Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan selalu memiliki kisahnya sendiri. Caranya untuk berjuang tentu tak sama dengan yang lainnya. Perempuan berdaya dan hebat dengan caranya masing-masing. Tiap pengalaman dan kisah pun memiliki inspirasinya sendiri seperti tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba The Power of Women: Perempuan Berdaya dan Hebat adalah Kamu berikut ini.
***
Oleh: Dosni Arihta
Stigma apa saja yang pernah aku rasakan sebagai perempuan? Banyak sekali. Mulai dari belia saat standar kecantikan disamaratakan oleh kebanyakan orang, aku yang tak pandai bersolek merasa dinomorduakan di lingkungan.
Saat bekerja aku dipromosikan untuk naik jabatan. Namun pandangan orang masih sebelah mata pada seorang pemimpin perempuan. Saat menikah dan punya anak, lalu memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga, aku dianggap menyia-nyiakan pendidikan dan pengalaman.
Di sisi lain, ada pula yang mengatakan bahwa ibu rumah tangga adalah beban bagi pasangan. Selalu saja ada diskriminasi, bias gender, dan ketidaksetaraan yang akan dialami oleh perempuan dalam setiap fase kehidupan.
What's On Fimela
powered by
Memutuskan Menjadi Ibu Rumah Tangga
Beruntungnya, aku dilahirkan sebagai perempuan, yang memiliki kekuatan secara mental lebih kuat dari laki-laki dalam hal bertahan. Perempuan yang mampu mengubah serangan menjadi pijakan. Perempuan yang paling mampu untuk menyesuaikan diri dalam setiap keadaan. Bagaimana tidak, perempuanlah yang mengalami begitu banyak perubahan di setiap fase hidupnya.
Perubahan status dan kondisi keluarga saat menikah. Perubahan bentuk tubuh saat hamil dan melahirkan. Perubahan dunia saat mengurus anak. Perubahan ekonomi saat berhenti bekerja. Memang ada saatnya aku terpuruk sesekali, namun aku dapat bangkit kemudian. Itulah hebatnya seorang perempuan. Pikirannya selalu ke masa depan. Bukan hanya untuk dirinya sendiri, namun juga untuk keluarganya, untuk generasinya. Sehingga banyak sekali bukti bahwa perempuan hebat di luar sana dapat tetap bersinar, apa pun peran yang dijalaninya.
Bersinar dengan Cara Masing-Masing
Pada setiap fase kehidupan, aku dan juga perempuan lainnya, akan selalu membuat keputusan. Ada yang memutuskan untuk bekerja, ada juga yang fokus pada keluarga, bagiku setiap keputusan yang diambil itu sama baiknya.
Buktinya, ibu pekerja pun dapat mengurus keluarga, atau sebaliknya, ibu rumah tangga pun dapat berpenghasilan membantu suaminya. Perempuan itu punya otoritas penuh akan tubuhnya, serta pilihan hidupnya, tanpa harus dicela.
Aku dan juga perempuan lainnya dapat berbagi ilmu dan pengalaman serta bersuara di berbagai platform media (tentunya tetap mengedepankan moral dan beretika). Kita dapat saling mendukung dan berdaya karena hanya perempuan yang tahu, bagaimana rasanya, membawa ‘sejuta pemikiran’ dan ingin mengubahnya menjadi tindakan.
Perempuan juga bersemangat untuk terus mengedukasi dirinya (bahkan jika ia hanya ibu rumah tangga) karena ia tahu, perannya akan menciptakan generasi yang lebih baik pada masa depan.
Aku bersyukur lahir sebagai perempuan. Terlepas peranku sebagai ibu rumah tangga, namun aku dapat tetap berkarya, membuat buku, mengajar, membuat konten, menulis, bergabung dalam komunitas, melakukan hobi, mengurus anak dan mendampingi suami, bersosialisasi, belajar, ikut arisan, memberi pendapat dan melakukan apapun yang aku inginkan.
Aku memutuskan untuk memilih pasangan yang tepat, menghentikan toxic parenting ataupun relationship, dan mencintai diri secara utuh tanpa harus terpuruk oleh stigma yang dikatakan oleh orang lain. Mengapa? Karena aku tidak berkorban. Aku memutuskan dan aku memilih untuk mengambil peran dalam kehidupan.
#WomenforWomen