Fimela.com, Jakarta Salah satu kebutuhan manusia menurut piramida kebutuhan Maslow adalah kebutuhan akan mencintai dan dicintai. Untuk memenuhi kebutuhan ini, kita seringkali dihadapkan dengan berbagai rintangan karena perbedaan setiap individu. Salah satu perbedaan yang menjadi rintangan saat kita berada dalam fase mencintai dan dicintai adalah perbedaan cara mencintai.
Menurut Dr. Milan dan Kay Yarkovich, terdapat 5 love style yang memengaruhi cara kita dalam menjalin sebuah hubungan. Kedua nya percaya bahwa masa kecil sangat berpengaruh terhadap love style yang dimiliki oleh seseorang. Berikut adalah 5 love style yang ternyata dipengaruhi oleh masa keci:
The Pleaser
The pleaser biasanya dibesarkan oleh tipe orang tua yang terlalu protektif dan mudah mengkritisi anak. Mereka yang masuk dalam tipe the pleaser biasanya akan melakukan segala cara untuk menyenangkan orang-orang disekitarnya untuk menghindari konflik. Sehingga, dalam sebuah hubungan, tipe the pleaser biasanya memiliki kecenderungan mengalah atau meminta maaf terlebih dahulu untuk menyelesaikan sebuah konflik. Mereka juga sulit menolak atau mengatakan tidak untuk menghindari perselisihan. Tetapi, tipe the pleaser biasanya mampu membaca situasi dan kondisi orang-orang disekitarnya. Hal tersebut terjadi secara alami sebagai panduan bagi mereka untuk bertindak dan mengambil keputusan.
Tetapi, saat tipe the pleaser merasa stres atau sudah membuat orang-orang disekitarnya kecewa, mereka cenderung kabur dari permasalahan dan mengurung diri dari orang sekitar. Walaupun tidak mungkin, tipe the pleaser akan terus berusaha menyenangkan orang-orang disekitarnya dengan melupakan batasan untuk dirinya sendiri. Untuk memulai sebuah hubungan yang sehat, tipe the pleaser harus mampu jujur terhadap perasaannya sendiri daripada terus menerus berusaha melakukan hal-hal untuk menyenangkan orang-orang disekitarnya.
The Victim
Tipe the victim biasanya tumbuh dari orang tua yang kasar dan pemarah. Dari kondisi tersebut, tipe the victim belajar untuk dapat bertahan tanpa mempedulikan kondisi dirinya sendiri. Mereka sudah terbiasa untuk diam, bersembunyi, dan menghindar sejak kecil. Sehingga, tipe the victim seringkali memiliki imajinasi nya sendiri untuk kabur dari realita hidup yang menyakitkan.
Dari pengalaman masa kecil tersebut, tipe the victim biasanya memiliki kepercayaan diri yang rendah, mereka juga seringkali harus berjuang menghadapi anxiety disorder bahkan depresi. Tipe the victim juga mengatasi masalah dengan beradaptasi dan mengikuti arus, karena mereka sudah terbiasa dengan situasi yang kacau dan penuh tekanan sejak kecil. Tetapi karena terbiasa dengan situasi tersebut, tipe the victim biasanya akan mengalami kecemasan saat menghadapi situasi yang aman, tentram, dan damai. Agar tipe the victim mampu memulai sebuah hubungan yang sehat, mereka harus belajar mencintai dan menghargai dirinya sendiri.
The Controller
The controller biasanya tumbuh dilingkungan yang minim akan rasa aman, sehingga mereka dituntut untuk kuat dan tegar sejak kecil agar mampu bertahan hidup. Mereka merasa memiliki kontrol akan segala sesuatu untuk menghindari masa kecil mereka, yang mereka anggap sebagai kelemahan, terungkap. Mereka juga tidak suka keluar dari zona nyaman karena ketidaktahuan saat mengalami sesuatu yang baru membuat mereka merasa lemah. Saat menghadapi masalah, the controller juga merasa bahwa mereka bisa menyelesaikan masalah tersebut dengan caranya sendiri.
Untuk dapat memulai hubungan yang sehat, tipe the controller harus belajar mempercayai orang lain, mengontrol emosi mereka, serta mengikhlaskan sesuatu karena tidak selamanya segala hal berada dalam kendali kita.
The Vacillator
Berbeda dengan tiga tipe sebelumnya, the vacillator biasanya tumbuh bersama orang tua yang tidak konsisten. Tidak konsisten dalam hal ini merujuk pada pemberian afeksi. Mereka tumbuh dengan merasa bahwa mereka bukanlah prioritas utama orang tuanya. Sehingga, mereka tumbuh dengan memiliki rasa takut diabaikan. Mereka juga berusaha mencari kasih sayang dari orang lain, sebagai ganti dari kasih sayang yang tidak mereka dapatkan dari orang tua. Saat berusaha membangun sebuah hubungan, tipe the vacillator seringkali memiliki konflik internal dan tekanan emosional, karena memiliki keraguan dan ketakutan diabaikan oleh orang lain.
Selain itu, the vacillator juga memiliki kepekaan yang tinggi. Sehingga mereka akan menyadari berbagai perubahan kecil dari orang sekitarnya. Hal ini yang membuat tipe the vacillator memiliki keraguan dan ketakutan diabaikan oleh orang lain. Bagi tipe the vacillator, mereka harus lebih bersabar sebelum membangun sebuah hubungan dengan orang lain agar tidak tersakiti oleh ekspektasinya sendiri.
The Avoider
Tipe the avoider tumbuh dari orang tua yang memegang nilai kemandirian yang tinggi. Sehingga, mereka juga tumbuh dari masa kecil yang kurang akan kasih sayang, serupa dengan tipe the vacillator. Mereka tumbuh sebagai anak yang berusaha memenuhi kebutuhannya sendiri. Mereka juga cenderung memendam perasaan dan keinginan mereka yang timbul dari efek kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua. The avoider biasanya tumbuh dengan mengandalkan logika dibandingkan perasaan.
Agar tipe the avoider mampu membangun dan memiliki hubungan yang sehat dan stabil, mereka harus belajar membuka hati dan mengekspresikan apa yang mereka rasakan secara jujur.
Ditulis oleh: Savitri Anggita Kusuma Wardani