Fimela.com, Jakarta Agresi Rusia yang terus berlanjut ke Ukraina membuat merek fashion mewah, seperti Hermes, Chanel, dan Gucci, menutup sementara toko mereka di Rusia.
Hermes yang menjadi pembuat tas Birkin dan Richemot yang menjadi pemilik Cartier, menjadi perusahaan induk pertama dari merek fashion yang memutuskan untuk menghentikan perdagangan di Rusia. Menyusul berikutnya penutupan toko oleh merek mewah di bawah LVMH, Kering dan Chanel.
LVMH memiliki merek seperti Kenzo, Givenchy, dan Christian Dior. Sementara Kering menjadi perusahaan induk dari rumah mode, seperti Bottega Veneta, Gucci, dan Saint Laurent.
Rusia meluncurkan invasi dalam skala penuh ke Ukraina dimulai pada 24 Februari 2022. Sejak itu, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa memberlakukan sanksi terhadap Rusia.
Pertimbangan menutup toko di Rusia
"Mengingat kekhawatiran kami yang meningkat tentang situasi saat ini, meningkatnya ketidakpastian, dan kompleksitas untuk beroperasi, Chanel memutuskan untuk menghentikan sementara bisnisnya di Rusia," kata Chanel dalam unggahan di LinkedIn.
LVMH pun mengonfirmasi kepada Reuters, sebanyak 124 tokonya yang berada di Rusia akan ditutup. Meski demikian, LVMH tetap akan membayar upah kepada 3500 karyawannya di negara tersebut.
Kering, LMVH dan L'Oreal, salah satu perusahaan kecantikan terkemuka dunia, semuanya telah menjanjikan dukungan finansial untuk membantu pengungsi Ukraina.
Mengikuti jejak perusahaan lain
Keputusan deretan merek fashion mewah ini menutup sementara tokonya di Rusia, menambah daftar panjang perusahaan global yang melakukan aksi serupa. Sebelumnya dari industri kuliner, perusahaan seperti Starbucks, McDonald's, Pepsi, dan Cola juga menghentikan operasionalnya di negara tersebut.
Aksi ini tidak hanya sekadar menjadi dukungan perusahaan terhadap Ukraina. Melainkan juga menjadi pertimbangan dari keselamatan karyawan dan pengunjung yang berada di toko.
Hingga kini, diperkirakan telah lebih dari 1 juta orang Ukraina telah meninggalkan negara, pasca aksi Rusia yang menginvasi negarannya.