya: menstruasi, hamil, melahirkan hingga menyusui. 

 

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Menstruasi yang Menyakitkan

ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Berkali-kali kontrol ke dokter dan pernah didiagnosis kista coklat hingga endometriosis. Lalu saran dokter saat itu adalah menikah dan punya anak.

Gangguan hormon juga ada, pernah di suatu waktu saat SMA menstruasi 3 minggu berturut-turut tanpa henti sampai anemia. Saat menderita kista ke dokter kandungan yang memeriksaku sebelum hamil mengatakan bahwa hormon wanita setelah melahirkan akan menekan bahkan mengurangi keluhanku itu.

Setelah bertahun-tahun menahan nyeri, aku harus check up setiap 6 bulan untuk melihat apakah kista membesar atau tidak, kistanya sudah hilang tapi nyeri haid masih terus ada. 

Berbagai macam pengobatan sudah dicoba, dokter hingga herbal. Asumsi orang juga bermunculan, mengatakan aku akan sulit punya anak. Kesulitan tidur hingga beraktivitas setiap tamu bulanan datang hingga was-was akan kemandulan membuat aku harus mengurangi konsumsi obat penahan nyeri, yang efek sampingnya membuat asam lambung meningkat. Ya, overthinking membuat GERD kambuh berkali-kali. Akhirnya harus ditahan dan dinikmati saja. 

3 dari 4 halaman

Hamil yang Penuh Perjuangan

Ilustrasi./Credit: pexels.com/Juan

Semenjak memutuskan untuk resign kerja dan meninggalkan status sebagai karyawan, aku fokus menjaga kehamilan yang saat itu penuh dengan resiko. Mengalami pendarahan dan hiperemesis membuat aku setiap hari ketakutan akan terjadi sesuatu dengan janinku. Jujur saja, aku depresi saat hamil. Meski di satu sisi ketakutan akan kemandulan sudah sirna setelah menunggu setahun setelah nikah untuk hamil.

Kenikmatan keseharian hilang begitu saja, sulit untuk makan dan tidur. Untuk bangun dari tempat tidur saja rasanya sulit sekali. Sungguh, perjuangan untuk menjadi seorang ibu itu tidak mudah. Trimester awal dipenuhi muntah setiap hari hingga tenggorokan luka dan muntah darah. 

Trimester kedua hingga ketiga terlewati kurang lebih sama namun makanan mulai mudah masuk ke dalam pencernaan tanpa kembali keluar. Membawa beban yang semakin hari semakin berat di perut bersama dengan keluhan-keluhan hamil lainnya. Namun khawatir mulai berkurang karena perkembangan bayi cukup baik dan tidak pendarahan lagi. Senang bercampur haru selalu menyelimuti hati.

4 dari 4 halaman

Melahirkan dan MengASIhi Menjadi Momen Tak Terlupakan

Menjadi ibu./Copyright Ega Tiara

Hingga waktu lahirnya bayi tiba, semua sempurna. Meski diawali seminggu dengan kontraksi palsu dan 3 hari sebelum melahirkan sudah pembukaan 1.

Rasa sakit yang sejak awal bahkan sesak jiwa saat mengingat vonis dokter akan sulit hamil hingga risiko kehamilan awal seakan sirna ketika mendengar pecah tangisnya ke dunia. Ya, aku merasa menjadi orang paling bahagia di dunia ini. Senyum mungilnya. Jari lentiknya. Semuanya seakan menghipnotisku. Tak peduli berapa banyak darah, keringat dan air mata ku tumpahkan selama ini. 

Meski di satu sisi kemandirian dari segi finansialku goyah karena resign kerja, tapi aku belajar banyak hal kemandirian lain seperti perjuangan menyusui yang berat karena ASI tidak keluar di awal lahiran, belajar memahami tangis bayi, belajar MPASI hingga membantunya tengkurap dan mengenalkan banyak hal. Meski itu dianggap remeh orang lain, tetapi aku bangga bisa membersamai tumbuh kembang seorang manusia, calon seseorang yang hebat nantinya.

Seorang manusia yang aku nantikan kehadirannya dengan kekuatan usaha dan doa, terbayarkan cukup dengan melihat dia tertawa bahagia setiap harinya. Meskipun selalu terjaga setiap malam, sakit pinggang, makan dan mandi terburu-buru, bentuk tubuh dan kulit berubah hingga depresi pasca lahiran.

Demi dia, aku tak henti belajar hal baru khususnya ilmu parenting, memperbanyak sabar, tetap melakukan hobi yang positif dengan menulis dan membuat konten agar tetap sehat secara emosional dan tak kalah penting hobi terbaru adalah quality time bersamanya.

Nak, meski aku bukan ibu yang sempurna, apa pun takdir hidupmu ke depan, aku akan tetap mengupayakan yang terbaik untuk hidupmu, selalu.

#WomenforWomen