Untuk Calon Ibu, Hindari 6 Tipe Toxic Relationship Antara Ibu dan Anak Perempuan

Fimela Reporter diperbarui 31 Mar 2022, 08:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Menjalin hubungan ibu dan anak perempuan yang sehat adalah impian semua ibu dan anak perempuan. Melalui hubungan yang sehat, ibu dan anak perempuan masing-masing bisa lebih mengenal dan memahami satu sama lain. Potensi konflik dalam hubungan juga semakin kecil.

Tetapi sedihnya, tidak semua hubungan ibu dan anak perempuan dapat terjalin dengan sehat. Berikut adalah 6 jenis hubungan yang tidak sehat antara ibu dan anak perempuan.

2 dari 3 halaman

1. Terlalu Mementingkan Peran Sahabat daripada OrangtuaRS

Photo by Kenny Krosky on Unsplash

Hubungan ini terjadi saat seorang ibu lebih mementingkan perannya sebagai sahabat bagi anak perempuannya daripada perannya sebagai orang tua. Bisa menjadi sosok sahabat bagi anak mungkin adalah impian sebagian besar orang tua, karena hal tersebut dapat membuat anak merasa lebih nyaman dan terbuka dengan orang tua. Tetapi, dalam hubungan ibu dan anak perempuan, saat seorang ibu lebih mementingkan peran sahabat dibandingkan orang tua, hal tersebut akan membuat anak kesulitan membangun keterampilan hidup karena tidak diberikan bimbingan yang tepat. Selain itu, ibu dalam tipe hubungan ini juga cenderung jarang mendisiplinkan anaknya, sehingga anak tidak memiliki acuan tentang nilai yang dianggap baik dan buruk.

2. Selalu Mengendalikan Hidup Anak

Tipe hubungan ini terjadi saat ibu merasa memiliki kendali akan anak perempuannya. Ibu dalam tipe hubungan ini biasanya kurang memiliki empati, banyak menuntut, kaku, berpikiran tertutup, serta berharap anak perempuannya untuk selalu menuruti keinginan dan memenuhi harapannya. Hal tersebut membuat anak perempuan merasakan tekanan untuk selalu tampil sempurna dan sesuai dengan harapan sang ibu. Seiring bertambahnya umur, tipe hubungan ibu dan anak perempuan ini akan membuat anak tumbuh dengan kepercayaan diri yang rendah dan rasa takut akan penolakan. Bahkan di kasus yang cukup ekstrem, sang anak mungkin akan membenci ibunya dan tidak takut untuk membentak atau melawan sang ibu.

3. Saingan

Berbeda dengan tipe hubungan bosom buddies, dalam tipe hubungan rivals, seorang ibu akan memandang anak perempuannya sebagai saingan atau ancaman. Rasa kompetitif akan anak perempuannya ini biasanya muncul dari rasa tidak percaya diri sang ibu saat bersama sang anak. Ia akan sering membandingkan dirinya dengan anak perempuannya untuk melihat siapa yang lebih cantik, lebih kurus, lebih pintar, atau lebih sukses. Akibat dari hubungan ini, biasanya anak perempuan akan tumbuh dengan berbagai konflik internal dan kepercayaan diri yang rendah.

3 dari 3 halaman

4. The Role-Reversal Relationship

copyright by worawit_j (Shutterstock)

Tipe hubungan ini adalah kebalikan dari tipe hubungan ibu dan anak perempuan yang seharusnya. Sang ibu mengharapkan anak perempuannya memiliki peran sebagai seorang ibu. Mereka mengharapkan sang anak untuk ada disisinya dan terus memberikan dukungan. Terbaliknya peran ibu dan anak akan berdampak pada tumbuh kembang anak. Mereka akan merasa ditinggalkan, dimanfaatkan, serta diabaikan. Anak juga akan tumbuh dengan memiliki pola pikir bahwa mereka harus terus mengorbankan dirinya dan mengedepankan orang lain. Hal tersebut dapat membuat anak memiliki kepercayaan diri rendah dan sulit membuat batasan bagi dirinya sendiri. Tipe hubungan ini dapat terjadi karena sang ibu hanya peduli dengan kebutuhannya, bukan kebutuhan anak perempuannya.

5. Tidak Hadir

Seperti namanya, dalam tipe hubungan the ghost, anak perempuan tidak dapat merasakan kehadiran sosok seorang ibu, baik secara fisik maupun emosional. Dalam kasus yang sering terjadi, ketidakhadiran sosok ibu secara emosional terjadi karena sang ibu lebih memilih memberikan afeksi untuk anaknya yang lain. Tetapi, dalam kasus yang lumayan ekstrem, ibu dalam tipe hubungan ini akan menelantarkan atau memberikan anak perempuannya kepada pihak ini. Sang anak juga biasanya tidak pernah mendapat kejelasan mengapa sang ibu tidak pernah ada untuknya. Hal tersebut akan membuat anak perempuan tumbuh dengan kekosongan.

6. Sikap yang Tidak Konsisten

Dalam hubungan ini, anak perempuan tidak bisa menilai apakah sang ibu menjadi sosok ibu yang baik atau buruk. Hal tersebut terjadi karena perilaku dan perlakuan sang ibu terjadi dengan tidak konsisten. Beberapa kasus untuk tipe hubungan ini adalah sang ibu akan berperilaku baik kepada anaknya saat berada di ruang publik, tetapi saat sang ibu hanya berdua dengan anak perempuannya, maka ia akan memperlakukan anaknya dengan buruk, seperti meremehkan dan mengabaikan. Hal ini terjadi karena sang ibu hanya peduli pada citra baik mengenai hubungannya dengan sang anak.

Menjadi ibu memang tidak mudah. Namun tidak ada salahnya terus belajar, agar menjadi ibu yang baik. Semoga bermanfaat.

Ditulis oleh: Savitri Anggita Kusuma Wardani