Tiap Perempuan Cantik Apa Adanya, Abaikan Label Buruk dari Orang Lain

Endah Wijayanti diperbarui 14 Mar 2022, 09:16 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan selalu memiliki kisahnya sendiri. Caranya untuk berjuang tentu tak sama dengan yang lainnya. Perempuan berdaya dan hebat dengan caranya masing-masing. Tiap pengalaman dan kisah pun memiliki inspirasinya sendiri seperti tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba The Power of Women: Perempuan Berdaya dan Hebat adalah Kamu berikut ini.

***

Oleh: Angela Jessica

Masyarakat memiliki kecenderungan untuk memberi label pada setiap orang. Mulai dari label positif yang membangun, hingga menjatuhkan dan merendahkan tanpa melihat diri mereka terlebih dulu. Pokoknya selalu merasa diri sendiri baik dan orang lain selalu banyak celanya.

Cara mereka melabeli kita juga beragam. Mulai dari cara kita berpakaian, cara kita bertindak, penampakan fisik, apa pun yang sebenarnya sangat dangkal untuk mendefinisikan diri kita yang sebenarnya.

Saya masih ingat ketika dulu ada beberapa perempuan memanggil saya "hitam". Saat itu saya akui saya memang berada di kalangan mereka yang memiliki kulit seputih salju sebening kristal.

Saya akui, dulu kulit saya memang bisa dikatakan hitam, kusam, dan dekil karena terpapar sinar matahari setiap harinya. Mereka menatap saya dengan tatapan sinis hanya karena saya tidak memiliki kulit seindah mereka. Saya berkaca, "Seburuk rupa itukah?"

Perkataan mereka yang sebenarnya cukup sepele, hanya satu kalimat, nyatanya begitu membekas dalam hati saya. Apalagi diucapkan oleh sesama wanita yang seharusnya mengerti perasaan wanita lainnya. Hal ini sempat membentuk diri saya menjadi pribadi yang selalu tidak percaya diri dan selalu membandingkan diri dengan orang lain. Menyiksa? Ya, tentu.

2 dari 2 halaman

Sempat Merasa Tertekan dan Rendah Diri

ilustrasi/nokkaew/Shutterstock

Saya tahu rasanya ketika harus berjalan sambil menunduk ketika bertemu mereka. Saya selalu takut ketika berpapasan karena saya yakin akan mendengar kalimat yang sama. "Hitam", "Gemuk", dan "Jelek" semua kata yang sebenarnya menyakitkan untuk diucapkan pada seorang perempuan itu sudah menjadi hal yang biasa saja karena terlalu sering diucapkan di depan maupun belakang saya.

Pada akhirnya, saya mampu belajar mencintai diri sendiri, tentunya dengan bantuan ibunda tercinta, sahabat-sahabat, para perempuan hebat yang paham betul bagaimana memperlakukan sesama perempuan.

Saya tahu rasanya diberi label dan saya menyadari bahwa itu tidak baik untuk jiwa seseorang, mungkin itu sebabnya saya tidak pernah mencoba melabeli orang. Walaupun kutipan, "Don't judge book by its cover," sepertinya sudah basi sekarang, saya tetap yakin bahwa semua orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Baik buruknya seseorang tidak dilihat dari penampilannya, bukan? Apakah orang-orang harus menjadi cantik dan tampan untuk dihargai?

Saya tidak begitu peduli sih. Sejak awal saya sudah mendoktrin diri saya bahwa martabat dan harga diri saya tidak tergantung dengan perkataan atau label orang lain. Menurut saya mereka tidak berhak saja untuk menentukan hidup saya.

Don't let negatives be spoken over you. When that occurs, it's like a curse. Shrug it off as soon as it tries to alight on your shoulder (or take its place on your forehead like a barcode).

#WomenforWomen