Alasan Unik Jepang Larang Siswi Sekolah Kuncir Rambut

Nabila Mecadinisa diperbarui 18 Mar 2022, 10:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Jepang mengeluarkan aturan unik yang memicu kontroversi. Peraturan sekolah tersebut melarang siswi Jepang untuk menguncir rambut bergaya ekor kuda, atau dikenal dengan gaya rambut ponytail. Rupanya, alasan di balik peraturan tersebut sangat mengejutkan. Disebutkan jika gaya rambut ini bisa membuat siswa laki-laki terangsang. 

Sontak aturan ini berlaku di hampir 200 sekolah menengah umum dan sejumlah lembaga pendidikan.Bahkan, dikutip dari NY Post, seorang guru sekolah bernama Motoki Sugiyama menyebutkan jika saat siswi menguncir rambutnya, maka tengkuk yang terlihat mampu memancing gairah siswa. 

Hal tersebut juga memicu kontroversi, termasuk Sugiyama yang melakukan protes. Menurutnya larangan ini menekan kebebasan berekspresi. Bahkan cenderung bersifat seksis. “Mereka khawatir anak laki-laki akan melihat anak perempuan, yang mirip dengan alasan di balik penegakan aturan warna pakaian dalam putih saja,” terangnya.

2 dari 3 halaman

Jepang dan sejumlah peraturan kontroversi

Ilustrasi ikat rambut atau scrunchie. (dok. unsplash @sigmund)

Sebelumnya, Jepang juga memiliki sejumlah peraturan kontroversi lainnya yakni larangan warna rambut dan pakaian dalam para siswi, bentuk alis, hingga panjang rok. Bahkan larangan tersebut juga tidak memiliki penjelasan. 

Uniknya, di saat kuncir rambut dilarang namun Jepang tetap memperbolehkan para siswinya untuk memiliki potongan bob-cut. Padahal gaya rambut ini juga memamerkan sisi belakang leher para siswi.

 

3 dari 3 halaman

Menghindari terjadinya kekerasan

Anak Sekolah di Jepang.(AFP/ Odd Andersen)

Peraturan keras, yang dikenal juga sebagai 'buraku kosoku', berakar di Jepang sejak tahun 1870-an, saat pemerintah Jepang pertama kali menetapkan aturan dan sistem pendidikan. Kala itu, berbagai peraturan dibuat untuk mengurangi kekerasan di sekolah. Namun, seiring waktu berjalan, aturan mulai bervariasi dari generasi ke generasi. Namun, tak semua sekolah di Jepang mengikuti aturan tersebut.

 

 

 

 

#Women for Women