Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan selalu memiliki kisahnya sendiri. Caranya untuk berjuang tentu tak sama dengan yang lainnya. Perempuan berdaya dan hebat dengan caranya masing-masing. Tiap pengalaman dan kisah pun memiliki inspirasinya sendiri seperti tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba The Power of Women: Perempuan Berdaya dan Hebat adalah Kamu berikut ini.
***
Oleh: Nur Khoiro Umatin
Saya lahir di sebuah desa yang tidak jauh dari bantaran Bengawan Solo. Ya. Sebuah desa yang memiliki jumlah penduduk lumayan banyak.
Hampir 98% penduduk di desa kelahiran saya berprofesi sebagai petani. Demikian juga dengan kedua orang tua saya yang berprofesi sebagai petani. Orang tua saya hanya memiliki dua petak sawah sehingga untuk menutupi keperluan sehari-hari orang tua saya menjadi petani penggarap. Orang tua saya menggarap tiga petak sawah milik tetangga. Hal tersebut dilakukan semata-mata demi memenuhi keperluan sehari-hari dan biaya pendidikan saya.
Saya merupakan anak tunggal. Oleh karena memiliki satu-satunya anak, bapak dan ibu memiliki cita-cita tinggi untuk saya.
Bapak dan ibu saya lulusan sekolah dasar yang ada di desa kami. Bapak dan ibu ingin saya mengenyam pendidikan yang lebih tinggi dari mereka. Cita-cita yang sangat tinggi bagi orang tua saya yang berprofesi sebagai petani.
What's On Fimela
powered by
Berjuang untuk Kuliah
Selepas saya menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas, bapak dan ibu mendorongku untuk melanjutkan pendidikan di bangku perguruan tinggi. Saya pun bertekad mewujudkan cita-cita bapak dan ibu yang ingin memiliki anak lulusan perguruan tinggi.
Banyak tetangga dan orang-orang di desa saya yang memandang sebelah mata terhadap upaya orang tua saya menyekolahkanku hingga perguruan tinggi.
”Mau jadi apa, anak perempuan saja kok sekolah tinggi-tinggi?”
”Apa kuat orang tuanya membiayai pendidikan?”
Begitulah gunjingan dan kalimat-kalimat seperti itulah yang sering kami dengar. Gunjingan-gunjingan tersebut justru menjadi pemicu semangat saya untuk meraih gelar sarjana. Kebetulan saya memperoleh beasiswa sehingga bisa meringankan biaya pendidikan saya.
Selesai meraih gelar sarjana saya ingin membuktikan bahwa saya mampu menjadi seseorang yang berguna. Ya. Saat itu saya ikut tes atau ujian untuk menjadi perangkat desa.
Kebetulan ada lima jabatan yang kosong di desa saya dan diisi secara bersamaan. Ujian pun digelar secara terbuka dan transparan dan nilai saya menjadi yang tertinggi di lowongan yang saya daftar.
Menemukan Kesuksesan dan Keberhasilan
Saya pun lulus dan selanjutnya dilantik menjadi salah seorang perangkat desa. Keberhasilan saya mejadi salah seorang perangkat desa mampu membungkam omongan-omongan pedas dan pandangan sebelah mata dari para tetangga untuk sementara waktu.
Setelah dilantik menjadi perangkat desa omongan negatif masih terus bergema. Mereka masih meragukan kemampuan saya mengemban tugas. Oleh karena tugas dan fungsi jabatan yang saya emban biasanya dipegang oleh laki-laki.
Selain di bidang administrasi saya memiliki tugas di lapangan berkaitan dengan pertanahan. Keraguan tersebut saya jawab melalui kerja nyata. Saya tidak pernah menolak ketika harus turun ke sawah atau pekarangan.
Saya membuktikan bahwa sebagai wanita saya pun bisa bermanfaat bagi sesama melalui tugas yang saat ini saya emban. Setelah beberapa tahun mengemban tugas berat ini, mereka yang memandang sebelah mata mulai berbalik. Bagi saya bukan pujian yang ingin saya dapat, tetapi saya ingin menjadi seseorang yang amanah dalam mengemban tugas.
Jangan pernah menyerah dengan cita-cita yang kalian miliki. Terus berjuang dan jadikan pandangan sebelah mata dari orang lain sebagai pelecut semangat mewujudkan cita-cita. Itulah pelajaran yang saya peroleh dari perjalanan hidup hingga saat ini. Tuhan akan menolong mewujudkan niat baik kita.
#WomenforWomen