Fimela.com, Jakarta Memiliki anak yang lahir sebagai Down Syndrome, salah satu hal paling bisa dilakukan adalah mempelajarinya sebanyak mungkin. Dengan banyaknya media dan platform yang bisa digunakan saat ini, tentunya juga memudahkan Anda untuk dapat mengakses berbagai informasi.
Dengan keadaan anak yang istimewa ini, selain dengan asupan nutrisi yang cukup, mereka membutuhkan pengasuhan serta pendampingan yang khusus dari para orang tua, maka dari itu semangat orang tua untuk merawat anak dengan Down Syndrome merupakan suatu hal yang sangat penting.
Dalam rangka menyambut hari Down Syndrome pada 21 Maret 2022, FImela melakukan IG Live bersama dr. Ajeng Indriastari Sp.A pada Rabu, (17/03/2022). Pada IG Live tersebuit membahas seputar down syndrome pada anak serta cara mengasuh dan mendampinginya.
What's On Fimela
powered by
Mengenal kondisi Down Syndrome dan langkah awal merawat anak dengan Down Syndrome
Down Syndrome merupakan keadaan dimana perkembangan kromosom 21 yang tidak normal, yaitu kelebihan materi genetik pada kromosom 21 atau disebut juga trimosi 21. Ciri-ciri Down Syndrome pada anak baru akan terlihat setelah lahir, namun bisa mulai melakukan skrining pada kandungan melalui pemeriksaan darah pada Ibu dan melakukan tes Alpha Fetoprotein (AFP)
“Begitu bayinya lahir, kelihatan tanda-tanda fisiknya seperti apa, lalu penegakan diagnosis dengan kariotipe genetik,” ungkap dr. Ajeng
- Dr. Ajeng juga menyampaikan beberapa ciri-ciri dari Down Syndrome yang terlihat sebagai berikut
- Bentuk muka yang mirip, sering disebut mongoloid face, dengan otot yang lemas dan mata yang sipit, serta hidung yang pesek.
- Cenderung hiperfleksibilitas, yaitu sendi-sendi yang lebih elastis dibanding anak lain.
- Posisi telinga yang lebih rendah
- Ada penonjolan di pusar
- Jarak jari kaki antara yang pertama dan kedua lumayan jauh
- Yang paling terlihat adalah Simian Crease, yaitu garis tangan dan kaki pada anak Down Syndrome berbentuk terhubung seperti garis lurus.
Ketika mengetahui bahwa anak Anda didiagnosa dengan Down Syndrome, pastinya Anda ingin memberikan perawatan terbaik. Dr. Ajeng menyampaikan perlu melakukan beberapa pemeriksaan sebelum memberikan terapi kepada anak yang didiagnosa Down Syndrome
“Pada saat kita tahu putra/putri kita menderita Down Syndrome, sebelum kita terapi kita harus tau ada masalah apa. Tegakkan dulu diagnosis, jadi dengan pemeriksaan genetik karyotyping ya. Setelah tegak, oh, Down Syndrome, kita skrining kelainan-kelainannya dimana aja,” ungkap dr. Ajeng
Perlu juga melakukan pemeriksaan lainnya seperti jantung, dr. Ajeng mengungkapkan 40-60% anak dengan Down Syndrome memiliki penyakit jantung bawaan. Serta pemeriksaan beberapa penyakit lain yang mungkin terjadi pada anak Down Syndrome seperti gangguan pendengaran, penglihatan, kelainan pada THT seperti tidur dengan mendengkur.
Beberapa penyakit lain yaitu kelainan darah (Leukimia) yang biasanya terdeteksi dibawah tiga tahun. Kemudian kelainan endokrin seperti hipotiroid.
“Jadi, begitu bayinya lahir, tegakkan diagnosis dan kita lihat, ada kelainan-kelainan gak? Syndrome nya apa aja yang ada pada si kecil, seperti itu,” ujar dr. Ajeng.
Merawat dan mendampingi anak dengan Down Syndrome
Salah satu tantangan bagi orang tua yang memiliki anak dengan diagnosa Down Syndrome, yaitu ketika anak sedang mengalami meltdown atau tantrum. Dalam hal ini, orangtua harus mengetahui dulu kira-kira hal apa yang membuat anak mengalami hal tersebut
“Dia belum bisa mengekspresikan apa isi dari pikirannya, keinginannya. Jadi saat dia merasa tidak nyaman, dia ingin sesuatu tidak bisa, dia ingin melakukan sesuatu tapi gagal, akhirnya yang akan terjadi adalah tantrum,” Jelas dr. Ajeng
Dalam menghadapi situasi tersebut, orang tua tak boleh panik dan justru harus memberikan rasa nyaman kepada anak. Perlu juga mencari tahu mengapa anak tantrum, apakah mungkin anak merasa tidak nyaman, bosan atau bahkan lapar.
Selain masalah kesehatan, masalah pertumbuhan dan perkembangan anak juga perlu diperhatikan. Setiap orang tua pasti ingin anaknya tumbuh dengan sesuai, seperti berat badana yang bagus, tinggi badan sesuai. Sedangkan masalah yang sering ditemu pada anak-anak Down Syndrome yaitu tinggi badan.
Anak Down Syndrome memiliki kurva tinggi badan dan berat badannya sendiri, tak sama dengan anak normal lainnya. Pastikan melakukan pemeriksaan di pusat kesehatan dengan kurva tersebut. Karena dr. Ajeng sendiri bercerita mengenai beberapa ibu dari pasiennya berkecil hati ketika dibilang anaknya tak sesuai tinggi dan berat badannya, padahal pengecekan tersebut dibandingkan dengan kurva anak normal.
Berikan nutrisi yang baik pada anak
Sama seperti anak lainnya, anak Down Syndrome juga membutuhkan Makronutrien dan Mikronutrien
“Jadi makronutrien itu yang mengandung karbohidrat, protein, lemak. Baru ada mikronutrien berupa vitamin dan mineral,” Jelas dr. Ajeng
Untuk makronutrien sendiri yang penting untuk perkembangan otak adalah asam lemak yang dikenal AHA/DHA untuk kecerdasan dan meningkatkan kemampuan kognitif
“Itu bisa ada di menu sehari-hari, contoh ikan. Gak harus ikan salmon ya untuk AHA/DHA, banyak juga ikan lokal seperti ikan kembung, ikan lele, ikan patin, itu juga tinggi AHA/DHA,” Ujar dr. Ajeng.
Dr. Ajeng juga menyampaikan bahwa penelitian menunjukkan bahwa nutrisi yang baik bisa mempengaruhi tinggi badan.
Berikan support pada anak dan diri sendiri
Anak dengan Down Syndrome membutuhkan support yang kuat dari berbagai pihak mulai dari keluarga, dan juga lingkungan. Untuk orang tua yang sedang mengurus anaknya juga perlu kuat dalam menghadapi situasi ini tanpa mendengarkan pendapat buruk dari orang lain. Karena jika semangat dari orang tua mulai luntur, support yang orang tua berikan kepada anak juga tidak akan optimal.
Untuk itu, penting untuk mengetahui bahwa orang tua juga berperan membangun kecerdasan pada anak.
“Ada juga pasien saya, akhirnya sudah bisa duduk, tepuk tangan, dadah. Walaupun memang membutuhkan proses yang lebih lama dibandingkan teman-teman seumurnya. Tapi ternyata bisa ngejar, terlambatnya gak baget-banget kok masih di range kayak.. Cuma terlambat 3 bulan, seperti itu,” Jelas dr. Ajeng
Dr. Ajeng menjelaskan hal tersebut terjadi karena peran dari orang tua yang tak henti memberi support kepada anak
“Tapi effort mamanya disini nih, mamanya berpikir positif. Mamanya tuh harus bener-bener konsisten ya. Jadi kalau mau melatih anak, ya bener-bener biar satu jam, tapi setiap hari,” lanjut dr. Ajeng
Hal ini membuktikan bahwa konsistensi dari orang tua sangat berpengaruh terhadap tubuh kembang anak dengan Down Syndrome.
*Reporter: Jeihan Lutfiah Zahrani Yusuf
#Women For Women