Mengenal Hipertensi Paru pada Anak dari Gejala Sampai Penanganannya

Novi Nadya diperbarui 11 Mar 2022, 13:28 WIB

 

Fimela.com, Jakarta Baru pertama kali mendengar penyakit hipertensi paru? Penyakit hipertensi paru memang masih belum awam diketahui dan terdengar asing, karena biasanya hipertensi diidentikan dengan tekanan darah tinggi.

Lalu apa itu hipertensi paru? Hipertensi paru sendiri merupakan kelainan patofisiologi pada pembuluh darah paru-paru yang dapat menyebabkan komplikasi klinis dengan penyakit-penyakit kardiovaskular (jantung) dan respirasi (pernapasan).

Meski prevalensi penyakit ini di seluruh dunia relatih rendah, kita harus tetap waspada karena akibat fatal bagi penderitanya. Selain itu, hingga saat ini, penyakit hipertensi paru juga menjadi suatu tantangan dalam bidang kesehatan.

Sayangnya, masih belum ada tanda atau gejala khas atau spesifik pada pasien yang memiliki penyakit hipertensi paru. Namun penyakit hipertensi paru umumnya ditandai dengan peningkatan tekanan rerata arteri pulmonalis di atas normal, yaitu >20 mmHg dan peningkatan tahanan vaskular paru di atas normal, pada kondisi istirahat. 

Pada kasus spesifik, hipertensi paru juga dapat menjadi salah satu komplikasi dari penyakit jantung bawaan. Dengan gejala dan tanda-tanda tahap awal yang biasanya tidak spesifik atau tidak terdeteksi pada bayi baru lahir.

Kondisi tersebut menjadi tantangan bagi para tenaga medis untuk menetapkan diagnosis dini penyakit hipertensi paru yang disebabkan oleh penyakit jantung bawaan. Terlebih keterbatasan keahlian dan infrastruktur termasuk di Indonesia, sehingga banyak pasien hipertensi paru yang disebabkan oleh penyakit jantung bawaan tidak terdeteksi sehingga timbul komplikasi yang memerlukan perhatian medis lebih serius.

“Penyakit hipertensi paru juga banyak dialami oleh anak-anak. Gejala hipertensi paru pada anak penting untuk dikenali sedini mungkin. Meskipun tidak spesifik, namun gejala hipertensi paru dapat meliputi sesak saat beraktivitas, mudah lelah, lemas, nyeri dada, pusing, dan kadang disertai batuk. Gejala lain seperti hemoptisis atau batuk berdarah dari saluran pernapasan, sindrom Ortner atau suara serak dari pita suara, dan aritmia atau gangguan irama jantung juga dapat terjadi, namun jarang," ujar Pakar Kardiologi Anak Rumah Sakit Adam Malik Medan, dr. Rizky Adriansyah, M.Ked (Ped), Sp.A(K), dalam Pfizer Media Health Forum “Kenali Gejala Hipertensi Paru pada Anak dan Cara Penanganannya”, Kamis (10/3/2022).

dr Rizky melanjutkan, karena hal tersebut masih banyaknya masyarakat yang belum mengenali penyakit ini, pasien anak yang terdiagnosa hipertensi paru di Indonesia masih terhitung sedikit hingga saat ini. Maka dari itu, penyakit hipertensi paru ini perlu dikenali dan dipahami lebih lanjut oleh masyarakat karena merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak hanya terpengaruh oleh penyakit bawaan, namun juga sangat terpengaruh oleh gaya hidup dari pasien dan konsumsi obat-obatan tertentu.

What's On Fimela
Pfizer Media Health Forum “Kenali Gejala Hipertensi Paru pada Anak dan Cara Penanganannya”
2 dari 3 halaman

Konsultasikan Sebelum Terlambat

Pfizer Media Health Forum “Kenali Gejala Hipertensi Paru pada Anak dan Cara Penanganannya”

Untuk itu, berkonsultasi kepada tenaga medis wajib dilakukan jika memiliki risiko dan gejala hipertensi paru pada anak. Agar segera mendapatkan penanganan yang tepat setelah diagnosis.

dr Rizky menambahkan, jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, hipertensi paru dapat menyebabkan munculnya komplikasi dan bisa berakibat fatal hingga menyebabkan kegagalan fungsi paru dan jantung bagian kanan. Beban dari seseorang yang memiliki kondisi hipertensi paru dapat berlangsung lama dan secara lambat laun semakin parah, dimana pasien baru menunjukkan keluhan bila sudah berada dalam stadium lanjut akibat terjadinya peningkatan resistensi vaskular pulmonal yang progresif.

Penegakkan diagnosis hipertensi paru pada pasien anak penting untuk dilakukan untuk mendeteksi dini penyakit dan mengambil langkah penanganan yang tepat bagi pasien anak. Pakar Kardiologi Anak dan Penyakit Jantung Bawaan Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta, dr. Radityo Prakoso, Sp.JP(K), mengatakan, “Bila terdapat kecurigaan akan hipertensi paru, pemeriksaan utama untuk menegakkan diagnosis adalah dengan melakukan kateterisasi jantung kanan, dengan mengukur tekanan di arteri pulmonal dan jantung kanan anak melalui kateter yang dimasukkan melalui pembuluh darah di paha yang diteruskan ke jantung. Lebih lanjut, diagnosis penyakit hipertensi paru pada anak pada umumnya dilakukan melalui anamnesis atau pemeriksaan riwayat secara rinci, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, serta screening dengan elektrokardiogram (EKG) dan ekokardiografi.Berbagai pemeriksaan tambahan lainnya juga dapat dilakukan seperti foto toraks dan pencitraan CT scan toraks.”

Pencegahan dan penanganan penyakit hipertensi paru khususnya pada pasien anak di negara-negara berkembang pada umumnya masih menghadapi berbagai tantangan yang harus dihadapi. Tantangan tersebut mencakup keterbatasan infrastruktur kesehatan yang canggih, keterbatasan keahlian tenaga medis, kurangnya kesadaran masyarakat, kurangnya strategi skrining hipertensi paru yang tepat waktu, perawatan antenatal atau kehamilan yang kurang baik, hingga ketersediaan obat hipertensi paru yang tidak dapat diprediksi. Akibatnya, sering ditemukan bahwa penyakit hipertensi paru memiliki prognosis yang buruk, dimana angka kematian dan rawat ulang pasien tinggi, meskipun optimalisasi pengobatan hipertensi paru dalam dekade terakhir ini telah berkontribusi besar terhadap peningkatan prognosis pasien, khususnya pada anak. 

3 dari 3 halaman

Pengobatan Hipertensi Paru

Pfizer Media Health Forum “Kenali Gejala Hipertensi Paru pada Anak dan Cara Penanganannya”

Di Indonesia sendiri, obat-obatan tertentu yang telah tersedia dapat diberikan untuk membantu mengurangi hipertensi paru pada pasien anak, seperti golongan Prostasiklin, yaitu Beraprost, dan juga golongan Inhibitor Phosphodiesterase Type 5 (PDE5i), yaitu Sildenafil, yang telah disetujui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) beberapa waktu lalu sebagai obat hipertensi paru.

Selain itu, terapi simtomatik berupa pemberian oksigen untuk membantu pernapasan serta terapi diuretik untuk membantu mengeluarkan kelebihan cairan di tubuh juga dapat membantu mengurangi gejala hipertensi paru. Pengobatan tersebut diharapkan dapat memperlambat progresi penyakit atau bahkan mengembalikan fungsi jantung dan paru ke normalnya, meskipun hipertensi paru cenderung tidak dapat disembuhkan. “Pasien yang terdiagnosa hipertensi paru memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang lama bahkan seumur hidup, dengan rutin melakukan evaluasi tekanan arteri pulmonal berkala untuk menilai progresivitas penyakit dan menilai kecukupan dosis obat yang diberikan,” tambah dr. Radityo Prakoso.

Ketua Yayasan Hipertensi Paru Indonesia (YHPI), Arni Rismayanti, mengatakan, “Hipertensi paru merupakan suatu penyakit yang serius, fatal dan dapat mengancam jiwa. Selain itu hipertensi paru bisa dialami oleh semua usia salah satunya anak-anak. Saat ini kasus Hipertensi Paru di Indonesia paling banyak ditemukan pada Penyakit Jantung Bawaan akibat keterlambatan diagnosa atau tidak dikoreksi sejak dini sehingga menimbulkan komplikasi Hipertensi paru. Pada kondisi ini keduanya baik Hipertensi Paru maupun penyakit jantung bawaan yang ada harus segera ditangani bersamaan secara cepat dan tepat. Karena keterlambatan penanganan Hipertensi Paru pada kasus penyakit jantung bawaan bisa menyebabkan pasien tidak dapat dikoreksi lagi seumur hidup. Oleh karena itu pemeriksaan deteksi dini kesehatan jantung terhadap bayi baru lahir dan anak-anak untuk mencegah timbulnya penyakit hipertensi paru sangatlah penting.Saat ini di Indonesia obat-obatan Hipertensi Paru untuk anak masih sulit diakses oleh pasien. Padahal dengan akses obat yang terjangkau, progresifitas dan angka mortalitas pada pasien Hipertensi Paru anak dapat ditekan. Diharapkan, tantangan dalam pencegahan dan penanganan penyakit hipertensi paru khususnya pada pasien anak dapat segera teratasi, demi kualitas hidup yang lebih baik dan mewujudkan Indonesia Sehat.”

 

Tag Terkait