Dibesarkan Ibu Tunggal yang Istimewa, Aku Mengerti Arti Perempuan Hebat

Endah Wijayanti diperbarui 12 Mar 2022, 07:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan selalu memiliki kisahnya sendiri. Caranya untuk berjuang tentu tak sama dengan yang lainnya. Perempuan berdaya dan hebat dengan caranya masing-masing. Tiap pengalaman dan kisah pun memiliki inspirasinya sendiri seperti tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba The Power of Women: Perempuan Berdaya dan Hebat adalah Kamu berikut ini.

***

Oleh: Nurias

Menjalani kehidupan broken home bukanlah keinginan setiap anak tak terkecuali aku. Hidup bersama orang tua tunggal, yakni ibu saja merupakan salah satu hal yang sangat aku benci sebelumnya.

Saat sekolah dasar aku sangat iri dengan mereka yang diantar oleh kedua orangtuanya saat mengambil rapor, diantar setiap pagi ke sekolah dan sering bertamasya bersama kedua orangtuanya. Sementara aku hanya punya ibu, ya dia yang membesarkanku hingga menjadi perempuan yang berpendidikan.

Kedengkianku memudar saat aku mulai menerima bahwa dia satu-satunya orang yang selalu ada saat kesulitan dan rela melakukan apa pun agar anaknya tumbuh sama dengan keluarga broken home. Menjadi ibu sekaligus ayah tidaklah mudah, banyak tantangan yang harus dia hadapi mulai dari cibiran menjadi tetangga karena hidup menumpang di rumah nenek, dan mencari mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

 

2 dari 5 halaman

Ibu yang Tak Kenal Lelah

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/KomootP

Saat menjadi keluarga broken home, aku berumur 2 tahun dan ibu berumur 27 tahun. Pekerjaannya saat itu adalah buruh tani, di mana kehidupan desa memang memaksa untuk bekerja sesuai sektor yang ada. Pekerjaan yang cukup melelahkan karena harus menghadapi panas matahari setiap hari, tapi dia tidak mengeluh.

Jika sudah bukan musim tanam, maka dia  akan mencari pekerjaan lain, mislanya mencuci piring di rumah tetangga, ikut berdagang sebgai asistennya saja, tugasnya membawakan barang-barang. Pekerjaan ini dia lakukan sampai aku sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kemudian dia beralih pekerjaan menjadi pembuat kue, hingga aku masuk Madrasah Aliyah. Saat dia berumur 50, dia berhenti bekerja dan aku mulai mandiri yaitu kuliah dengan beasiswa.

3 dari 5 halaman

Ibu sebagai Teladan Kehidupan

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/Alessandro+Biascioli

Saat Madrasah Aliyah, umurku 16 tahun dan ibu memberikan pemahaman tentang bagaimana mejadi sosok perempuan tangguh. Bagaimana broken home bisa terjadi dan dia berpesan jangan sampai, kehidupannya terjadi pada kehidupanku.

Memilih seorang laki-laki yang akan menemani kita sampai akhir tidak mudah, akan banyak cobaan dan tantangan yang membuat kita menjadi lebih rapuh, lalu mereka para suami meninggalkan dengan alasan ada yang lebih baik.

Menjadi single parent nyatanya tidak mudah, tapi dia tidak pernah memperlihatkan itu kepadaku, yang dia perlihatkan adalah senyum manis sambil mengelus kepala bahwa aku harus menjadi perempuan yang kuat, berdaya guna agar mampu bertahan pada keadaan apa pun. Tentu saja agar kehidupan masa depan menjadi lebih baik.

4 dari 5 halaman

Ibu yang Tidak Pernah Mengeluh

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/Phototalker

Secara fisik dia masih kuat, sebab pekerjaan apa pun tetap dia lakukan untuk menopang kehidupanku. Tapi psikis dia pernah merasakannya, namun tidak keluar dalam bentuk keluhan, dia tetap semangat tanpa menyerah dan tidka mengeluh dengan apa yang sekarang kita hadapi.

Dia selalu berpikir positif dengan apa yang terjadi pada kehidupan. Keluhan apa pun tidak menyelesaikan masalah. Kehidupan tanpa kepala rumah tangga, dia tidak mengeluhkannya karena masih bisa berdiri pada kaki sendiri. Itulah mengapa dia memutuskan tidak menikah sampai saat ini dengan alasan aku yang butuh perhatian dan kasih sayang dan menjagaku agar tidak masuk pada jurang keadaan broken home yang menyeramkan.

5 dari 5 halaman

Perempuan Hebat

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/Chakkaphong+Nutalay

Menyekolahkan anak sampai kuliah, tidak mudah apalagi tidak memiliki seseorang yang bisa dijadikan pegangan jika suatu saat nanti rapuh. Tapi ternyata ibuku, ibu hebat, perempuan yang melahirkanku membuktikannya.

Mungkin banyak di luar sana kehidupan lebih sulit dan keadaan yang sama (broken home) dan aku bangga pada para ibu yang berdiri pada kaki sendiri tanpa mengeluh dan cengeng harus melibatkan laki-laki yang sudah meninggalkan dan tidak memiliki i’tikad baik untuk membantu kehidupan anaknya.

Tidak ada ibu terbaik selain ibuku, yang sampai sekarang memperlakukanku dengan hangat walau sudah dewasa. Aku menghargainya apa pun yang dia katakan, tak terbersit rasa risih karena kau tahu yang dia punya dari dulu sampai sekarang hanya diriku.

Terima kasih ibuku. Aku akan menjadi hebat seperti ibu tidak kenal lelah dan terus hidup. Aku bangga menjadi anak ibu, walaupun broken home aku tetap baik-baik saja sampai saat ini. I love you, Perempuan Hebat.

#WomenforWomen